Harga emas global dalam pekan ini terhempas ke titik terendah dalam lima sesi perdagangan secara berturut-turut dan sedang menuju ke jurang kebangkrutan setelah mencatatkan harga di 1.231,5 dolar AS per ounce.
Dalam penutupan perdagangan akhir pekan di divisi COMEX New York Mercantile Exchange, Sabtu pagi WIB, 13 September 2014, untuk sesi kelima, emas sudah jauh kalah pamor dari data penjualan ritel yang meningkatkan.
Sebuah indeks sentimen konsumen oleh Pusat Survei Konsumen University of Michigan naik menjadi 84,6 pada September, tingkat tertinggi sejak Juli 2013.
Laporan yang sama mengatakan, jumlah orang Amerika yang memperkirakan pendapatan mereka akan meningkat berada pada tingkat tertinggi sejak November 2008.
Data positif ini menambah apa yang telah menjadi pekan penurunan bagi emas, sehingga logam mulia ini turun untuk hari kelima berturut-turut. Total nilai penurunan minggu ini mencapai 2,82 persen.
Perak untuk pengiriman Desember naik 0,7 sen, atau 0,04 persen, menjadi ditutup pada 18,606 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman Oktober turun 0,2 dolar AS, atau 0,01 persen, menjadi ditutup pada 1.370,5 dolar AS per ounce.
Seperti dilansir Bloomberg, Sabtu pagi, harga emas untuk pengiriman Desember turun 0,6 persen menjadi USD1.231,50 per ounce di Comex di New York. Harga emas jatuh 6,8 persen sejak Juni, menuju kerugian kuartalan pertama tahun ini.
Saat ini Amerika Serikat (AS) memperluas sanksi terhadap Rusia dan minat investor terhadap emas telah diredam seiring pulihnya ekonomi Amerika yang ditandai dengan penguatan dolar.
Harga emas jatuh 28 persen tahun lalu, terbesar dalam tiga dekade. The Fed mengurangi pembelian obligasi bulanan USD2,5 miliar pada 30 Juli, pemotongan keenam sebesar USD10 miliar sejak November.
Goldman Sachs Group Inc analis memperkirakan harga akan menyentuh USD1.050 dalam 12 bulan karena ekonomi AS membaik.