Di tengah optimisme pasar dunia terhadap penguatan harga emas dalam beberapa bulan kedepan, di pasar domestik, terutama emas yang diperdagangkan oleh PT Aneka Tambang Tbk, atau Antam, kembali menyusut, setelah di pembukaan perdagangan Senin pagi, 16 Maret 2015, kembali turun Rp 1.000 per gram
Hari ini, harga emas batangan Logam Mulia turun dibandingkan perdagangan ahir pekan lalu. Sedangkan harga pembelian kembali atau “buyback” justru naik.
Seperti dikutip dari situs resmi Logam Mulia Antam, Senin pagi, harga emas Antam tercatat Rp 542.000 per gram. Turun dibandingkan akhir pekan lalu yaitu Rp 543.000 per gram.
Sementara harga buyback naik dari Rp 485.000 per gram menjadi Rp 486.000 per gram.
Antam menjual emas dari ukuran satu gram hingga 500 gram. Hingga pukul 08.04 WIB, semua ukuran emas Antam masih tersedia.
Mengingat tingginya animo masyarakat, transaksi pembelian emas batangan yang datang langsung ke Antam dibatasi hingga maksimal seratus lima puluh nomor antrean per hari.
Berikut daftar harga emas yang dijual Antam, pecahan 1 gram Rp 542.000, 5 gram Rp 2.565.000, 10 gram Rp 5.080.000, 25 gram Rp 12.625.000, 50 gram Rp 25.200.0000, 100 gram Rp 50.350.000, 250 gram Rp 125.750.000 dan 500 gram Rp 251.300.000.
Seperti dikutip “nuga” dari lama laman situs “ CNN Money,” Senin, 16 Maret 2015, secara mengejutkan, beberapa ahli masih yakin harga emas akan bergerak menguat.
Analis perusahaan manajemen keuangan DoubleLine Jeffrey Gundlach melaporkan, harga emas dapat berbalik ke harga US$ 1.400 per ounce.
Alasannya, yield obligasi negatif di Eropa akan membuat emas tampak lebih menarik. Emas merupakan aset yang selalu tampi menakjubkan di tengah inflasi dan deflasi.
Dengan kata lain, saat para pelaku pasar takut akan sesuatu, mereka akan cenderung mencari emas. Dan rate obligasi yang negatif merupakan tanda dari kekhawatiran deflasi.
Para investor akan terdorong oleh jatuhnya harga emas dan berpikir obligasi tersebut menjadi risiko.
Gundlach tetap menganggap harga emas akan menguat terlebih setelah Bank Sentral Amerika Serikat menaikkan suku bunganya. Meski harga dolar akan menguat, dan berdampak buruk bagi emas dalam jangka pendek, Gundlach tetap yakin dalam jangka panjag harga emas akan pulih.
Sementara itu, seperti dikutip dari situs logam mulia, emas masih berkonsolidasi dengan pergerakan terbatas di awal pekan ini. Penguatan terus-menerus pada dolar tetap menjadi faktor pembatas bagi harga emas.
Kekhawatiran pada pelemahan ekonomi dan tekanan deflasi dan rencana kenaikan suku bunga the Fed masih menjadi berita hangat yang terus dipantau.
Dalam beberapa tahun terakhir, Jepang, Inggris dan USA telah membuat kebijakan Quantitative Easing dan baru-baru ini Eropa juga ikut bergabung. Pasar harus bertanya-tanya kapan dan bagaimana kebijakan ini akan berakhir ?
Jatuhnya data PPI dan sentimen konsumen AS yang diikuti dengan data penjualan ritel akan menjadi “masalah” serius yang harus dipikirkan di Negara Paman Sam.
Mungkin dengan menunda kenaikan suku bunga dan tanpa melihat kondisi yang benar-benar buruk, pasar tidak akan mengesampingkan kemungkinan bahwa QE4 akan dilakukan kembali.
Kekhawatiran terhadap plafon utang AS di congress akan kembali menjadi issue dan pembicaraan hangat yang harus diperhatikan.
Presiden Obama dan partai Demokrat sedang menuntut adanya kenaikan plafon utang. Sebaliknya partai Republik menginginkan penurunan belanja Negara. Semua tergantung pada neraca keseimbangan pemerintah yang saat ini masih berada dalam keadaan kurang baik.
Pasar saham sedang bergejolak pada pekan lalu. Turun ratusan poin satu hari, sampai ratusan poin berikutnya dan sekarang masih bergerak turun lagi.
Volatilitas yang terjadi dikarenakan indikasi ekstrim di pasar. Jika pasar saham akhirnya berhenti melihat kebijakan Fed dan mulai memperhatikan fundamental, maka pada akhirnya pasar akan melihat koreksi besar akan terjadi di saham.
Pada saat itu, uang yang keluar dari saham akan mencari rumah baru yang dapat melakukan perlindungan. Bagaimana dengan emas ?
sumber : cnn money dan logam mulia.com