Sehari setelah mengalami lonjakan, hari ini, Jumat, 23 Maret, harga emas kembali mengalami tekanan bersamaan dengan munculnya pernyataan resmi Donald Trump tentang dimulainya “perang” dagang Amerika serikat melawan Cina.
Seperti ditulis laman “bloomberg,” pagi ini, Jumat WIB, harga emas di pasar spot langsung melorot nol koma tiga persen ke level terendahnya untuk tiap ounce.
Sedangkan harga emas berjangka AS pengiriman April naik tipis karena ada pedagang yang berdalih kontrak jatuh tempo April menjadi Juni sehingga beberapa pemain mencoba mengambil untung dari itu.
Penurunan harga emas di pasar spot terseret imbas kebijakan perdagangan Presiden AS, Donald Trump terhadap China.
Trump mulai melawan China karena defisit perdagangan AS dan Negeri Tirai Bambu itu sudah di luar kendali senilai lima ratus empat miliar dollar.
Untuk diketahui, Donald Trump menandatangani pengenaan tarif impor barang-barang China dengan nilai enam puluh miliar dollar.
Di sisi lain, tekanan harga emas dipicu kenaikan indeks dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama dari posisi terendahnya.
“Harga emas, minyak mentah melemah karena pasar (saham) juga melemah ,” kata Managing Director di RBC Wealth Management, George Gero.
Sejumlah pelaku pasar masih berharap harga emas naik.
“Harga emas sedang turun sekarang, tapi potensi berbalik arah tetap ada,” ujar Presiden Pasar Dunia di EverBank.
Harga emas diprediksi bergerak ketat dalam jangka pendek sebagai imbas dari kekhawatiran kondisi geopolitik dan tekanan dari kekuatan ekonomi AS.
“Potensi perang dagang antara AS dan negara lain bisa menyeret harga emas lebih rendah. Tapi kebijakan pengetatan moneter oleh The Fed juga berpengaruh,” ucap Analis, Simona Gambarini.
Sehari sebelumnya, Kamis, 22 Maret, harga emas sempat “terbang” ke level tertingginya dalam dua minggu terakhir.
Penguatan harga emas tersebut didorong sentimen dolar Amerika Serikat tertekan usa the Fed prediksi hanya menaikkan suku bunga sebanyak tiga kali pada tahun ini.
Hal itu menunjukkan the Federal Reserve tidak terburu-buru menaikkan suku bunga dari yang diharapkan.
Harga emas pun ditransaksikan di kisaran naik untuk tiap ounce-nya. Harga emas naik hampir dua persen, pasnya satu koma lima puluh sembilan persen.
Sementara itu, indeks dolar AS melemah terhadap sejumlah mata uang. Itu penurunan terbesar sejak akhir Januari lalu.
Senior Ekonom CIBC World Markets, Andrew Grantham menuturkan, pergerakan harga emas mendapatkan keuntungan dari dolar AS melemah.
Halini karena investor bertaruh kalau the Federal Reserve akan member sinyal kenaikan suku bunga sebanyak empat kali pada tahun ini.
“Saya melihat the Federal Reserve optimistis tetapi mereka tidak agresif. Ini mengecewakan buat dolar AS. Lewat pertemuan ini sulit prediksi suku bunga naik sebanyak empat kali,’ ujar Grantham, seperti dikutip dari laman Kitco, Kamis pagi WIB.
Sementara itu, Colin Cieszynski, Chief Market Strategist SIA Wealth Management menuturkan, bank sentral tidak agresif itu membuat pelaku pasar fokus terhadap risiko utang pemerintah.Ini mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.
“Jika stimulus tidak mendorong pertumbuhan di atas tiga persen maka tidak ada alasan the Federal Reserve mengakselarasi kenaikan suku bunga. Itu dapat sakiti dolar AS,” kata dia.
Pada konferensi pers, Gubernur The Federal Reserve Jerome Powell mengatakan, pemangkasan pajak pada Desember dapat mendorong ekonomi tumbuh di atas tiga persen.
Ia menambahkan, ekonomi AS perlu kenaikan produktivitas untuk mendorong ekonomi tumbuh tiga persen. Bank sentral AS prediksi ekonomi AS tumbuh dua koma tujuh persen pada berjalan.
Cieszynski menuturkan, harga emas dapat menguat dalam jangka pendek. Akan tetapi belum ada momentum untuk mendorong harga emas.