Laporan Wilfrida, “nuga.co” di Jakarta
Aceh mengalami fase sulit untuk mendatangkan investasi akibat kendala minimnya infrastruktur dan peliknya penyelesaian masalah keamanan, sebagai dua dari berbagai syarat datangnya investor.
Dengan kondisi Aceh yang masih carut marut, investor akan berpikir ulang untuk datang ke Aceh karena resiko dari “safety” investasinya sangat tidak terjamin. Untuk itu, Aceh memerlukan pembenahan infrastruktur dasar dan memperbaiki iklim keamanan investasi sebelum keluar memaparkan tawaran prospek investasi.
“Mungkin sudah bergunung MOU yang ditandatangani sepanjang delapan tahun terakhir. Lantas siapa yang datang. Kecuali spekulan tambang kecil-kecilan atau perkebunan yang menghancurkan habitat, Lainnya? Nonsen,” ujar seorang tokoh bisnis Aceh di Jakarta dengan tertawa.
“Gila apa investor menanamkan modalnya ke Aceh. Kecuali investor yang spekulatif dan ‘hit and run.’ Investor tembak lari. Atau investor yang keruk keuntungan secepatnya lantas lari,” ujar seorang pengamat kepada “nuga.co” di Jakarta, Selasa, 15 April 2014, usai Gubernur Aceh Zaini Abdullah memberikan presentasinya di Hotel Four Season, Jakarta, dalam acara bertajuk Aceh Bussiness Forum,
Sepanjang delapan tahun terakhir pemerintah Aceh memang sudah melakukan penandatangan MOU dengan berbagai kalangan, baik investor dalam negeri maupun luar negeri dalam “roadshow” yang panjang dari pimpinan pemerintahan.
Tapi hingga hari ini tak satu pun di antara mereka yang benar-benar menanamkan modalnya untuk kepentingan investasi di Aceh. Banyak di antaranya yang berkunjung ke Aceh, di jamu Pemprov lantas pulang dan berkesimpulan “no” untuk investasi yang tidak didukung oleh “infrastruktur dan “safety.”
Pemerintah Aceh sekarang juga menawarkan Sabang sebagai alternatif investasi. Tapi mereka lupa Sabang sudah “out of date.” Sabang sudah ketinggalan. Sabang sudah tidak menarik karena mahal dan tidak punya daya dukung “hinterland” ekonomi yang kuat.
“Mau apa ke Sabang? Kecuali untuk “diving” snorkeling” dan memuji keindahan alamnya. Lainnya? Sabang sudah jauh ketinggalan dari Tamasek atau Singapura dan Batam. Sabang tidak kompetitif dengan Belawan.
Mau apa?”ujarnya ketus.
Dalam paparannya tentang prospek investasi di Aceh, Selasa pagi, 15 April 2014, Gubernur Zaini mengetengahkan bahwa Pemerintah provinsi Nangroe Aceh berupaya melakukan percepatan investasi. Setidaknya ada empat poin yang ditawarkan oleh provinsi paling barat di Indonesia ini.
Gubernur Aceh Zaini Abdullah, seperti diungkapkannya, memiliki impian menjadikan daerahnya sebagai lokasi investasi terbaik di Indonesia Barat. Dengan sumber daya alam dan kondisi geografis yang mumpuni, Zaini yakin Tanah Rencong akan menjadi provinsi tujuan investasi yang ciamik.
“Kami akan melindungi keamanan para investor baik dari dalam negeri maupun luar negeri,” tegas Zaini di acara Aceh Business Forum di Hotel Four Seasons..
Zaini menjelaskan ada empat kekuatan utama dimiliki Aceh untuk menjadi tujuan utama investasi di Indonesia bagian barat. Pertama, letak geografis Aceh sangat strategis di pintu Selat Malaka. Posisi ini menjadi pintu gerbang perdagangan ke berbagai tujuan seperti Afrika, Timur Tengah, dan juga Australia.
Kedua, lanjut Zaini, Aceh memiliki undang-undang dan aturan khusus yang pro terhadap investasi. Di antaranya adalah UU No 1/2006 tentang Pemerintahan Aceh yang memberikan kewenangan penyelenggaraan pemerintahan.
“Kami juga memiliki qanun (aturan syariah) penanaman modal yang berpihak kepada investor. Dalam waktu dekat akan terbit beberapa turunan dari UU Pemerintahan Aceh, seperti peraturan tengan minyak dan gas, dan soal pengalihan masalah pertahanan yang akan menjadi kewenganan Aceh,” papar dia.
Ketiga adalah kawasan pelabuhan bebas Sabang. Zaini meyakini pelabuhan itu akan menjadi pusat investasi ideal di masa depan. Kawasan ini memberikan berbagai insentif seperti pembebasan bea masuk, pembebasan pajak, serta kemudahan dalam perizinan.
Keempat adalah sumber daya alam yang melimpah. Zaini mengatakan, berbagai komoditi pertanian, sumber daya laut, dan mineral mudah sekali didapatkan di Aceh. Selain itu, Aceh pun sudah didukung infrastruktur tenaga listrik yang cukup.
“Dengan semua itu, kami dengan penuh percaya diri menawarkan fasilitas dan kebijakan investasi bagi para investor untuk membuka usaha di Aceh,” tuturnya.