Gairah petani Panga kembali bergairah ketika tanaman nilam kembali menuai rupiah. Mereka kembali ke ladang-ladang yang sebelumnya sempat di telantarkan.
Ya, nilam yang dulunya mendatangkan kemakmuran bagi para petani di kawasan Teunom itu sempat redup selama hampir satu dekade.
Tanaman nilam dalam bahasa latin dikenal dengan progestemon cablin bent adalah kelompok tanaman penghasil minyak atsiri.
Nilam dalam produk minyak atsiri itu merupakan andalan petani. Mereka mengolah daun nilam dari “pabrik” penyulingan “gampong.”
Biasanya minyak atsiri jenis ini masih dalam cairan “kasar” untuk kemudian dimurnikan di negara tujuan ekspor nilam antara lain adalah Singapura, Amerika Serikat dan Spanyol.
Potensi ekonomi budidaya nilam yang sangat menjanjikan ternyata dulunya dimemanfaatkan masyrakat sebagai penghasil rupiah.
Di Desa Panga, Teunom, Aceh Jaya, ini nilam memang menjadi primadona
Tenom secara geografis termasuk pada wilayah mapping pertanian daerah,
Teunoma merupakan wilayah yang dimapping oleh pemerintah daerah sebagai wilayah pertanian, dengan potensi tanaman nilam yang sampai masih tetap eksis.
Selain permintaan pasar yang tinggi, harga minyak atsiri yang tergolong mahal sebenarnya menjadi peluang yang menjanjikan bagi masyarakat setempat.
Ditambah lagi minyak atsiri tidak dapat dibuat dalam bentuk sintesis yang membuat harga minyak akan menjadi stabil.
Sebenarnya tanaman nilam mempunyai prospek yang baik karena di samping harganya tinggi, juga sampai saat ini minyaknya belum dapat dibuat dalam bentuk sintesis jadi saya rasa harganya akan stabil.
Salah satu kendala dalam meningkatkan produktifitas minyak atsiri karena harganya yang sering ambruk
Tipologi masyrakat masih bersifat musiman sehingga komoditas yang seharusnya bisa dikembangkan dialihkan pada komoditas lain yang sedang jadi tranding.
Budi daya tanaman nilam sampai saat ini terkendala pada tipologi masyarakat yang musiman dalam merespon peluang yang ada. musiman atau tidak fokus pada satu produk
Kedepan hendaknya pemerintah bisa memaksimalkan progam nasional maupun daerah yang fokus pada pertanian nilam untuk bisa mengembangkan komoditas unggulan tanaman nilam.
Untuk Desa Rantoe Sabon Kecamatan Sampoiniet, Aceh Jaya, dicanangkan sebagai salah satu Desa Wisata Nilam, yang didukung penuh oleh perbankan untuk membantu pertumbuhan ekonomi petani di desa tersebut.
Lahan percontohan persemaian bibit nilam seluas tiga hektare sedang digarap oleh kelompok Tani “Makmu Beusare” akan menjadi cikal bakal dalam mewujudkan pembangunan Desa Wisata Nilam
Lahan dikelola oleh enam orang warga desa tersebut, sebagai tindak lanjut dari kerjasama antara Pemerintah Kabupaten Aceh Jaya dengan Bank Indonesia
Di dekade lalu minyak nilam Aceh Jaya sempat menjadi jawara dengan kualitas terbaik yang dipasarkan hingga ke pasar dunia. Namun tidak stabilnya harga nilam di Aceh Jaya pada masa itu, membuat para petani beralih membudidayakan komoditi tanaman lainnya.
“Nilam Aceh Jaya kembali berpotensi untuk dikembangkan karena pasar parfum sangat tergantung pada nilam Indonesia, khususnya nilam Aceh Jaya. Apalagi telah memiliki sertifikat Indikasi Geografis.”
Jika dilihat dari letak geografis, lanjutnya, Aceh Jaya menjadi salah satu daerah yang sangat cocok untuk pengembangan budidaya tanaman nilam di Aceh saat ini.
Tahun pertama masuk fase pertumbuhan selama satu tahun, fase perkembangan di tahun kedua dan di tahun ketiga fase kemandiriana.
“Jika sudah kembali bangkit agar tidak melupakan program kesehatan dan keagamaan. Untuk apa duit banyak jika uang yang ada habis untuk biaya berobat.”
“Pendekatan yang mendapat dukungan warga juga perlu melalui dana desa dan memungkinkan tumbuh pula pengembangan spot wisata yang ada di Sampoiniet