Harga emas di pasar global dan lokal, kini, mengalami pasang surut sebagai alternatif investasi karena kalah kompetitif di banding dollar. Bahkan, secara lucu-lucuan, sebagian wanita yang biasanya akan menyebut emas sebagai pilihan instrumen investasi terbaik kini juga ikut mengabaikannya
“Harga emas sedang mengalami penurunan luar biasa,” tulis sebuah media prestiseus di Jakarta, 06 Agustus 2015.
Buktinya, selama dua pekan terakhir, harga emas di pasar domestik, terutama yang diperdagangkan PT Aneka Tambang Tbk, atau Antam, sudah mangkrak selama dua pekan di harga Rp 547.000 per gram..
“Emas lagi turun luar biasaNamun, kalau kondisi ekonomi lagi down trend sehingga ekonomi mengerem dan pertumbuhan ekonomi rendah, di situ seharusnya kita pegang karena harga emas dan properti bagus,” tulis media terkenal itu.
Lebih lanjut, dijelaskan, emas merupakan obyek investasi yang sifatnya melindungi. Namun, perlu diperhatikan bahwa harga emas tidak akan menarik ketika pertumbuhan ekonomi negara sedang mengalami peningkatan.
Sebaliknya, investasi sahamlah yang malah merupakan pilihan yang menarik.
Saat ekonomi tumbuh yang ditandai dengan inflasi yang rendah, maka investor asing banyak yang masuk.
Kala itu investasi emas tidak menguntungkan, tapi sebaliknya bisa pilih reksadana yang isinya bisa saham, bisa juga obligasi. Harga emas saat itu turun. Kondisi ekonomi global bisa lagi goyang, tapi iklim investasi kita lagi baik
Pada tahun 2015 ini, indikator perekonomian Indonesia sedang berada dalam kondisi kurang baik. Oleb sebab itu, Anda tidak disarankan membeli emas karena bunganya akan sangat kecil.
“Harga emas akan turun, kecuali misalnya ekonomi Amerika Serikat lagi jeblok. Sekarang ekonomi AS sedang pulih. Investasi yang tepat adalah saham dan obligasi,” tegas Nawi.
Harga emas yang dijual PT Aneka Tambang Tbk atau ASntam, hingga siang hari ini, Kamis, 06 Agustus 2015, tetap betah di level Rp 547 ribu per gram Harga ini sudah bertahan sejak 22 Juli 2015.
Sementara itu, harga pembelian kembali logam mulia Antam tercatat turun Rp 2.000 menjadi Rp 468 ribu per gram. Artinya, jika Anda menjual emas yang dimiliki maka Antam akan membelinya di harga Rp 468 ribu per gram.
Antam menjual ukuran emas dari satu gram hingga 500 gram dan transaksi pembelian emas batangan yang datang langsung ke Antam dibatasi hingga maksimal seratus lima puluh nomor antrean per hari.
Di pasar glonal, kenaikan suku bunga di Amerika Serikat dan menguatnya mata uang negara itu, telah menjadikan emas tidak menarik lagi bagi kalangan investor.
Namun penurunan lebih jauh kemungkinan akan terjadi yang menyebabkan emas semakin tidak menarik untuk dijadikan investasi oleh investor.
Seperti diketahui, harga spot emas internasional terus mengalami penurunan. Pada pekan lalu, penurunan harga emas terus berlanjut yang merupakan terbesar sejak dua puluh tahun lalu. Emas diperdagangkan di level US$ 1.100 per ounce, turun US$ 300 sejak tahun 2013.
Namun, penurunan saat ini juga dipicu oleh Tiongkok yang pada pertengahan Juli lalu mengumumkan akan meningkatkan cadangan emas mereka hingga enam puluh persen, jauh lebih rendah dari ekspektasi analis.
“Berita dari Tiongkok telah mengecewakan pasar karena investor berharap bahwa negara tersebut akan meningkatkan persediaan emasnya agar mata uang yuan memiliki kredibilitas di mata internasional. Namun hal itu ternyata tidak terjadi,” kata Carsten Menke, analis komoditas pada Bank Julius Baer & Co kepada Gulf News dari Zurich.
“Pada Senin pagi, setelah perdagangan Asia mulai dibuka, harga emas mulai berjatuhan kami memiliki jatuh besar dalam harga emas,” kata Menke, seperti dikutip dari Gulf News
Naiknya tingkat suku bunga AS juga semakin menurunkan nilai masa depan emas. Dengan suku bunga yang semakin naik, membuat investor lebih tertarik pada saham daripada emas.
Tingkat suku bunga yang lebih tinggi juga menguatkan dolar AS sehingga sehingga inflasi tetap terjaga. Menguatnya dolar juga mengurangi daya tarik emas sebagai lindung nilai terhadap kenaikan harga.
“Kami melihat perbaikan dalam ekonomi global, dan suku bunga sedang menuju ke tingkat yang lebih tinggi, sehingga bukan lingkungan yang baik bagi investor yang tertarik membeli emas atau memegang emas,” kata Menke.
Para analis di JP Morgan pun setuju dengan pandangan Menke ini.
“Kami percaya akan ada tekanan pada harga emas dalam waktu dekat. Dalam lingkungan di mana dolar menguat dan tingkat suku bunga naik, investor akan cenderung menjaga sikap bearish terhadap emas,” kata Cesar Perez, Global Head of Investment Strategy, J.P. Morgan Private Bank.