close
Nuganomics

Ratu Textile? Wouw…

Textile industry manufacturing factory production isometric composition with yarn fabric design clothes rack background banner vector illustration
Ratu Textile? Wouw… asiik..

Itulah kata pas untuk gerai toko kain di pangkal jalan kiyai haji ahmad dahlan Banda Aceh itu.

Kata asik  kala saya  melewati pagar ayu, pramuniaga berbaju merah, sembari menyenggol istri yang sebelumnya memaksa saya masuk ke ruang kafe toko kain itu.

“Adem ya,” bisik saya  ketika  sang isteri menyodorkan voucher belanjaan ke pramusaji yang  menawarkan pilihan minuman disertai sepotong roti

Ada senyum si pelayan  yang sangat face Aceh.,  sembari  menunjuk sebuah meja kosong “Silakan pak.”

Dan untuk selanjutnya Anda tentu sudah tahu.

Saya membuka masker.  Menghirup hangatnya suguhan, Untuk kemudian ngoceh. Mengomentari gerai  lima pintu  yang sangat inovatif itu.

Ratu Textile memang inovatif. Mereka tidak hanya menjejerkan gulungan  berbagai jenis kain di lemari pajangan-nya tapi juga memberi full kenyamanan bagi pengunjungnya.

Dan ketika menyeruput teh hangat di kafe-nya saya menerbangkan memori dan berselancar ke toko textile yang dimiliki Jakarta,  gerai Melawai di blok m.

Tidak hanya itu saya mengajak ingatan saya ke pasar baru di jakarta pusat yang menjadi pusat textile hebat, dulunya, di ibu kota.

Kedua kawasan itu ternyata kalah prestise dari sisi inovasi di banding Ratu Textile.

Di toko textile Melawai, misalnya,  yang biasa saya kunjungi bersama istri, masih  muncul kesumpekan. Pajangan kainnya semraut. Pelayanan juga tak terlalu prima.

Pengunjung harus hilir mudik sendirian mencari brokat atau kain rajutan tanpa ditemani pramuniaga.

Anda tahulah pelayanan simple ala Jakarta. Pelayanan yang mengekspresikan lu..lu and gua .. gua. Dan itu merasuk di gerai toko kain Melawai

Voucher?

Nggak ada tuh. Dan jangan tanya lagi tentang kafe.  Nonsen.

Padahal saya tahu dan anda tahu, kalau pernah ke Melawai, yang belanja pasti kelas menengah ke atas. Jualannya? Bisa brokat sekelas de parisen.

Kalau kafe? Mana ada.

Lantas bagaimana dengan Pasar Baru yang di Jakarta Pusat.

Soal pelayanan?

Tak jauh beda dengan gerai Melawai.

Padahal kelas tekstil di Pasar Baru bisa jadi makanan gunting Ana Avantie. Itu lho, desainer yang nggak ketulungan tarifnya dan pelanggannya. Desainer klas vip. Yang pola busananya mendunia dan bayarannya  em..em .. man.

Dan  jangantanya bahannya. Sangat steady londonis dan parisen

Di Ratu Texstile?

Beruntunglah Anda.

Nggak harus ke Kumango yang di Medan itu. Atau Melawai maupun Pasar Baru yang Jakarta.

Ratu Textile mampu memenuhi semua keinginan Anda. Nggak perlu minder. Mampu melayani semua klas untuk style yang berbeda.

Sejak Anda melangkah di pintu masuk gerai, sepasang satpam beruniform bak polisi langsung menyapa dan mengantarkan ke pramuniaga berbaju merah, bercelana hitam disertai tanya menggoda untuk keinginan sang pengunjung.

Ketika kami dibawa sang pramuniaga mencari bahan, saya sengaja berjalan di belakang istri untuk bisa bergenit ria memandang postur dan barisan pagar ayu para pramuniaga.

Pramuniaga berwajah sangat “aceh” yang terkenal …. Tahu sendirilah.

Ketika sampai di meja kasir saya menyempal. Menjambangi seorang office boy dan bertanya dengan nada rendah tentang pemilik gerai.

“Pak Herry,” katanya. Asal Pidie. Untuk kemudian balik ia menanyai saya. “Bapak dari Jakarta?”

Saya tertegun. Sedikit gelagapan untuk kemudian sadar tentang style  asesori saya yang nggak lokal di usia segaek ini. Berbaju kaos polo ngepas, bercelana kerucut ke bawah, sepatu kets di tambah topi hem koboi.

Jawaban saya ringkas,” Aceh yang Jakarta.” Lanjutannya aya tanyai lagi si “ob” apakah Herry berkantor di gerai ini atau dimana. “Di sini pak. kadang nongkrong di kafe.”

Ya, udah.  Saya hanya ingin ketemu kok. Bicara ringan bagaimana ia bisa membangun gerai yang inovatif ini.