Proyek revitalisasi Kilang Gas Alam Cair (LNG) Arun, Lhokseumawe, Aceh, menjadi terminal penerima dan regasifikasi akan segera dimulai bersamaan dengan dimenangkannya tender rancangbangun, pengadaan dan konstruksi oleh kontraktor pelaksana PT Rekayasa Industri.
Pekerjaan revitalisasi ini merupakan pembalikan fungsi kilang yang semula sebagai pabrik pengolah gas alam untuk dicairkan dan terminal ekspor, untuk kemudiannya menjadi terminal penerima sekaligus menyalurkannya untuk memenuhi kebutuhan pembangkit listrik dan penggunaan industri lainnya.
Tender proyek ini sudah dimulai 12 April lalu oleh Pertamina dan diikuti lima kontraktor pelaksana. Tahapan yang panjang dari proses tender ini dimenangkan oleh PT Rekayasa Industri dengan predikat kandidat terbaik. Pertamina belum bisa menandatangani kontrak pelaksanaan pekerjaan karena masih menunggu negosiasi akhir jaminan pasokan gas dari kilang gas alam cair Tangguh, Papua Barat.
Pemerintah, dalam hal ini Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) sedang melakukan pembicaraan final untuk menjamin ketersediaan gas ke Arun. Pasokan gas untuk terminal penerima dan regasifikasi Arun merupakan pengalihan jatah ekspor ke Sempra Energy. Perusahaan energi asal Amerika Serikat yang berasal dari train 3 Kilang Tangguh yang dijadwalkan selesai tahun 2018.
Pemerintah bersama Pertamina sebagai operator terminal penerima dan regasifikasi Arun sedang membahas volume pasokan, pemanfaatan gas dan aspek keekonomiannya yang diharapkan rampung akhir November nanti. Menunggu finalisasi pembahasan inilah Pertamina masih menunda menandatangani kontrak dengan pelaksana pekerjaan PT Rekayasa Industri.
Gas yang dipasok ke Arun nantinya sebagian besarnya akan disalurkan ke Sumatera Utara lewat pembangunan jaringanan pipa untuk disambungkan dengan jaringan pipa milik Pertaminan yang sudah ada di Pangkalan Brandan.
Pertamina sudah menghitung dana revitalisasi pabrik, terminal penerima dan pembangunan jaringan pipa sepanjang hampir 200 kilometer itu dengan biaya mencapai 300 juta US dolar. Menurut sebuah sumber, dana revitalisasi ini akan diambil dari kas Pertamina sendiri.
Kilang Gas Alam Cair Arun yang merupakan milik bersama Pertamina, Exxon Mobile dan Perusahaan minyak dan gas Jepang, menurut jadwal, akan menghentikan operasionalnya di tahun 2014 bersamaan dengan berakhirnya kontrak karya Exxon Mobile dan tidak produktifnya sumur-sumur gas di Syamtalira Arun, Lhoksukon, Aceh Utara. Era ini akan ditandai pula dengan berakhirnya pengapalan gas alam cair Arun ke Jepang dan Korea Selatan.
Di dekade lalu Kilang Gas Alam Cair Arun pernah menempati rangking teratas sebagai penghasil gas terbaik di dunia dengan emisi karbon yang relatif rendah. Dan dimasa kejayaannya Arun pernah memiliki kilang sebanyak enam train dengan kapasitas produksi penuh. Kini lima dari enam kilang itu sudah menghentikan produksinya.
Bahkan salah satu turbin pembangkitnya telah dihibahkan ke Pemda Aceh yang hingga kini tak tahu bagaimana nasibnya dan belum ada berita kapan ia bisa memasok listrik dalam sistem jaringan kelistrikan Aceh. []