Bill Clinton, mantan Presiden Amerika Serikat, yang kini bertugas sebagai Special Envoy PBB untuk pemulihan tsunami. Sabtu, 19 Juli 2014, memenuhi janjinya berkunjung ke Aceh, selama satu hari, sebagai lawatan ketiganya bersama sebuah rombongan besar atas dana “Clinton Foundation.”
Kedatangan Clinton memang sudah dijadwalkan sejak lama untuk melihat perkembangan pembangunan Aceh usai gempa dan tsunami, sepuluh tahun silam itu.Ia ingin melihat proses pemulihan dan kemajuan yang telah dicapai dalam proses rehabilitasi dan rekonstruksi pascatsunami di Aceh bersama sebuah rombongan studi.
Clinton datang dengan dua pesawat carteran yang membawa rombongan dan tiba tiba di Bandara Sultan Iskandar Muda, Blang Bintang, Aceh Besar, sekitar pukul 10.45 WIB. Rombongan langsung menuju Desa Lambung, sebuah kawasan berbentuk pekampungan kluster” di Ulee Lheu, Banda Aceh.
Ia berada di Lambhong dan memberi arahan dari sebuah gedung evakusi tsunami kepada rombongannya besarnya.
Lambhong, desa yang bersisian dengan jalan “mewah” Banda Aceh – Ulee Lheu itu, merupakan sebuah desa “resettlement” yang di huni rumah “kotak sabun,” ciri rumah bantuan berlabel “ngo” dan sebagiannya, kini, banyak bersalin rupa menjadi properti minimalis dengan dua lantai di tambah kolong garasi berisi mobil satu dua yang terpuruk di di bawahnya.
Di Desa ini Clinton datang takziah. Inilah “gampong tuha” milik anak “aso lhok,” yang dulunya terkenal sebagai “nanggroe” kuliner tradisi semacam “bo” atau keukarah.” Bahkan, sebelum gergasi laut memusnahkan semua isinya, Lhambong sudah men”dunia” dengan “timphan”nya yang legit dan mencecah lidah tanpa lengket dikerongkongan.
Dari arah jalan utama Banda Aceh – Ulee Lheue, Lambong berada diketiaknya sebelum sampai ke Masjid Baitturahim. Tepatnya setelah melewati Punge Blang Cut, Punge Jurong dan Blang Oi, kita harus memutar di meridian bukaan di pangkal gampong Meuraxa.
Masih ada jalan alternatif untuk mencapainya. Dari arah Lampaseh, terus Deah Geulampang kita membutuhkan belokan untuk bisa langsung sampai ke Lambhong. Jaraknya dari pusat kota tidak sampai empat kilometer.
Clinton memilih Lambhong sebagai ritual kunjungannya untuk mengingatkan gempa dan tsunami, sepuluh tahun lalu, yang memakan tanah daratannya dan memusnahkan anak-anak mereka.
Lambhong pula gampong yang dibanggakan oleh BRR sebagai pemukiman yang ditata secara modern dan memiliki akses infrastruktur lewat restorasi dari restruktrisasinya dengan “resettlement.” Dan ini dikatakan secara jelas oleh Kuntoro Mangkusubroto, mantan Kepala BRR, yang memandu rombongann.
Dan Lambhong pula yang menjadi ikon sebuah “gampong” yang dengan rendah hati berani meneken kontrak untuk di “resettlement” dengan menghibahkan tanah dan “neuhun” milik indatunya, yang kala itu berantakan, untuk di buatkan peta baru oleh Badan Rehabilitasii dan Rekonstruksi.
Lambhong, memang prototipe gampong yang saleh, santun dan penurut ketika menghibahkan secara sahih tanah indatu mereka untuk dan atas nama penataan pemukiman kembali. Tanah indatu yang dihari permakluman itu tanah daratannya terkelupas di makam gergasi laut bernama humbalang tsunami.
Atas nama keikhlasan pula mereka mempersilakan otoritas BRR menata ulang gampong di Sagoe Dua Belas, yang dulu atanahnya milik Teuku Nek, itu di modrenkan sebagai bagian dari kebijakan penataan desa-desa pesisir untuk tidak saling berhimpitan infrastrukturnya.
Cobalah datang kesana. Pelototi jalan desa dan keteraturan bangunan, yang bak di “kluster” perumahaan modern. Anda pasti akan terkejut menyaksikan sebuah desa modern di pojok Banda Aceh yang begitu mewah infrastrukturnya.
Di Lambhong ada komplek sekolah bantuan RCTI yang teronggok di sebuah lahan dengan bangunan mulai dari TK-SD-SMP dan SMA.
Usai berkunjung ke Lambhong Clinton membawa rombongan peneliti dan mahasiswa yang ingin melihat langsung dampak dari bencana yang tercatat sebagai bencana terbesar abad ini ke Lho Seudu, :Lampuuk dan Penayong.
Dia melihat Aceh jauh lebih baik dari tahun-tahun awal bencana itu terjadi. Bencana ini telah mempersatukan dunia untuk tergerak hati membantu para korban.
“Kalau tidak ada dia, mungkin tidak seperti ini,” kata Clinton memuji Kuntoro Mangkusubroto, yang sebelumnya adalah Kepala Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi..
Clinton lebih banyak memberikan penjelasan terkait bencana gempa dan tsunami Aceh kepada rombongan peneliti dan mahasiswa yang ikut bersamanya, sambil melihat foto-foto dirinya yang sengaja dipasang tim penyambutan.
Para peneliti dan mahasiswa asal Amerika dan Eropa ini sengaja diikut sertakan dalam kunjungan Clinton ke Asia Pasifik oleh lembaga amalnya Clinton Foundation.
Selain itu rencananya Clinton dan rombongan sore nanti akan meninjau masjid Lampuuk dan kuburan massal korban tsunami di Lampuuk, sebelum bertolak kembali ke Jakarta.