Juergen Kloop berjanji tidak akan menularkan “kegilaannya” di Anfield dan meminta para suporter Liverpool untuk tidak “gila-gilaan” memaksanya untuk mendatangkan kesuksesan
“Saya tidak akan berbuat gila mendatangkan predikat juara di Anfield dalam satu tahun. Butuh waktu empat tahun untuk memulai kegilaan baru Liverpool,” katanya kepada “sky sports,” Senin, 12 Oktober 2015.
Manajer asal Jerman itu mewanti-wanti bahwa dirinya tak bisa membuat keajaiban.
Klopp mewanti-wanti bahwa dirinya tak bisa memberikan efek instan pada Liverpool.
Dia sampai memberi pengandaian tak bisa menciptakan keajaiban seperti berjalan di atas air.
“Jika Anda menggambarkan Aku seperti Yesus, lalu hari berikutnya bilang ‘dia tak bisa berjalan di atas air’, lalu Anda mempunyai masalah.”
“Aku tak bisa berjalan di atas air. Aku menyelam saat ditanya mengenai apakah dia bisa berjalan menyeberangi sungai Mersey.”
“Ekspektasi itu penting dalam hidup. Setelah semua sensasi ini, sekarang kita semua bisa mendinginkan suasana dan membicarakan sepakbola. Tapi, ekspektasi merupakan salah satu dari hal terpenting yang harus kita bicarakan,” imbuhnya.
Klopp sejak pekan lalu mengemban tugas sebagai manajer baru Liverpool.
Pria asal Jerman itu menggantikan Brendan Rodgers yang dipecat beberapa hari sebelumnya.
Hadirnya Klopp diharapkan bisa mengangkat prestasi Liverpool, yang puasa gelar selama tiga tahun lebih.
Titel terakhir yang diraih The Reds adalah Piala Liga Inggris pada tahun 2012 saat mereka masih dilatih oleh Kenny Dalglish.
Klopp tahu akan butuh waktu untuk mencapai kesuksesan di Liverpool.
Apalagi, dia adalah seorang pendatang baru di Premier League dan harus lebih dulu menyesuaikan diri.
“Rasanya sungguh aneh. Saya bangun pagi ini dan saya adalah manajer Liverpool. Tapi, saya tidak memedulikan hal-hal seperti itu, hal-hal seperti pers.”
“ Saya bukan manajer yang gila. Dan saya ingin bekerja dengan para pemain di atas lapangan,” ujar Klopp yang dikutip Soccerway.
“Tidak begitu penting apa yang orang-orang pikirkan ketika Anda datang. Ini soal apa yang Anda pikirkan ketika Anda pergi. Tolong beri kami waktu. Jika kita mau, ini bisa menjadi hari yang benar-benar spesial, jika kita sabar,” tambahnya.
“Ini adalah liga yang sangat sulit, dengan lawan-lawan yang besar, mungkin lebih besar. Kami bisa sukses dengan cara Liverpool yang spesial, tapi kami harus menunggu,” tutur pria berusia 48 tahun itu.
“Saya tidak ingin mengatakan kami harus menunggu 20 tahun. Ketika saya duduk di sini dalam waktu empat tahun, saya pikir kami akan memenangi satu titel, saya cukup yakin. Jika tidak, di kesempatan berikutnya mungkin saya akan bekerja di Swiss,” kata Klopp.
Juergen Klopp mengaku tak mempermasalahkan keberadaan komite transfer di Liverpool. Akan tetapi, semua transfer masuk dan keluar harus lewat persetujuan Klopp.
Keberadaan komite transfer di Liverpool sempat disebut-sebut sebagai penghalang bergabungnya Klopp dengan klub tersebut.
Pasalnya, Klopp dilaporkan ingin punya kuasa lebih besar dalam menentukan kebijakan transfer.
Klopp tetap mendarat di Anfield dan jadi manajer baru Liverpool. Setelah resmi menjadi arsitek baru The Reds, pria berkebangsaan Jerman itu pun angkat bicara terkait masalah ini.
“Ini adalah hal yang benar-benar lucu. Tak ada masalah apapun antara FSG dan saya. Kami sudah membicarakannya. Jika dua orang yang pintar dan cerdas duduk bersama dan menginginkan hal yang sama, di mana letak permasalahannya?” kata Klopp kepada LFC TV.
“Saya tak ingin membelanjakan uang yang tak dimiliki klub. Saya tidak ingin menahan seorang pemain yang tak ingin bertahan. Saya harus bekerja sepanjang hari dengan orang-orang ini,” tambahnya.
“Tidak ada yang akan menjual seorang pemain yang masih saya inginkan, bahkan jika itu adalah sebuah kesepakatan bagus. Tidak ada yang ingin membeli seorang pemain tanpa kata ‘iya’ dari saya. jadi, semuanya baik-baik saja,” kata Klopp.
Juergen Klopp selalu dikenal dengan filosofinya memainkan sepakbola enerjik dan tak kenal lelah. Filosofi yang sama pun bakal ia terapkan di Liverpool.
Filosofi Klopp tersebut terlihat jelas ketika ia menangani Borussia Dortmund. Di bawah arahannya, Dortmund berubah menjadi tim yang tak henti melakukan pressing dan punya serangan balik cepat.
Gaya main Dortmund di bawah arahan Klopp mendapatkan label ‘Gegenpressing’. Salah satu ciri dari ‘Gegenpressing’ Klopp adalah tiap kali kehilangan bola, pemain-pemain timnya akan langsung mengerubungi dan menekan lawan yang menguasai bola.
Di luar itu, filosofi Klopp juga dijabarkan dalam ucapannya berikut: “Saya tidak suka menang dengan delapan puluh persen possession.
Buat saya, itu tidak cukup. Saya suka sepakbola petarung, bukan sepakbola yang kalem, itulah yang saya suka.
Jelas sudah bahwa Klopp menginginkan sepakbola yang mengentak-entak. Dalam bahasanya, sepakbola harus dimainkan layaknya musik heavy metal.
Liverpool sebenarnya juga sempat memainkan pola yang agak mirip di bawah arahan Brendan Rodgers dua musim silam –ketika Luis Suarez masih menjadi bagian tim. Kala itu, Liverpool tak pernah alpa melakukan pressing ketat tiap kali kehilangan bola.
Mereka juga punya serangan balik cepat sehingga siapa pun lawan yang menyisakan ruang di lini pertahanan –atau menerapkan garis pertahanan tinggi– akan terpukul.
Klopp disinyalir akan menyempurnakan gaya tersebut. Bedanya, gaya Klopp lebih agresif. Manajer berusia 48 tahun itu pun menyebutnya sebagai sepakbola ‘full throttle’ alias ‘tancap gas’.
“Kemenangan memang penting, tapi gaya main dan bagaimana kami meraih kemenangan itu juga penting. Saya percaya pada filosofi, di mana emosi, kecepatan, dan kekuatan amat penting. Tim saya harus main tancap gas sejak awal dan bermain sepenuh hati di tiap laga,” ujar Klopp seperti dilansir Soccerway.
“Sangat penting memainkan sepakbola yang merefleksikan mental Anda sendiri, merefleksikan identitas klub, dan memberikan arah yang harus diikuti. Taktik memang penting, tapi taktik juga harus disertai hati.”