Setelah dijadikan sebagai musuh bersama, kini, “hoax” diperangi secara bersama pula.
Dan “perang” dikobarkan oleh pemerintah Indonesia lewat Rudiantara, Menkominfo.
Perang ini akan dimulai dengan melacak dari mana sumber berita hoax dan ujaran kebencian berasal
Sasarannya aplikasi chatting seperti WhatsApp, Line, dan BlackBerry Messenger.
Dikatakan Rudiantara, dia sudah mempunyai metode untuk melacak siapa pihak pertama yang menyebarkan informasi tersebut.
Nantinya, jika diperlukan, Kemenkominfo bisa melapor kepada kepolisian untuk melakukan penindakan hukum.
“Pokoknya, asalnya dari mana. Bisa ditelusuri ke belakang,” ucap Rudiantara
Rudiantara mengakui, pemantauan di aplikasi chatting ini lebih sulit dilakukan karena sifatnya lebih privat, tak seperti pemantauan di jejaring sosial seperti Facebook, Twitter, dan Instagram.
Namun, bukan berarti pemantauan tidak bisa dilakukan. Hanya saja, penanganan yang dilakukan berbeda.
Menurut Rudiantara, ujaran kebencian, provokatif, hingga informasi hoax dan fitnah saat ini banyak disebarkan melalui aplikasi chatting.
“Media sosial kan ada media sosial murni, ada yang chatting. Nah yang chatting penanganannya beda lagi,” kata Rudiantara.
Rudiantara mengatakan, melalui aplikasi chatting, biasanya menyebar informasi atau pesan yang bersifat provokasi dan kebohongan dari satu kontak ke kontak yang lain.
Sementara untuk akun di media sosial, lanjut Rudiantara, pemantauannya akan lebih mudah.
Jika Kemenkominfo menemukan akun yang menyebar kebencian dan fitnah, maka sudah dipastikan akun tersebut langsung diblokir.
Selain Rudiantara, Masyarakat Telematika Indonesia atau Mastel ikut ambilo bagian dalam “perang” ini.
Diungkapkan fitur pelaporan berita bohong atau hoax di aplikasinya untuk platform Android dan iOS. Masyarakat kini bisa mulai menggunakannya.
Langkah Mastel menambah fitur pelaporan hoax ini demi mendukung gerakan Turn Back Hoax.
Mastel sebagai bagian dari elemen masyarakat mengangkat mekanisme crowdsourcing pelaporan berita fitnah dan hoax yang sudah dikembangkan oleh aktivis Turn Back Hoax.
Laporan tersebut akan langsung disampaikan Mastel kepada otoritas di Kementerian Kominfo RI dan Forum
Nantinya bisa menjadi Basis pelaporan berita hoax dan ditindaklanjuti oleh pemerintah selaku regulator.
Sebagaimana layaknya crowdsource, fitur Laporkan Hoax di aplikasi Mastel mengandalkan partisipasi masyarakat guna melaporkan setiap berita fitnah dan hoax agar tidak tersebar luas.
“Ayo kita dukung gerakan Turn Back Hoax, marilah bersama sama kita berantas berita fitnah dan hoax secara sistematis dan berkesinambungan untuk mewujudkan Masyarakat yang lebih beradab,” demikian pesan Mastel
Aplikasi Mastel untuk Android bisa diunduh di Google Play Store melalui tautan berikut ini.
Maraknya berita palsu alias hoax yang beredar di internet belakangan ini berpotensi menyesatkan banyak orang.
Untuk membantu netizen Indonesia dalam mengenali berita hoax, sejumlah pengembang aplikasi yang tergabung dalam komunitas Masyarakat Anti Fitnah Indonesia mengembangkan layanan bernama Turn Back Hoax.
Turn Back Hoax adalah aplikasi berbasis crowdsourcing yang dirancang untuk mengumpulkan berbagai informasi fitnah dan hoax yang beredar di internet.
Bentuknya berupa ekstensi yang bisa dipasang di peramban Chrome untuk desktop. Seusai memasang ekstensi dan melakukan login via Facebok, pengguna Turn Back Hoax bisa melaporkan konten yang dicurigai sebagai hoax.
Konten dimaksud bisa berupa halaman situs, pesan berantai, dan gambar, termasuk yang beredar di media sosial semacam Facebook. Pengguna dapat menerangkan alasan soal mengapa konten tersebut diduga mengandung hoax.
Laporan-laporan mengenai dugaan hoax itu akan dikumpulkan dan bisa dilihat di situs beralamat data.turnbackhoax.id. Pengguna bisa menanggapi dugaan hoax yang dilaporkan oleh orang lain melalui komentar.
Dengan mengumpulkan laporan hoax ke dalam sebuah basis data, Turn Back Hoax diharapkan mampu berperan sebagai rujukan untuk memverifikasi informasi yang beredar di internet.
“Sebagaimana layaknya sebuah aplikasi crowdsource, Turn Back Hoax mengandalkan partisipasi masyarakat guna melaporkan setiap berita fitnah dan hoax,” sebut Turn Back Hoax
Selain sebagai rujukan, basis data berita palsu yang dikumpulkan oleh Turn Back Hoax turut diharapkan bisa membantu proses analisis seperti mengetahui pola berita hoax, mengidentitikasi orang atau kelompok yang diserang serta media yang digunakan.
Di samping ekstensi Chrome, tim pengembang Turn Back Hoax sedang menyiapkan aplikasi mobile Android dan iOS yang bisa dipakai untuk melakukan pelaporan serupa.
Database berita hoax di laman data.turnbackhoax.id sendiri bisa diakses secara bebas menggunakan browser desktop atau mobile mana pun.
Tutorial cara memakai Turn Back Hoax untuk melaporkan berita palsu bisa dilihat di tautan berikut, atau melalui video di tautan ini.