Perpanjangan kontrak Valentino Rossi dengan Movistar Yamaha menyebabkan Jorge Lorenzo “sakit hati,” dan makin menjauhkan hubungan di antara keduanya, bahkan bisa saja membuat pebalap asal Spanyol itu memutuskan untuk hengkang dari principal asal Jepang itu.
Pernyataan sakit hati itu diungkapkan oleh manajer pribadi Jorge Lorenzo, Albert Valera, yang mengaku bahwa pihaknya kurang simpatik dengan cara dan pemilihan waktu yang dipilih Yamaha Motor Racing soal pengumuman perpanjangan kontrak Valentino Rossi bersama Movistar Yamaha.
Seperti diketahui, The Doctor telah meneken kontrak baru berdurasi dua tahun dengan Tim Garpu Tala.
Yamaha telah mengumumkan kalau Rossi akan bertahan hingga akhir 2018.
Hal ini diyakini banyak pihak membuat posisi Lorenzo goyah, diiringi spekulasi bahwa Por Fuera tengah bernegosiasi dengan Ducati Corse.
“Yamaha telah memberikan tawaran terbaik yang pernah Jorge terima, tapi saat ini kami tak akan menandatanganinya dulu.
Sementara itu, tim memberitahu kami bahwa mereka akan mengumumkan kontrak baru Vale pada akhir pekan lalu, dan kami rasa cara dan waktu yang mereka pilih kurang pantas,” celoteh Valera, seprti dikutip Motorsport, Rabu, 23 Maret 2016
Valera yang juga merupakan manajer pribadi rider Suzuki Ecstar, Aleix Espargaro, juga membantah adanya tawaran dari Ducati kepada Lorenzo, meski mengaku akan membuka pintu lebar-lebar bila pabrikan Italia tersebut ingin melakukan negosiasi.
“Kami tidak akan terburu-buru dan akan santai saja sebelum menandatangani apapun. Kami akan mengamati situasi yang ada. Untuk saat ini, tawaran yang datang hanya berasal dari Yamaha.”
“Tapi kami tak akan menutup kemungkinan datangnya tawaran dari tim lain dalam beberapa hari ke depan,” ungkapnya.
Valentino Rossi sendiri, di lomba pembuka MotoGP musim ini di Losail, Qatar, gagal mengukir catatan manis. The Doctor –julukan Rossi– hanya berhasil menempati posisi empat. Tentu hasil tersebut tak memuaskan pria asal Italia ini.
Meski demikian, Rossi mengatakan bahwa tekadnya meraih kemenangan adalah modal penting yang akan mengantarkannya ke tangga meraih gelar juara.
“Mereka mengalahkan kami, namun kami adalah tim yang kuat,” tegas Rossi, seperti dimuat Crash, Rabu, 23 Maret 2016.
Rossi tak menampik bahwa pada musim ini dirinya tak memiliki amunisi rahasia. Namun, ia tetap merasa percaya diri dapat menyabet gelar juara dunia.
“Sayangnya, saya tidak memiliki lebih dari ini. Saya tetap dapat lebih cepat dari pembalap lain.”
“ Pada seri pertama, saya hanya berselang sepuluh meter di belakang pembalap yang ada di depan saya. Penting bagi saya untuk lebih memahami tipe ban yang digunakan,” ujarnya.
“Saya tidak tahu jika menggunakan ban tipe soft dapat menjadi lebih kompetitif. Tidak akan sulit mengejar Marquez, tetapi akan lebih sulit mengejar Lorenzo dan Divizioso.”
“Terlepas dari itu semua, mereka dapat berada di belakang saya, mereka harus berusaha melawan kami,” lanjut Rossi.
Dalam balapan awal itu Jorge Lorenzo berhasil memenangi mengungguli Andrea Dovizioso, Marc Marquez, dan rekan setimnya Valentino Rossi.
Lorenzo yang mendapat baris pertama pada awal balapan sempat memimpin pada beberapa lap. Namun itu tidak bertahan lama karena duo Ducati yang membuntutinya berhasil menyalip pembalap asal Spanyol tersebut.
Namun pada akhirnya, Lorenzo berhasil mengambil alih posisi puncak dan menjuarai seri pertama tersebut.
Usai balapan berakhir, X-Fuera melakukan selebrasi yang cukup mengundang tanda tanya. Ia seolah-olah menunjukkan sedang mengunci mulutnya.
Beberapa pihak berspekulasi bahwa gestur tersebut ditunjukkan untuk rekan setimnya, Valentino Rossi.
Rossi dan Lorenzo memang sempat terlibat ketegangan saat kualifikasi. Bahkan, The Doctor –julukan Rossi- langsung mengeluhkan perilaku rekannya tersebut ke media dan mengundang banyak respon.
Namun usai pertandingan, VR46 yang menyelesaikan balapan di posisi keempat sama sekali tidak merasa tersindir dengan selebrasi yang ditunjukkan oleh rekan setimnya tersebut.
“Apakah gerakan itu untuk saya? Tidak. Saya rasa gerakan itu bukan untuk saya,” ujar Rossi seperti diberitakan Marca.
Usai pertandingan Rossi mengaku sangat sedih dengan hasil yang ia terima.
Rossi mengeluhkan mesinnya yang kurang kompetitif dengan mesin rekan setimnya. Ia juga mengakui pada balapan tersebut dirinya tidak menampilkan performa yang baik. VR46 mengaku terlalu cepat dalam melakukan pengereman.
“Saya merasa kecewa karena seharusnya bisa naik podium. Tetapi ada baiknya kami bisa mendapatkan hasil yang lebih baik. Saya sangat tidak senang. Saya bisa berkata bahwa tim ini mengalami masalah. Meski begitu kami tidak terlalu buruk,” ujar Rossi seperti diberitakan Marca.
“Balapan tersebut terasa sangat sulit. Saya terlalu cepat dalam melakukan pengereman. Saya mengalami masalah dengan kecepatan,” tandas pembalap Italia yang memiliki julukan The Doctor tersebut.