Marc Marquez sangat terkejut bisa jura adi Motegi dan sekaligus berhasi mengamankan status gelar juara dunia yang notabene merupakan markas timnya sendiri.
Hal ini dikarenakan ia memang memiliki peluang tipis untuk merebut gelar juara dunia ketiga dalam kariernya itu di Jepang.
Sebelum balapan, Marquez ‘hanya’ unggul lima puluh dua poin dari Valentino Rossi sehingga ia perlu memastikan podium pertama dan Rossi finis paling tinggi keempat belas agar bisa menjadi juara dunia.
Mengingat torehan terburuk Rossi musim ini adalah posisi delapan, minim kemungkinan skenario itu terjadi.
Apalagi Marquez juga belum pernah menang di Sirkuit Motegi sebagai pebalap MotoGP.
Terakhir kalinya ia naik podium pertama di Sirkuit Motegi adalah pada empat tahun silam ketika masih menjadi pebalap Moto2.
Namun langkah Marquez memang pada akhirnya tak terbendung.
Rossi dan rekan setimnya, Jorge Lorenzo, justru tergelincir keluar saat balapan dan tak bisa membawa pulang satu pun poin.
Di saat bersamaan, Marquez yang memimpin balapan sejak putaran keempat dengan nyaman finis di posisi pertama.
Kemenangan itu membuat Marqeuz membuat Marquez ta bisa digeser lagi.
“Ini perasaan yang mengagumkan. Saya tak menyangka ini terjadi di sini. Ketika saya melihat Rossi keluar lintasan, saya terus memaksakan kemenangan. Lalu saya melihat Lorenzo juga keluar lintasan,” kata Marquez di atas podium.
“Saya sebenarnya sempat melakukan kesalahan di lima hingga lima tikungan. Sangat sukar berkonsentrasi. Untuk bisa kembali di puncak dan menang di Honda dan Motegi.”
Kegembiraan Marquez juga terlihat dari caranya merayakan kemenangan.
Ia berteriak-teriak dengan gila dan tersenyum sangat lebar. Ia pun mendapatkan helm emas yang telah dipersiapan Honda untuknya sebagai tanda juara dunia.
Dalam balapan di Motegi itu, Marquez, mengakui bahwa ia telah berupaya sekeras tenaga untuk menjauhi kejaran Valentino Rossi
Semula Marquez risau Rossi bisa balik mengejar dan menyalipnya.
Di balapan yang digelar di Sirkuit Motegi tersebut, Rossi sebenarnya memegang posisi pole.
Namun Jorge Lorenzo yang justru memimpin balapan di putaran pertama dengan melewati Marc Marquez dan Rossi.
Marquez kemudian sempat terlibat pertarungan dengan Rossi sebelum akhirnya menjauh dan mengejar Lorenzo.
Sejak putaran keempat, Marquez kemudian sukses melewati Lorenzo dan berbalik memimpi balapan.
Marquez mengatakan bahwa ia tak ingin terlibat pertarungan dengan Rossi sehingga menggeber motornya sekencang mungkin.
“Saya memulai balapan dengan baik dan normalnya hal itu tak pernah terjadi. Tapi kemudian saya melihat bahwa di putaran-putaran pertama Valentino menyalip saya tiga hingga empat kali dalam cara yang aneh,” kata Marquez seperti dikutip dari Crash.
“Saya merasa bahwa mungkin ia sedikit gugup sehingga saya memutuskan untuk terus memacu motor dan coba menciptakan sedikit selisih.”
Pada akhirnya Marquez memang benar-benar terbebas dari kejaran Rossi karena pebalap Italia itu tergelincir ke luar lintasan di putaran kesepuluh.
Marquez kemudian melintasi garis finis sebagai juara pertama dan sebagai juara dunia 2016.
“Saya terus mendorong ketika saya melihat Rossi keluar lintasan, dan saya mengatakan pada diri saya sendiri saya akan coba membidik kemenangan. Saya mengikuti ritme seperti saat latihan bebas, dan sesungguhnya saya merasakan motor saya sangat bagus.”
Dengan tiga balapan tersisa, Rossi tak mungkin mengejar torehan poin Marquez.
Kini, Rossi yang hanya berselisih empat belas poin dari Lorenzo akan terlibat pertarungan untuk menduduki posisi kedua di klasemen akhir.
Dalam balapan itu juga Marquez dilanda kegugupan. Menatap gelar yang ia idam-idamkan, tiba-tiba saja ia hilang konsentrasi, salah memasukkan persneling dan juga lupa bahwa ia sedang membalap di Sirkuit Motegi.
Hal ini terjadi ketika Jorge Lorenzo tergelincir ke luar lintasan hanya lima putaran jelang balapan berakhir.
Jika kedua pebalap Movistar Yamaha itu gagal merebut poin dan Marquez menjadi juara, maka k Marquez tak mungkin lagi terkejar pada tiga seri balapan terakhir.
Hal inilah yang justru membuat Marquez hilang konsentrasi.
Beruntung ia cepat menyadari kesalahannya itu dan kembali fokus. Pebalap Spanyol itu kemudian jadi yang pertama melintasi garis finis MotoGP Jepang dan merebut gelar juara dunia MotoGP ketiga dalam kariernya.
“Luar biasa — sejujurnya perasaan saya luar biasa. Ketika saya bangun pagi ini, saya hanya merasakan tekanan yang biasa, seperti balapan lainnya. Saya merasa bahwa tidak mungkin untuk menjadi juara dunia di sini,” kata Marquez seperti dikutip dari Crash.
“Sejujurnya, ketika saya melihat Lorenzo keluar lintasan, saya melupakan segalanya. Saya lupa memindahkan persneling hingga tiga, empat, dan lima kali. Saya bahkan tak tahu saya sedang berada di sirkuit mana!”
Marquez mengatakan bahwa kehadiran Andrea Dovizioso yang menguntitnya setelah Lorenzo terjatuh membuatnya tersadar. Ia harus melintasi garis finis terlebih dahulu sebelum bisa merayakan gelar juara dunia.
“Lalu saya berusaha berkonsentrasi, dan ketika saya melintasi garis finis, saya mengatakan bahwa ‘tidak akan ada perayaan karena kami tidak siap dan belum menyiapkan apapun’. Tapi tim saya selalu percaya pada saya dan mereka telah siap dengan sebuah kaus.”
Marquez merasa kemenangan di Jepang ini spesial. Bukan hanya karena ia bisa mengamankan gelar juara dunia, tapi juga karena ini adalah kemenangan pertamanya di Sirkuit Motegi yang dimiliki Honda.
“Hal itu juga penting! Saya sangat senang,” kata Marquez