Dua pekan usai diluncurkan, Pokemon Go menuai korban jiwa di Guatemala, ketika dua remaja, yang merupakan saudara sepupu, Jerson Lopez de Leon dan Daniel Moises Picen, ditembaki orang tak dikenal dari sebuah mobil van.
Keduanya diberitakan sedang asyik berburu Pokemon di sepanjang rel kereta api di Jalan Chiquimula, atau, tepatnya dua ratus kilometer dari Guatemala City.
“Tiba-tiba saja mereka diserang tembakan peluru dari sebuah mobil van putih,” tulis sebuah surat kabar terbitan Guatemala City, “The News City,” Kamis, 21 Juli 2016..
Seperti juga ditulis laman situs “news.com.au,” Kamis, 21 Juli 2016, belum jelas apa yang memicu serangan.
Namun pihak kepolisian meyakini perburuan Pokemon telah menuntun kedua remaja itu memasuki wilayah yang berbahaya.
Akibat peristiwa penyerangan dengan senjata api itu, Jerson Lopez de Leon tewas sementara sepupunya Daniel Moises Picen menderita luka parah.
Terdapat dua puluh selongsong peluru yang ditemukan di tempat kejadian sementara penyelidikan terhadap pelaku hingga kini masih terus berlangsung.
Ibu remaja yang tewas itu, Rosalinda mengatakan ia sama sekali tidak berharap anaknya meninggalkan rumah untuk bermain Pokemon Go.
“Saya tidak tahu mengapa anak saya meninggalkan rumah. Dia sudah bersiap tidur ketika saudara sepupunya mengirimkan SMS memintanya keluar rumah dan mengunduh sebuah permainan beberapa blok dari rumah,” ujar Rosalinda.
Sementara itu di Baltimore, Amerika Serikat pihak kepolisian mengeluarkan peringatan bahwa Pokemon Go sama sekali tidak menyenangkan. Mereka bahkan merilis bahaya memainkan permainan fenomenal ini.
Video itu memuat adegan ketika seseorang mencoba berburu Pokemon ketika ia tengah menyetir. Tak lama, ia pun menabrak sebuah mobil polisi.
Melihat kejadian itu, petugas berlari untuk memeriksa kondisi sang pengemudi SUV. Ternyata, ia selamat dan polisi mendapati tangan sang pengemudi masih memegang ponsel.
“Itulah yang saya dapatkan akibat game ‘bodoh’ ini,” ujar salah seorang petugas polisi.
Di Brisbane, Australia seorang remaja perempuan mengalami patah lengan setelah tertimpa dahan pohon ketika tengah menikmati perburuan Pokemon.
Ia pun segera dilarikan ke Rumah Sakit Royal Brisbane, kondisinya pada saat itu dilaporkan stabil.
Para pemburu Pokemon Go di Bosnia juga telah diingatkan untuk menghindari lokasi lahan ranjau darat sisa konflik.
Berlainan dengan kasus diberbagai belahan dunia lainnya, di Arab Saudi banyak pencinta gim yang nekat untuk mengunduh aplikasi tersebut secara ilegal.
Merespons kekhawatiran publik terhadap permainan itu, lembaga ulama membangkitkan kembali fatwa yang pernah dikeluarkan pada lima belas tahun silam yang melarang Pokémon.
Menurut laporan yang dikutip dari The Guardian, Kamis, 21 Juli 2016, Komite Permanen Riset Ilmiah dan Fatwa Arab Saudi, dalam pengumuman yang disiarkan dalam situsnya, menyebut bahwa keputusan dikeluarkan setelah menerima banyak pertanyaan dari publik.
Fatwa itu menyebutkan, Pokémon mirip perjudian.
Tak hanya itu, karakter-karakternya diduga berdasarkan teori evolusi Charles Darwin, yang menurut para ulama tersebut, bertentangan dengan Islam.
Para ulama Saudi juga menyebutkan sejumlah simbol yang tak Islami bertebaran di Pokemon Go, salah satunya Freemasonry.
Pokémon, ucap para ulama, juga mengandung ajaran politeisme.
Fatwa tersebut tak menyebut terang-terangan larangan terhadap Pokemon Go, yang kini menjadi fenomena global.
Pokemon Go membutuhkan jaringan internet yang bagus, lokasi satelit smartphone, grafis, dan kemampuan kamera yang bagus untuk ‘menangkap’ monster.
Kemudian, para monster tersebut dilatih untuk menghadapi pertarungan.
Aktivititas para pemburu Pokemon Go di dunia nyata kerap dianggap sebagai gangguan. Mereka nekat memasuki properti orang lain, kuburan, bahkan markas militer demi mendapatkan Pikachu dan rekan-rekannya.
Permainan tersebut juga dianggap meningkatkan tingkat kriminalitas, pelanggaran lalu lintas, dan memicu banjir keluhan di berbagai penjuru dunia.