"Namanya saya a cin." Begitu ia memperkenalkan diri ke saya. A cin saya tahu nama kecilnya. Yang namanya lengkapnya saya
slide
Kemarin… dan kemarinnya lagi …saya menulis di sebuah kolom tentang “qanun tersesat.” Qanun yang saya tak mau mengulang artian dari
Namanya Dahlan Sulaiman. Teman lama. Teman lama sesama jurnalis. Wartawan. Teman ketika ia masih numpang tinggal di taman sari. Masih
ilustrasi foto persaingan media cetak dan digital................ Media cetak telah mati. Kalaupun ada yang hidup sakratulmaut hampir bisa di
Entah kenapa diskusi pagi saya di kupi solong, kawasan ulee kareng, kemarin dengan dua professor ekonomi melenceng ke tema lain.
Bermula dari sebuah straight news. Berita lurus, ringkas yang memenuhi unsur lima w+satu h. Sumbernya, mungkin – ini mungkin- dari
Aceh masih miskin. Masih termiskin di sumatera. Lima besar di Indonesia. Sejajar dengan banyak provinsi di papua. Angka miskinnya nambah.
Discus-nya panjang. Berulang-ulang. Di banyak tempat. Topiknya sama. Itu ke itu saja. Sesekali out fokus. Melebar. Pukul samping. Kibas ke
Sudah lewat hari kedua puluh sejak chatting whatsapp itu singgah di handphone saya. Chatting yang mengabarkan tentang “hidup”nya kembali kolom
Hari Sabtu, tiga puluh satu desember dua ribu dua puluh dua, atau pasnya tiga puluh desember jumat pagi waktu london,