TAYANGAN wawancara Anas Urbaningrum yang bertajuk “Perlawanan Anas” yang disiarkan oleh “RCTI” Rabu dinihari WIB jauh dari “prime time,” sebagaimana biasanya program acara yang memiliki “rating” tinggi. Biasanya tayangan serupa disiarkan televisi antara pukul 18.00 sampai 21.00. Jam-jam tersebut dianggap sangat potensial untuk menyedot perhatian pemirsa terutama pengiklan.
Menurut M Choiril Alam, Head of Program Planning & Scheduling, tayangan “Perlawanan Anas” itu tidak masuk prime time karena sudah berkomitmen dengan klien untuk menayangkan sinetron. “Sinetron merupakan program unggulan dan imej dari RCTI sendiri sehingga sulit mengubahnya,” kata Choirul dalam rilisnya, Rabu 27 Februari 2013.
Meski tayang dini hari, wawancara dengan Anas tersebut cukup mengguncang dunia perpolitikan. Perolehan ratingnya pun cukup bagus yakni 1.0/17.4. Dalam wawancara tersebut Anas menceritakan bagaimana pergolakan di Partai Demokrat hingga hubungannya dengan Presiden SBY.
Kala melepas jabatannya sebagai Ketua Umum Partai Demokrat, Anas Urbaningrum turut menanggalkan jaket kebesarannya, dan Anas mempersilakan publik menafsirkan arti pencopotan jas itu. “Waktu lepas jaket, itu kan jaket ketua umum partai,” kata Anas. “Ditafsirkan apa saya mundur dari ketua umum atau sekalian sebagai anggota atau kader, ya bebas saja.”
Hingga sekarang, Anas mengklaim masih memiliki kartu tanda anggota (KTA) Demokrat. Namun ia tak menampik adanya tawaran pelbagai pihak untuk berpindah partai. Hanya, perpindahan haluan itu bukan menjadi prioritas bagi Anas pada saat ini. “Nantilah, mungkin nanti kalau KTA saya masih bermakna atau tidak,” ujarnya.
Anas memang masih memiliki KTA Demokrat. Namun, ada di mana KTA itu, ia tak menjawab secara gamblang. Malah berkelakar soal KTA-nya. “KTA saya masih ada, cuma tidak tahu keselip di mana,” ujarnya seraya tertawa. “Ada kok, di rumah.”
Ketika i ditanyakan soal kemungkinan keluar dari Demokrat, Anas menjawab, partai berlambang Mercedes itu adalah cinta pertamanya. Sejak pertama kali terjun di dunia politik, ia langsung bergabung dengan partai biru itu. “Tapi kan ada juga ungkapan, mencintai tidak harus memiliki,” ujarnya sambil tertawa.
Anas yang menjadi magnet retorika politik dalam pekan ini terus mengumbar pernyataan dengan dukungan “faksi” HMI-nya. Ia juga mendapat aplaus dari para “petualang” politik yang ingin mendapatkan liputan media hanya sekadar mendapatkan popularitas gratis. Sehingga gema perlawanan Anas yang sudah jadi tersangka, dan nantinya akan duduk jadi pesakitan di kursi pengadilan makin menjadfi santapan media.
Menurut seorang pengamat yang tidak ikut-ikutan menebar spekulasi tentang Anas, mengatakan, Anas akan berada dalam genggeman senyap hari-hari berikutnya. Ia akan kehilangan momen baru. Tidak selalu momentum akan menghampiri pesakitan. Orang akan bosan memberi aplaus, nantinya, karena takut dihujat mendukung tersangka korupsi.
Sementara itu, sehari setelah penayangan “Perlawan Anas” di RCTI, pengacara Nazaruddin, Rufinus Hutauruk, menyatakan Anas pernah menjanjikan akan melindungi kliennya seusai pertemuan di Cikeas.Nazaruddin, kala itu, mengakui pertemuan Cikeas banyak menyebut nama. Namun Nazar belum pernah menceritakan siapa saja tokoh itu secara detail.
Nazar mengaku tahu soal kasus Hambalang dan membantah keterlibatannya soal Wisma Atlet,” kata Rufinus saat dihubungi . Pertemuan di Cikeas, lanjut Rufinus, merupakan permintaan Anas, “Nazar sempat menolak, namun akhirnya setuju karena sudah diatur oleh Anas.”
Pertemuan yang berlangsung di Cikeas pada 23 Mei 2011 itu, lanjut Rufinus, bertujuan untuk menyusun scenario soal Hambalang “Bahwa ada kekecewaan SBY usai mendengarkan cerita Nazar, itu tidak disampaikan (oleh Nazar),” kata dia.
Nazar, kata Rufinus, memang diminta untuk menceritakan Hmabalang “Tapi tidak dibahas dengan detail, yang jelas semua anggota Majelis Tinggi hadir.” Pertemuan tersebut, lanjut Rufinus, lebih banyak berfokus pada kasus Wisma Atlet yang membelit Nazar.
Ketika itulah Nazar dijanjikan perlindungan oleh Anas. “Anas janji akan protect (melindungi) Nazar selama sekitar tiga tahun, sampai kasus ini (Hambalang) selesai.” Untuk itu, Nazar diminta segera berangkat ke luar negeri. “Tapi dia kecewa, begitu berangkat ke Singapura, Nazar baru tahu dia dicekal.”
Kliennya mengaku tidak terima dipersalahkan dalam kasus Wisma Atlet. “Yang menikmati uangnya kan Anas sebagai Ketua Umum, bukan Nazar,” ujar Rufinus.
Dia membantah kliennya pernah menyebut Ibas menerima aliran dana Hambalang. “Setahu saya tidak pernah, gak ada dia sebut nama Ibas.” Nazar sendiri kini telah menjadi terpidana dalam kasus Wisma Atlet SEA Games.
Dalam wawancara khususnya dengan RCTI, Anas menyatakan Amir Syamsuddin yang mestinya menjelaskan pengakuan Nazar tentang Ibas, yang juga menerima aliran dana Hambalang. Apabila Amir tak bersedia menjelaskan ke publik, pada saatnya Anas akan menjadi cadangan menerangkannya.
Dalam pertemuan itu, SBY disebut-sebut murka mengetahui putranya, Ibas menerima aliran duit Hambalang. “Kalau itu tanya Pak Amir Syamsuddin, Pak Amir pernah pertama kali meminta keterangan atau informasi dari Nazaruddin tentang aliran-aliran uang salah satunya ya, dan memang jawaban Nazaruddin mengejutkan. Dia menyebut beberapa orang yang menerima uang itu,” kata Anas dalam wawancara eksklusif yang ditayangkan RCTI, Rabu 27 Februari 2013 dinihari.