Lembaga intelijen Amerika Serikat atau National Security Agency yang dikenal dengan akronim NSA diungkapkan memiliki alat khusus untuk membobol seluruh sistem operasi Windows.
Alat tersebut, seperti ditulis “the verge,” hari ini, 17 April, bekerja memanfaatkan celah keamanan di dalam sistem operasi tersebut.
Kabar mengenai keberadaan alat pembobol itu didapat dari kelompok peretas bernama Shadow Brokers pada pekan lalu.
Kelompok ini sebelumnya juga pernah mencuri data rahasia dari NSA dan menyebarkannya.
Informasi yang diperoleh Shadow Brokers salah satunya menyebutkan mengenai zero days exploit dan cara memanfaatkannya untuk menyusup ke dalam Windows.
Zero days exploit sendiri merupakan istilah untuk menyebut kelemahan suatu software yang masih belum diketahui oleh pembuatnya.
Dalam hal ini, tampaknya NSA tak memberi tahu Microsoft mengenai celah temuannya itu.
Lebih parahnya, celah keamanan tersebut bisa dimanfaatkan oleh mereka untuk mengakses informasi dari seluruh sistem operasi Windows, mulai dari XP hingga 8.
Informasi mengenai alat peratas NSA ini memicu ketakukan para peneliti keamanan.
Mereka bahkan menyarankan pengguna Windows untuk mematikan komputernya di akhir pekan.
Namun ketakukan itu ditanggapi cepat oleh Microsoft.
Tepatnya pada Jumat pekan lalu, beberapa jam setelah informasi mengenai celah keamanan itu menyebar, Microsoft mengonfirmasi telah merilis perbaikan yang diperlukan.
Perbaikan tersebut dipastikan sudah termasuk dalam pembaruan software untuk seluruh versi sistem operasi Windows yang masih dalam dukungan Microsoft.
Selama ini NSA memang banyak menerima kritik akibat kegiatan “mata-mata” yang dilancarkan ke seluruh penduduk AS.
Kegiatan tersebut dirancang atas nama penangkalan aksi terorisme.
Mantan karyawan NSA Edward Snowden adalah orang yang membeberkan kegiatan tersebut pertama kali pada empat tahun silam.
Kini, fakta baru lainnya terungkap, orang-orang internal NSA sebenarnya telah berencana untuk menghentikan operasi penyadapan ponsel warga AS sebelum Snowden mengungkap kegiatan tersebut.
Hal ini diungkap mantan anggota NSA.
Katanya, para “bos” agen sebenarnya telah jauh hari berdiskusi untuk membatalkan program pemerintah tersebut. Ini disebabkan dana yang dibutuhkan untuk program penyadapan tak sedikit.
Selain itu, program ini memakan waktu yang lama. Hasilnya pun terbukti tak efektif untuk menyelidiki terorisme.
Pasalnya, sejak kurun waktu program dilancarkan, belum pernah ditemukan indikasi alur terorisme dari ponsel warga yang disadap. Jika begini, sama saja pemerintah melanggar privasi warganya untuk hasil yang sia-sia.
Belum lagi, sejak kegiatan mata-mata diketahui masyarakat luas, NSA bisa dikatakan menjadi “musuh publik”. Pada Desember empat tahun silam, sudah ada imbauan agar data-data ponsel warga AS sebaiknya ditangani langsung oleh perusahaan ponsel atau pihak ketiga.
Jadi, tugas ini tak dilimpahkan ke NSA.
Sejauh ini, menurut perwakilan pemerintah AS, kongres masih ragu akan melanjutkan program atau menghentikannya sesuai ketentuan proposal sebelumnya.
Beberapa pihak tercatat setuju untuk melanjutkan, beberapa lainnya menolak. Belum ada satu suara bulat dari internal kongres.
Juru bicara Badan Keamanan Nasional Ned Price mengatakan, White House bakal mendukung segala keputusan kongres.
Kabar lainnya mengatakan, NSA telah menghentikan aksi “mata-mata” ke seluruh ponsel warga AS.
Sebagai gantinya, aksi mata-mata akan dilancarkan dengan mekanisme tebang pilih.
Artinya, hanya oknum tertentu yang dicurigai dan ditargetkan secara khusus yang akan “diganggu privasinya”.
“Dengan alasan yang masuk akal, kami tetap bisa melindungi negara dengan mengimplementasikan beberapa perubahan mekanisme,” kata juru bicara NSA Ned Price beberapa waktu lalu
Penetapan kebijakan baru ini merupakan kemenangan besar bagi advokat yang menjunjung privasi, perusahaan-perusahaan teknologi, serta masyarakat pada umumnya.
Pasalnya, adu pendapat terkait isu mata-mata telah berlangsung sengit sejak kurang lebih tiga tahun lalu.
Pemerintah dianggap melanggar hak privasi warga sipil. Sementara, pemerintah berdalih bahwa aksi mata-mata merupakan upaya untuk menjaga keamanan dan stabilitas AS.
Negara adikuasa tersebut tak ingin mengulangi kelalaian yang menyebabkan suksesnya serangan 11 September 2001.
Tapi, bagaimanapun, kebijakan telah ditetapkan. Sejak itu, NSA tak lagi berhak mengintip jalur komunikasi warga secara keseluruhan.