Hari ini, Selasa, 27 Februari, harga emas dunia kembali ke trek kenaikan usai “menderita” dalam perdagangan akhir pekan lalu.
“Harga emas berhasil reli tersengat pelemahan dolar Amerika Serikat dan menjelang pernyataan Gubernur The Fed, Jerome Powell di kongres pekan ini,” tulis laman media terkenal “bloomberg,” Selasa pagi WIB.
Mrnututnya, harga emas di pasar spot menguat nol koma dua persen per ounce.
Untuk harga emas berjangka untuk kontrak pengiriman April juga mengalami kenaikan yang sama.
Sementara harga perak ikut terkerek naik dan platinum menguat tipis.
Penurunan indeks dolar AS terhadap mata uang utama berhasil mengangkat harga emas setelah tersungkur menuju penurunan mingguan terbesar dalam dua bulan.
“Yang mempengaruhi harga emas adalah dolar AS. Untuk bisa menembus harga emas ke level terbaiknya butuh permintaan dari investor ritel AS,” kata Analis Standard Chartered, Suki Cooper.
Investor menilai bahwa Powell konsisten dengan kebijakan moneter di AS sehingga dolar AS terseret ke bawah.
The Fed melihat pertumbuhan ekonomi akan tetap stabil dan tidak melihat adanya risiko yang mungkin menghentikan laju kenaikan suku bunga yang direncanakan.
Emas sangat sensitif terhadap kenaikan suku bunga AS. Apalagi Gubernur Bank Sentral Eropa dan Bank Sentral Inggris juga akan mengeluarkan pernyataan pekan ini.
Peningkatan harga emas ini juga ditopang kenaikan permintaan dari China setelah libur Imlek.
Harga emas diperkirakan akan terus mengalami penguatan pada perdagangan pekan ini seiring dengan tren pelemahan nilai tukar dolar Amerika Serikat.
Harga emas menemukan momentum baru pada pekan lalu karena nilai tukar dolar AS tidak mampu menembus angka resistance dan kemudian terdorong ke level terendah dalam tiga tahun.
Menurut beberapa analis, pelemahan dolar AS menjadi tenaga yang paling signifikan bagi harga emas.
Pada penutupan pekan lalu, harga emas berjangka berada di angka US$ 1.355 per ounce, naik tiga persen jika dibandingkan dengan pekan sebelumnya.
Ini merupakan presentase kenaikan yang terbaik dalam dua tahun.
“Dengan adanya ketidakpastian atau bisa disebut pelemahan nilai tukar dolar AS maka sudah pasti orang akan menyukai emas,” jelas Neil Mellor, analis senior BNY Mellon.
Mellor melanjutkan sebenarnya ada sentimen negatif pada dolar AS setelah Kongres AS menyetujui adanya aksi pemotongan pajak perusahaan maupun pribadi.
Dengan adanya pengurangan pajak tersebut besar kemungkinan defisit anggaran pemerintah semakin besar sehingga memberikan beban kepada nilai tukar dolar AS.
“Sekarang bertambah dengan adanya ancaman inflasi naik dan ekonomi melambat,” tambah dia.
Analis FXTM Jameel Ahmad melanjutkan, ke depan fokus pelaku pasar beradadi kebijakan di wilayah Eropa. Ada kemungkinan kebijakan bank sentral yang agresif sehingga berpengaruh kepada harga emas.
Namun ternyata tidak semua analis memberikan pandangan yang positif kepada harga emas. “kenaikan harga emas sudah terlalu tinggi dan kemungkinan sudah overbought,” kata Colin Cieszynski, kepala analis SIA Wealth Management.