Ia di ejek “wanita kucing.” Ejekan itu “mem”bal. Datang lagi ejekan baru: kama”bla.” Ejekan itu pun menguap.
Ia hanya menanggapinya dengan tawa berderai. Tawa si iya-nya Kamala Devi Harris.
Kalau bacaan anda “time,” us today, los angeles time maupun new york time dan sebagai.. dan sebagainya..pasti tahu dengan wanita yang kini bikin panas dingin negeri utara sana dan negeri mana saja..
Paham juga apa makna dua ejekan yang nendang itu. Ejekan “wanita kucing” dan kama”bla”
Ejekan wanita kucing bagi kaum perempuan yang berarti mereka-mereka yang gak pernah melahirkan. Wanita yang senangnya pihara kucing. Sebuah kehidupan : lonely life Yang gak di sana di sini pun begitu
Serangan tipe begini sangat pribadi. Sering diluncurkan ke lawan politik dalam bahasa begini: “bagaimana dia bisa jadi presiden yang baik kalau tidak pernah merasakan punya anak”.
Seperti juga yang pernah dilancarkan di sini dalam konteks yang lain: “bagaimana dia menjalankan tugas kepresidenan kalau gak punya isteri.” Isteri sebagai ibu-negara. Entah…ya…
Kamala memang gak pernah melahirkan. Tapi ia seorang ibu. Ibu sambung dua anak dari suaminya. Bukan ibu tiri yang diratapi. Ibu yang dirindukan
Bisa mengalahkan seorang ibu benaran untuk dua anak bawaan: anak lelaki dan Perempuan. Dua-dua remaja. Satu remaja benaran lainnya remaja tanggung.
Sebelum punya anak sambung Kamala sendiri pernah dua kali pacaran. Saat masih mahasiswa. Lalu lebih banyak sekolah dan berkarier. Sampai akhirnya jadi jaksa agung di sebuah negara bagian
Lantas ketemu lelaki jomblo. Duda. Emhoff. Duda yang cerainya baik-baik. Khas perceraian hukum mahkamah sana. Gak ada gosip di acara “talk show” news cable network.
Kedua anaknya, ikut Emhoff semua: Cole dan Ella. Nama lengkap mereka: John Coltrane dan Ella Fitzgerald.
Cole saat itu sudah mahasiswa, Ella masih di sekolah menengah pertama, Di awal pacarana, Kamala menyadari apa yang dipikirkan anak-anak sang pacar.
Ia tahu untuk mendapatkan Emhoff tinggal balik balik telapak tangan. Tapi untuk mendapat tempat dihati dua remaja diperlukan bolak-balik telapak tangan. Bisa sampai pegal.
Kepada sebuah stasion televisi lokal Kamala pernah mengatakan ingin menjaga perasaan anak-anak itu. Kamala tidak mau bertemu mereka. Ia tahu pacaran belum tentu akan berujung di perkawinan.
Sebelum ada kepastian perkawinan itu, keberadaan sang pacar ayah tidak harus mereka ketahui.
“Anak-anak itu perlu kepastian. Sedang hubungan kami masih sementara,” tulisnya dalam suatu artikel di media lokal online lima tahun lalu.
Baru setelah mereka sepakat menikah keduanya merancang bagaimana cara agar calon istri ayahnya bisa bertemu kedua remaja itu agar gak terjadi guncangan.
Mereka sepakati perlu waktu untuk bisa diterima anak-anak yang sudah remaja.
Ketika cara bertemu itu ditemukan mereka memilih satu restoran untuk makan malam bersama. Yakni restoran yang kira-kira disukai remaja saat itu. Blasss…
Jawaban ini yang membungkam sebutan “wanita kucing” untuk Kamala Harris.
Lain lagi dengan ejekan Kama-“bla.” Ejekan yang gak perlu saya beritahu. Anda tentu tak perlu belajar. Cukup cari di goggle search apa harfiahnya. Bisa buka “tik tok” dan langsung muncrat “bla..blaa..”
Dua ejekan itu memang khas milik negeri “paman sam.” Gak akan kena pasal-pasal i-te-e. Pasal-pasal selingkuhan yang memenjarakan seperti negeri kita. Negeri yang penuh dengan “palang pintu.”
Kamala sudah terlatih sejak muda untuk menghadapi lawan politik sejenis itu. Sejenis predator. Ia tidak gundah gulana diserang sebutan jelek macam macam terkait kehidupan pribadinya
Jenis bully semacam itu memang dilancarkan untuk membentuk opini publik dengan tujuan mengalihkan pilihan rakyat ke lawan politik
Ejekan itu muncul usai Joe Biden mengumumkan pengunduran diri dari calon presiden dan Kamala Harris didapuk sebagai gantinya.
Begitu di calonkan partai demokrat bermunculanlah “meme” dan coconut tree dari para pendukung lawannya. Anda sudah tahu siapa lawannya. Donald Trump. Lelaki esek-esek ..nyaris brengsek.
Meme pertama yang menghampirinya sebelum “wanita kucing” adalah: “wanita jatuh dari pohon kelapa.”
Sebenarnya itu bukan meme. Awalnya Kamala sendiri yang mengucapkan di sebuah wisuda: “kamu pikir kamu baru saja jatuh dari pohon kelapa?”
Lantas kalimat itu diolah jadi “meme” dan diasosiasikan dengan dirinya.
Kalimat itu memang terucap dari mulutnya dalam suatu acara dan dikembalikan ke dirinya. Kalimat yang sesungguhnya menekankan pentingnya sebuah kehidupan.
“Tidak ada dari kita yang hidup dalam silo,” kata yang ia kutip sebagai pesan bijak mendiang ibunya. Shyamala Gopalan.
Sang ibu, tuturnya, pernah berkata kepada anak-anaknya: “aku tidak tahu apa yang salah dengan kalian, anak muda. Kamu pikir kamu baru saja jatuh dari pohon kelapa?”
Dari ucapannya itu banyak muncul foto yang dibagikan dengan ilustrasi gambar seorang pria memanjat pohon kelapa disertai pesan, “kami siap membantu.”
Sebuah postingan lain malah menyertakan emoji kelapa dan pohon palem, bersama dengan ikon bendera negara paman sam.
Oh, ya, ibu Kamala, adalah peneliti kanker payudara. Ayahnya seorang ekonom. Donald Harris. Sang ayah lahir di jamaika dan si ibu lahir di india selatan. Mereka bertemu saat studi pascasarjana.
Di university of california, berkeley.
Sebenarnya, serangan usai ia menerima pencalonan dirinya sebagai presiden dari partai demokrat lebih ganas dari itu.
Mengapa jadi ejekan?
Kalau saya hanya bisa menanggapi dengan bercanda. Trump dan semua pendukungnya –yang laki-laki– pasti tahu mereka kucing yang punya ‘pussy’
Daftar kata-kata ejekan itu makin hari makin panjang. Ada kata terrible, horrible, nasty, radikal kiri, terlalu banyak tertawa, penutup rahasia kelemahan orang lain hingga liberal sampai dei hire.
Semua bersifat umum. Tidak ada yang menghunjam ke jantung si bla..bla..
Bahkan julukan paling banyak di contek ‘dei hire‘‘ justru menarik simpati golongan kulit hitam yang nyaris beralih ke si esek-esek.
Julukan dei hire ini adalah untuk merendahkan orang. Orang itu sebenarnya tidak berkualitas tapi terpaksa direkrut sebagai penggenap.
Orang sana tahu: Kamala jelas bukan wanita penggenap. Ia memang wanita kulit hitam
Ayahnya asal jamaica hitam. Ibunya dari chennai, india hitam. Tapi dia jadi orang penting bukan sebagai genap-genap.
Dia ikut persaingan bebas sejak tingkat jaksa di tingkat kota. Lalu bersaing bebas untuk menjadi jaksa agung negara bagian…adi jaksa –lalu jadi jaksa agung– bukan karena diangkat atasan.
Dia berjuang sendiri lewat prestasi untuk bisa dipilih rakyat. Pun ketika Kamala menjadi anggota dewan: bukan karena dapat rekom partai.
Boleh dikata simpati pada Kamala justru bertambah-tambah. Inilah yang disebut sebagai masa bulan madu.
Inilah masa orang masih senang-senangnya pada Kamala. Orang belum sempat melihat sisi-sisi buruknya.
Saya tertarik menuliskan langkahnya ini. Tak ada kepentingan selain suka-suka. Suka karena ia keturunan para wanita yang tangguh, luar biasa, dan fenomenal.
Saya kutip sebuah tulisannya di “us today:” nenek saya pergi ke desa-desa di india untuk mengajari para wanita miskin di desa-desa untuk menggunakan alat kontrasepsi.
Ibu saya datang ke negara ini dengan welcome di usia Sembilan belas tahun tahun untuk belajar endokrinologi. Di university california. Berkeley. Menjadi peneliti kanker payudara terkemuka,”
Masih tentang ibunya, Kamala seperti di tulis the Indian express mengatakan:
“Ia seorang wanita muda. Mungkin seusia Anda. Dia lahir di sebuah kota kecil: Chennai. India bagian selatan, seorang penyanyi berbakat dan murid sekolah yang dewasa sebelum waktunya. “
“Cita-citanya ingin menjadi seorang ilmuwan. Dia ingin belajar di salah satu universitas terbaik di dunia, university of california, berkeley.
Ketika usianya Sembilan belas tahun, wanita itu, meninggalkan kampung halamannya pergi ke Amerika. Ayahnya tidak melarangnya.
Hanya dengan perjanjian nanti kalau sekolahnya sudah selesai, dia harus pulang dan dinikahkan secara tradisional.”
“Wanita itu, ibu saya,” kata Kamala.
Di Berkeley, wanita itu, Shyamala Gopalan bertemu dengan seorang mahasiswa ekonomi dari jamaika. Donald J Harris.
Keduanya, di enam puluh satu tahu silam menikah. Shyamala mendobrak tradisi kakek-moyangnya di dusun thulasenthirapuram, dekat painganadu di tamil nadu
Ia tidak dijodohkan, sebagaimana tradisi yang hidup di dusunnya selama ribuan tahun, tetapi mencari jodoh sendiri.
“Itu adalah pilihan sulit dan pilihan berani yang dia buat, didorong oleh cinta dan optimisme,” kata tulis kamala.
Keduanya sama-sama mahasiswa doktoral. Sama-sama terlibat dalam gerakan hak-hak sipil. Mereka bertemu dalam sebuah demonstrasi membela hak-hak sipil.
Meski sudah menikah, mereka tetap aktif dalam kegiatan itu. Bahkan, sering membawa anak-anak mereka, Kamala dan Maya ke tempat-tempat demonstrasi.
Perbedaan ras antara mereka tidak menjadi perintang. Di hari pernikahannya, tak satu pun anggota keluarganya yang datang.
Bukan karena menentang pernikahan itu, tetapi karena tidak ada biaya untuk datang ke Amerika. Mereka bersedih karena tidak punya uang.
Ibunya—perempuan—telah berulangkali menjadi tema tulisannya
Kenangan akan ibunya begitu kuat. Kamala selalu terus terang tentang pengaruh ibunya terhadap kehidupannya. Dia mencatat bagaimana ketabahan dan nilai-nilai moral yang kuat dari ibunya.
“Bahkan saat dia mengajari kami untuk menjaga keluarga kami di pusat dunia, dia juga mendorong kami untuk melihat dunia di luar diri kami sendiri,” kata Kamala tentang ajaran ibunya.
“Dia mengajari kami untuk sadar dan berbelas kasih terhadap perjuangan semua orang.”