Aljazair mengenyampingkan “superioritas” Jerman, dan fokus pada realitas di lapangan ketika mereka melakukan “perjudian” nasib di laga “sudden death,” enam belas besar Piala Dunia 2014, yang akan dimainkan di Estadio Beira-Rio, Porto Alegre, Senin malam WIB, 30 Juni 2014.
Bagi Aljazair, yang lolos dari laga grup, Jerman memang dianggap sebagai raksasa sepakbola dunia dan harus dihadapi dengan kecemerlengan panampilan. “Kami tak peduli sehebat apa kehebatan Jerman sebagai salah satu raksasa sepakbola dunia. Yang penting kami fokus dengan pertandingan,” kata pelatih tim Aljazair Vahid Halilhodzic.
Sebagai satu-satunya tim yang seluruh skuatnya menganut agama Islam dan bermain di bawah cuaca Brasil yang panas. Aljazair boleh jadi bisa terganggu ritual puasa yang mereka dijalani.
Apalagi beberapa pemain muslim seperti Mesut Oezil, yang akan jadi lawan Aljazair malam nanti, mengatakan bahwa ia akan meninggalkan ibadah puasa Ramadhan dan dalam syariah agama pun memperbolehkan bagi mereka yang dalam kondisi tertentu untuk tak berpuasa.
“Ini adalah urusan pribadi dan ketika Anda mempertanyakan ini maka Anda sama sekali tidak punya rasa hormat dan etika,” ujar Halilhodzic seperti dikutip BBC.
“Para pemain melakukan seperti yang mereka percaya dan saya ingin menghentikan soal kontroversi ini,” sambungnya.
“Ramadhan sudah tiba dan saya membaca di beberapa surat kabar Aljazair yang mengkritik saya, soal image saya, soal harga diri saya.”
“Mereka coba membesar-besarkan kebencian kepada Vahid, kepada keluarga saya, dan ini benar-benar menjijikkan,” paparnya.
“Ini bukan pertama kalinya ada pemain muslim di tim saya, saya sendiri muslim, dan saya selalu membebaskan mereka. Ini masalah pribadi – ini berkaitan dengan kebebasan beragama setiap pemain.”
“Setop menanyakan soal Ramadhan pada saya atau saya akan pergi dari sini,” demikian Halilhodzic dalam jumpa pers jelang laga kontra Jerman.
Di atas kertas, Aljazair bukan lawan sepadan Der Panzer. Dengan kondisi para pemain siap tampil, kekuatan Jerman atas Aljazair semakin kentara.
Pelatih tim nasional Jerman, Joachim Loew, tak ingin menanggap enteng skuad Aljazair dan mewaspadai kejutan yang mungkin akan dihadapi timnya.
“Karena dalam fase gugur seperti ini biasanya selalu menyimpan keajaiban,” ujarnya Loew. “Kami akan celaka jika menganggap pertandingan melawan Aljazair nanti akan mudah.”
Aljazair memang penuh kejutan. Saat tiba di Brasil awal Juni lalu, mereka hanya dianggap sebagai tim penggembira. Namun tim berjuluk Rubah Padang Pasir ini membuktikan diri lolos ke putaran enam belas besar.
Sementara itu, kapten tim nasional Jerman, Philipp Lahm, menyebut Aljazair sebagai lawan yang berat. Jerman dan Aljazair akan saling bunuh untuk memperebutkan satu tiket ke babak delapan besar, Selasa, 1 Juli 2014.
“Aljazair akan membuat kami bekerja keras dan tak akan memberi kesempatan membuat gol,” kata pemain Bayern Muenchen ini.
Menurut Lahm, meskipun Aljazair merupakan negara kecil di bidang sepak bola, penampilan mereka di babak penyisihan grup menunjukkan mereka memiliki ambisi yang besar. Pemain yang biasa beroperasi sebagai bek kanan ini mengaku tak mengetahui nama-nama pemain Aljazair.
Untuk menghadapi Aljazair, tim asuhan Joachim Loew itu sudah menyiapkan diri dengan baik. Selain sudah menonton beberapa video pertandingan Aljazair sebelumnya, Lahm cs juga mempersiapkan diri untuk bermain sekuat tenaga. “Kami akan berkonsentrasi pada permainan kami sendiri,” ujar Lahm.
Dia menambahkan, Jerman membutuhkan penampilan yang cemerlang dan memainkan gaya yang biasa mereka tunjukkan. “Artinya kami akan bermain agresif dan menunjukkan kemampuan terbaik,” katanya.
Lahm mengatakan dia tak ingin penentuan pemenang dilakukan melalui babak tambahan atau adu penalti. “Kami ingin menuntaskan tugas ini.”