San Siro menjadi saksi bisu yang amat memedihkan bagi Internazionale Milan, atau Inter Milano, setelah secara dramatis gagal mendapatkan agregat gol yang menguntungkan untuk lolos ke perempat final Liga Europa dari Tottenham Hotspur, Jumat dinihari WIB. Inter memang menang besar 4-1 dari klub Liga Primer itu, tapi tidak cukup untuk mendapatkan tiket perempat final karena Spur diuntungkan dengan satu gol tandangnya walau pun agregat gol 4-4.
Inter yang pekan lalu bertandang ke London ditaklukkan 3-0 oleh Hotspur. Dan di San Siro, walau pun klub milik “raja” minyak Italia Moratti ini unggul 4-1, secara agregat menurut peraturan FIFA ia harus tersingkir karena tak mampu membuat gol di kandang lawan.
Moratti sendiri yang sempat melompat dari kursinya di balkon kehormatan ketika Inter unggul tiga gol, cuma bisa bergumam dan mengatakan,”Ini drama. Tim sudah memberikan apa yang seharusnya mereka berikan. Tak ada yang disalahkan. Kami menang besar dan terganjal oleh hasil pertandingan leg pertama yang buruk.”
Inter memang di dera oleh ketidakkonsistenan permainan dalam dua pekan terakhir. Grafik permainan klub Milano ini naik turun macam “roller coaster.” Kadang bermain bagus , seperti melawan Spur, kadang sangat jelek ketika tiga harus lalu kalah dari Sampdoria yang menyebabkan posisinya terjungkal ke urutan lima Lega Calcio.
Sedangkan Spur, yang dalam pertandingan malam itu tanpa diperkuat oleh pilar utamanya Garet Bale , tertatih-tatih membangun serangan. Mereka, seperti dikatakan sang pelatih Andre Villas Boas, mengalami degradasi fisik. “Pemain kelelahan. Mereka kebingunangan menaklukkan penurunan stamina. Kami masih beruntung bisa melesatkan satu gol. Inter memang tampil superior sebagai tim yang penuh pengalaman,” kata Boas.
Inter tampilrepresif di San Siro karena merupakan tuntutan untuk bisa menang besar setelah kalah 0-3 di pertandingan pertama. Untuk mereka harus menang 4-0 melampaui defisit agregat gol untuk ke perempat final. Inter memang mendapatkan empat gola. Tapi celakanya Spur mendapat satu gol tandang yang melukai hati publik San Siro.
“Gol celaka,” kata Antonio Cassano pemain tengah Inter mengumpat. Cassano yang menyumbang lahirnya gol pertama Inter hany bisa terharu dan mengibaskan kostumnya tanda mengusir kekecewaan. Padahal lewat golnya di menit ke-19, dari umpan silang Rodrigo Palacio ke depan gawang Tottenham yang diselesaikannya dengan sempurna lewat sundulan ia telah mengirim kepada penjaga gawang Spur, Brad Friedel, akan ada gol lainnya.
Gol awal Cassano ini itu membuat Inter semakin bersemangat mengejar ketertinggalan agregat. Namun, Tottenham juga segera bereaksi. Bahkan, pada menit ke-21, mereka mengancam gawang Inter lewat tendangan jarak jauh Sigurdsson. Beruntung, kiper Samir Handanovic masih sigap mengeblok bola.
Inter terus menekan. Pada menit ke-24, Palacio yang lolos dari jebakan offside melepaskan tendangan melengkung. Sayang, meski Friedel gagal menangkap bola, si kulit bulat itu membentur tiang gawang. Pertarungan terus berlangsung ketat, tetapi tak ada tambahan gol sampai babak pertama berakhir.
Di babak kedua setelah unggul di babak pertama Inter mengoyak pertahanan Spurs dengan serangan terbuka lewat kedua sayap. Menakan dan menakan. Menyerang dan terus membuka peluang itulah yang dilakukan Inter .
Spurs memang berusaha melawan, tapi mereka tak cukup amunisi tanpa keadiran Bale. Dan ketika mendapat umpat terobosan Cassano, Palacio menyongsong bola dan tinggal berhadapan dengan kiper lawan. Ia pun dengan mudah membobol gawang Tottenham untuk membawa Inter unggul 2-0.
Kurang satu gol untuk menyamai agregat dengan Tottenham, Inter mencoba terus menekan. Sementara Tottenham lebih hati-hati dan sesekali mencuri serangan. Namun, kesabaran Inter akhirnya membuahkan hasil. Pada menit ke-75, Inter berhasil menyamakan agregat 3-3. Tendangan bebas Cassano mengenai William Gallas dan masuk ke gawang sendiri.
Moratti dan para petinggi Inter melonjak dari tempat duduk di tribune kehormatan. Tiga gol tanpa balas sudah cukup untuk melanjutkan pertandingan perpanjangan waktu atau disudahi dengan penalti.
Tottenham terkejut dengan tiga gol ini. Mereka berusaha mengubah keadaan. Pada menit ke-84, Kyle Naughton melakukan tendangan jarak jauh yang kencang. Bola mengarah bagus ke gawang Inter, tetapi masih bisa ditepis Handanovic.
Pada menit ke-90, Inter sebenarnya tak memerlukan perpanjangan waktu kalau Esteban Cambiasso berhasil mejebloskan bola ke gawang Spurs. Sayang, tendangannya sedikit melenceng ke kiri gawang Tottenham. “Sial,” desis Cassano.
Hingga pertandingan 2×45 menit kedua tim berbagai angka sama 3-3 dan memerlukan babak tambahan. Inter berusaha langsung menyerang. Namun, peluang pertama justru didapatkan Tottenham.
Jan Vertonghen sukses menyundul bola tendangan penjuru ke gawang, tetapi lagi-lagi Handanovic masih bisa membuang bola dan hanya melahirkan tendangan penjuru. Kali ini, bola sepak pojok disundul Gallas, tetapi masih meleset dari gawang.
Bahkan, pada menit ke-96, Tottenham akhirnya mencetak gol. Berawal dari tendangan jarak jauh Mousa Dembele, bola mampu diblok Handanovic. Namun, bola mengarah ke Emmanuel Adebayor dan langsung mencocornya ke gawang.
Celaka. Situasi sulit berbalik ke arah Inter. Sebab, mereka tertinggal agregat 3-4 dan harus mencetak dua gol lagi untuk ke perempat final.
Namun, harapan Inter kembali membesar setelah Ricardo Alvarez mencetak gol pada menit ke-110. Inter pun semakin gencar menyerang. Namun, Inter gagal menambah gol dan harus puas dengan kemenangan 4-1. Meski agregat imbang 4-4, Spurs unggul gol tandang.
Inter memang telah melakukan yang terbaik bagi pertandingan di San Siro. Tapi mereka terpeleset dan gagal membalikkan keadaan dan harus tersingkir.