Pep Guardiola, manajer Manchester City, seperti ditulis “daily mail” hari ini, Rabu, dengan nada rendah kembali angkat bicara terkait kontroversi selebrasi kemenangan skuatnya atas Manchester United di Stadion Old Trafford, Minggu pekan ini.
The Citizens saat itu sukses mengecundangi tim tuan rumah Manchester United dua gol berbanding satu gol.
Menurut “daily mail”, dan sejumlah media Inggris lainnya, keributan antar pemain dan staf ManCity dan MU pecah setelah selebrasi Sergio Aguero dan kawan-kawan di ruang ganti.
Guardiola pun mengatakan akan meminta maaf jika seluruh MU tersinggung.
Namun, ia tidak akan melontarkan permintaan maaf apabila hanya manajer Setan Merah, Jose Mourinho, yang tersinggung atas selebrasi itu.
“Jika kami menyinggung United, tidak hanya satu pemain atau Mourinho, maka saya akan meminta maaf,” terang Guardiola seperti juga dikutip dari Metro.
Guardiola sendiri menilai tak ada yang salah dengan selebrasi yang dilakukan para pemainnya. Ia mengaku heran jika keributan sampai terjadi karena Setan Merah tersinggung.
“Kami memang harus menikmati momen itu. Jika orang-orang tidak bisa memahami, maka kami meminta maaf. Kami memenangkan derb Manchester.”
“Apabila tindakan kami tidak tepat, maka saya minta maaf kepada seluruh Manchester United. Tak ada tujuan membuat itu menyinggung skuat MU. Itu hanya selebrasi di ruang ganti,” terang Guardiola.
Sebelumnya, Mourinho dikabarkan terlibat keributan dengan kiper ManCity, Ederson Moraes.
Pertengkaran pecah karena Mourinho melempar botol air mineral ke para pemain The Citizens di ruang ganti mereka untuk menegur mereka yang dianggap berlebihan merayakan kemenangan.
Belakangan, Mourinho kembali melontarkan ketidaksenangannya atas insiden tersebut.
Pelatih asal Portugal itu mempertanyakan kedewasaan para pemain The Citizens karena pesta yang dinilainya berlebihan.
“Ini adalah konferensi pers sebelum pertandingan melawan Bournemouth, bukan setelah laga Manchester City,” ujar Mourinho.
Guardiola menyatakan anak asuhnya tidak menyulut bentrok antara kedua kubu karena hanya merayakan kemenangan secara biasa di dalam ruang ganti.
“Selebrasi kami sama seperti saat kami menang di menit-menit akhir melawan Southampton. Tentu saja kami gembira. Itu adalah partai derbi, melawan rival terdekat,” terang Guardiola dalam jumpa pers sebelum pertandingan menghadapi Swansea City.
“Kami melakukan selebrasi. Ketika kami kalah, kami mencoba menerimanya. Tetapi ketika menang, kami akan merayakannya. Kami sudah melakukan tindakan benar dengan merayakannya di dalam kamar ganti,” sambung Guardiola.
Di kubu berseberangan, Mourinho yang terlibat adu argumen dengan kiper Ederson Moraes menilai keributan terjadi karena adanya perbedaan antara kedua kesebelasan.
Membawa pulang tiga poin dari Old Trafford membuat Pep Guardiola puas dengan performa anak asuhnya.
Selain kemenangan yang bisa memuluskan langkah Manchester City menjuarai Liga Primer Inggris musim ini, pelatih yang terkenal dengan filosofi penguasaan bola itu juga gembira bisa menerapkan idenya di dalam kompetisi sepak bola Inggris.
Dalam kemenangan atas MU, Raheem Sterling dan kawan-kawan mencatatkan dominasi penguasaan bola hingga enam puluh persen.
Bahkan pada setengah jam pertama, statistik mencatat The Citizens mengendalikan bola hingga tujuh puluh persen.
“Tentunya kami bisa mencetak gol lebih banyak tetapi cara bermain yang kami peragakan di sini memang sesuai dengan keinginan saya. Saya senang karena permainan seperti ini dengan penguasaan bola dapat kami lakukan di Inggris,” terang Guardiola.
“Orang-orang bilang kami bermain seperti Barcelona, di Inggris itu tidak mungkin, tapi ternyata mungkin. Selalu masuk akal untuk memainkan sepak bola, menguasai bola dan memiliki keberanian,” tambah mantan gelandang Timnas Spanyol itu.
Guardiola berpendapat kemampuan menguasai bola hingga lebih dari lima puluh persen menunjukkan tim yang dilatihnya memiliki keinginan untuk bermain sepak bola.
Dengan filosofi dominasi bola dan melakukan umpan pendek yang rapat selama dua kali empat puluh lima menit, musim lalu Guardiola gagal menghadirkan gelar untuk City.
Musim ini, khusus di Liga Primer Inggris, dengan pola permainan yang sama tim asuhannya berhasil memuncaki klasemen dengan capaian khusus empat belas laga selalu menang.
Meski berada di atas angin, Guardiola enggan menyebut City sebagai calon tunggal juara musim ini karena Liga Inggris masih menyisakan lebih dari separuh laga.