Fabregas, gelandang serang Spanyol, gagal menaklukkan Bufon, kiper Italia, di laga persahabatan dua tim di Vicente Calderon, Madrid, Kamis subuh WIB, 06 Maret 2014.
Tiga tim “pangeran” Europa, Spanyol, Perancis dan Inggris memenangkan laga uji coba mereka yang sangat prestise dengan lawan-lawan setara, Kamis dinihari WIB, 06 Maret 2014, di tiga kota berbeda, empat puluh hari menjelang “World Cup Brasil 2014.”
Spanyol menghadapi Italia di Vicente Calderon, Madrid, dan menang satu gol tanpa balas lewat gol Pedro. Perancis, sang “Pangeran Biru” menghentakkan “Prins Oranye” Belanda dua gol dari Benzema dan Matudi di Stade de France, Paris. Sedangkan Inggris, “The Three Lions,” melalui gol tunggal Sturridge mengalahkan Denmark di Wembley Stadion.
Ketiga “jago”an Europa ini berada dalam grup yang berbeda ketika melakoni laga babak penysihan Piala Dunia di Brasil. Dan ketiganya memiliki peluang lolos ke babak “knockout.”
Spanyol yang menjadi tuan rumah untuk Italia di Vicente Stadium, Madrid, menaklukkan Italia dengan satu gol tanpa balas dalam pertandingan yang sangat lamban, membosankan serta berkutat dengan dua pola, “tiki taka” dan “catenacio.” Kedua tim, hingga laga usai, hanya bermain setengah hati tanpa sebuah terobosan taktik yang menggetarkan.
Tim “Matador” itu, untuk pertama kalinya, menurunkan bintang Atletico Madrid, yang memilih naturalisasi ke Spanyol, Costa tampil selama sembilan puluh menit pada laga, Kamis subuh WIB, 06 Maret 2014, dengan kostum bernomor 19.. Costa masih kesulitan beradaptasi dengan Iniesta, Pedro maupun Fabregas.
Ia lebih banyak menunggu bola dan bermain di bawah form terbaiknya, dibanding ketika tampil untuk Atletico. Atas debut tersebut, dia pun berterima kasih kepada Vicente Del Bosque.
Dalam catatan Soccernet, Costa memang menjadi pemain Spanyol yang paling banyak melepaskan percobaan untuk mencetak gol. Tercatat, Costa punya empat attempts, kendati tidak ada satu pun usahanya itu tepat sasaran.
“Pelatih percaya kepada saya. “Saya sangat senang, tapi saya pikir seharusnya saya bisa memberi lebih. Pertandingan pertama memang tidak pernah mudah,” ujar bomber Atletico Madrid ini di Football Espana.
” Del Bosque sendiri puas dengan performa Costa. Pelatih yang mengantarkan Spanyol menjuarai Piala Dunia 2010 itu menyebut, Costa hanya butuh waktu untuk berbaur.
Pada laga tersebut, Spanyol –seperti biasanya– tampil mendominasi penguasaan bola. Soccernet melansir, Spanyol unggul penguasaan bola atas Italia.
Tidak hanya itu, tim Vicente Del Bosque tersebut juga unggul dalam penciptaan peluang. Tercatat, Spanyol melepaskan dua puluh attempts, kendati hanya lima di antaranya tepat sasaran. Sementara Italia punya tiga attempts dan hanya satu yang tepat sasaran.
Di babak pertama, Gianluigi Buffon harus bekerja keras. Tidak hanya menghalau serangan dari Spanyol tetapi juga beberapa kali menutup pergerakan para pemain yang bergerak dari sisi lapangan semodel Jordi Alba.
Pada akhirnya, Buffon menciptakan empat penyelamatan sepanjang laga, namun tetap saja gawangnya tidak bebas dari kebobolan.
Di sisi lain, Iker Casillas nihil menciptakan penyelamatan. Sementara penggantinya, Victor Valdes –yang masuk pada menit ke-45–, akhirnya membuat satu penyelamatan
Gol penantian Spanyol ke gawang Italia tercipta pada menit ke-63. Kerja sama satu-dua Silva dan Iniesta memberikan peluang bagi Pedro untuk mencetak gol karena bola backheel Iniesta kepada Silva dibendung pemain belakang Italia, tetapi bisa diteruskan Pedro dengan tendangan keras kaki kiri.
Buffon tak mampu membendung laju si kulit bulat yang menghunjam sisi kiri gawangnya.
Usai kekalahan atas Spanyol, Pelatih Italia Cesare Prandelli menyebut tingkat kebugaran fisik para pemainnya sangat buruk dibandingkan dengan para pemain lawan.
Dari hasil dan performa tersebut Prandelli menyebut bahwa tingkat kebugaran fisik para pemainnya menjadi faktor penentu, mengingat Spanyol justru unggul jauh di sektor itu.
“Dibandingkan dengan Spanyol pada saat ini tingkat kebugaran Italia nyaris memalukan,” sergah Prandelli dalam wawancara dengan RAI Sport yang dikutip Football Italia.
“Kami harus bekerja keras karena untuk bermain dengan tempo tinggi kami butuh intensitas dalam lari. Kami ingin menguasai bola lagi dengan cepat, kami tak melakukannya karena secara fisik kami kurang oke,” sesalnya.