PEP Guardiola adalah pelatih biasa, tulis “The Telegraph” mengejek klub-klub Premier League terkicuh mengikuti jalan senyap yang ditempuh mantan pelatih Barcelona itu untuk memilih Allianz, Bayern Munchen, sebagai tempat labuhnya, sekaligus mengakhiri spekulasi gaduh jagad berita sepakbola dunia selama pekan-pekan terakhir ini. Sebuah pilihan dari hasil meditasi sempurna pelatih berusia 41 tahun itu usai “gosip” berdurasi spekulasi “entertainment” tentang klub yang akan ditujunya.
“The Telegraph” memang mengejek City dan Chelsea, dua klub bergelimang duit yang membuka tender selangit bagi mendatangkan Pep. Tender yang sengaja dibocorkan ke media untuk memancing sang pelatih, yang telah memberikan 14 trofi dari masa empat tahunnya di Blaugrana, untuk membuka negosiasi.
“Tidak untuk Pep,” jawab “Marca” surat kabar Spanyol yang menguntit Pep berbulan-bulan tentang godaan uang minyak dari Baron Rusia dan Pangeran Arab guna memikat sang “fenomenal.” Marca tahun Pep sengaja menyiram informasi yang mengarahkan sinyal kesinggahannya ke Inggris untuk mengelabui pertemuannya dan negosiasinya dengan Bayern.
Padahal, sebelumnya, “Marca” yang dekat dengan Pep, sudah diisyarat lewat bahasa tubuhnya tentang sikapnya yang tidak akan tunduk pada godaan gaji besar yang dikoarkan secara bersamaan oleh milyarder Rusia dari Stamford Bridge atau Pangeran Qatar dari Ettihad itu. “Keduanya hanya menangkap angin dari berita yang disebarkannya.”
Bagi Marca, dalam edisi khususnya tentang Pep yang berjudul, Keberanian Pep untuk Mengatakan Tidak,” menuliskan dengan emosional bagaimana pelatih setengah legenda itu mengentengkan persoalan uang. “Tidak semua pelatih mampu mengenyahkan uang dari lingkar hidupnya. Dan tidak semua pelatih bisa mengatakan tidak kepada glamouritas kehidupan sepakbola liga primer yang merupakan sensasi sepanjang tahun.”
Keberanian Pep Guradiola ini dimulai dari keberaniannya mengatakan “good bye” kepada Barcelona di tengah julangan nama dan prestasinya. Ia tidak terjebak pada penghambaan popularitas dan memotong karirnya dengan cara yang elegant padahal klub bersikeras untuk tidak melepaskannya.
Keberanian lain dari Pep adalah, ketika ia memutuskan untuk tidak mendarat di Preimer League dan menjadikan Allianz sebagai rumah hijrahnya. Ia mencari sesuatu yang menyenangkan untuk membagi kegembiraan. Dan Bayern adalah kegembiraan itu. Bukan Ettihad atau Stamford Bridge. Dan ia tidak menyakiti siapa pun ketika berlabuh di Allianz.
Ia tidak menyakiti Jupp Heynckes karena ia tidak datang sebagai pecundang. Heynckes sendiri, seperti diungkapkan “Marca,” pernah memberitahunya akan pensiun di Bayern usai musim ini. “Dia datang tidak menyebabkan orang lain terusik,” kata “chairman” Bayern Munchen Karl-Heinz Rummenigge.
Pep memang tidak ingin mengusik. Ia tidak ingin Roberto “Mancio” Mancini harus hengkang kalau sekiranya ia ke Ettihad. Atau pun ia menutup peluang Rafael “Rafa” Bennitez menghapus embel-embel “caretaker”nya kalau datang sebagai manajer ke Stamford Bridge.
“Pep tidak ingin mengusik orang lain karena ia tidak mata duitan,” ujar Karl-Heinz Rummenigge yang membuka tangan ketika mereka bertemu di Desember lalu dan menyepakati kontrak tiga tahunnya di Munchen. “ Tidak njelimet. Sederhana sekali. Kami ketemu, dia tanya kondisi klub kemudian bersalaman, selesai,” kata pemain legendaris Bayern dan “der Panzer” Jerman itu.
“Secara khusus pula kami menyetujui syarat yang ia ajukan untuk membawa dua staf, memantau akademi Bayern dan minta pertimbangan agar Heynckes mendapat posisi di klub. Terserah jabatan apa yang akan diberikan kepadanya usai Pep mengambil alih manajer di bulan Juli mendatang. Itu kesepakatan final.”
Pilihan Pep Guardiola menukangi Bayern Munchen mencengangkan jagad sepakbola dunia. Komentar heran dan mengapresiasi bermunculan dari pelatih, pengamat dan pemilik klub di Eropa. Arsene Wenger, pelatih Arsenal tercengang dengan keputusan Pep. Andre Vilas Boazs, pelatih Titenham Hotspurs sampai harus tergagap untuk mengomentari pilihan Guardiola.
Berlainan dengan klub lamanya Barcelona. Hampir semua temannya di Barca memuji langkah Pep ke Bayern. Mereka menyatakan ada kesamaan antara Barca dan Bayern. “Sama-sama memiliki akademi dan alumni yang menjaga keutuhan klub. Ini yang dicari Pep dan tidak ditemukan di klub lain,” kata Direktur Olahraga Barca Zubizarreta.
Pep yang menyepi ke New York usai melepaskan kontraknya dengan Barca pada musim kompetisi 2011-2012 mengejutkan dunia sepakbola dengan penjelasannya akan mengakhiri masa pertapaannya dan memilih turun gunung untuk melatih.
Pernyataan yang disampai pada saat penerima anugerah Ballon d’Or itu menimbulkan gejolak spekulasi yang deras dalam pemberitaan media. Padahal saat itu ia sudah menyelesaikan kontraknya dengan Bayern Muenchen.
Media Inggris seperti biasanya gatal meramal berita mulai berspekulasi bahwa Chelsea dan City adalah tempat labuh Pep. Apalagi Pep mengicuh dengan pernyataan bahwa Liga Inggris adalah impiannya sebagai pelatih setelah sebagai pemain ia tidak sempat berkiprah.
Spekulasi itu menjalar liar disertai iming-iming kontrak puluhan juta poundsterling dari kedua klub yang kemudian ditutup dengan pernyataan final oleh Bayern bahwa Yosep “Pep” Guardiola telah menekan kontrak dengan klub Bavaria itu Desember tahun lalu.
Itulah penutup dari “soap opera” tentang Pep Guardiola yang telah dimamah oleh media sebagai santapan gosip yang tidak pernah kering.