“BERAPA DOK?” Itu pertanyaan pertama yang diajukan pasien usai bebat tangannya di lepas. Biasanya, sang dokter mengisyarat lewat anggukan tersenyum atau gelengan sedikit muram dengan muka tertekuk. Dua isyarat, yang sudah lazim, dan biasanya, sudah amat dipahami oleh pasien. Anggukan biasanya “aman.” Dan gelengan pertanda ada yang tak beres.
Begitulah sebuah episode yang selalu berulang di kamar periksa dokter ketika pasien disuruh naik ke ranjang dan ritual pemeriksaan diawali dengan membebat dan menekankan statescop di persendian lengan untuk memastikan angka detak guna menyimpulkan hasil tekanan darah.
Pasien pun akan memberikan reaksi yang berbeda untuk merespon kedua bentuk isyarat sang dokter. Cemas, kalau dokter menggeleng dan adem kalau dokter mengangguk. Kecemasan ini akan diikuti dengan pertanyaan nyinyir dengan mengemukakan angka-angka yang disertai per-nya. Bahkan kecemasan itu akan menjadi-jadi lagi bila ambang batas tertinggi terlewati.
Bahkan tidak jarang pasien harus mengulang-ulang pertanyaan yang tidak intelek,”tidak apa-apa kan dok.” Sebuah pertanyaan bloon yang biasanya dijawab dengan ekspresi senyum oleh sang dokter.
Rutinitas episode di ruang periksa ini akan diikuti dengan kesimpulan dokter terhadap kesehatan pasien yangg kelak juga menentukan penulisan resep obat atau tindakan medis lainnya bagi mengatasinya penyakit tekanan darah pasien. “Ini standar pemeriksaan untuk semua jenis penyakit,” kata dokter Khalikul, seorang dokter Puskesmas tentang pemeriksaan pasien.
Tekanan darah, menurutnya, adalah sesuatu yang mutlak dilakukan dokter terhadap pasien untuk menentukan langkah medis berikutnya. Dan tekanan darah juga amat penting untuk diagnosa awal.
Untuk itu, katanya, setiap orang jangan pernah menelantarkan tekanan darah. Apakah ia memiliki catatan penyakit tekanan darah tinggi atau tidak. Bagi yang menderita penyakit darah tinggi pemeriksaan tekanan darah wajib hukumnya untuk mengecek secara rutin. Jangan hanya karena pusing dan merasa tegang pada tengkuk baru memeriksakan diri. Jangan.
Sebab penyakit darah tinggi, yang dikalangan ilmu kedokteran disebut dengan hipertensi, kalau dibiarkan, akan memicu kerusakan organ seperti jantung, ginjal, otak dan pembuluh darah. “Sasaran serangannya pada organ vital,” kata Khalikul mengingatkan setiap orang untuk menjadwalkan pemeriksaan tekanan darahnya.
Ia mengingatkan, kesadaran memeriksakan tekan darah jangan hanya dipicu oleh rasa tegang di tengkuk atau karena pusing. Memang tekanan darah di luar ambang batas akan disertai oleh rasa pusing. Tapi tidak begitu selamanya.
Tekanan darah tinggi biasanya datang dari kebiasaan hidup tidak sehat. Makanan yang mengandung lemak, alkohol, rokok, istirahat tidak teratur dan juga stress yang tidak bisa dikendalikan. Untuk mengatasinya, ia harus dilawan dengan gaya hidup sehat dengan mengomsumsi makanan kaya nutrisi, olahraga teratur dan terukur, istirahat cukup serta menjauhkan alkohol dan rokok.
Selain menerapkan gaya hidup sehat masalah pemeriksaan rutin ke klinik, dokter atau rumah sakit terhadap tekanan darah terus dilakukan guna menghindari hipertensi yang dapat memicu komplikasi. Pemantauan yang terus menerus dengan kesadaran yang tinggi akan mencegah kita dari penyakit berbahaya itu.
Untuk keakuratan data pemeriksaan bisa dilakukan oleh dokter, tenaga medis atau pun kita sendiri dengan alat yang sederhana hingga yang paling canggih. Alat tensimeter ini bisa diperoleh di toko-toko penjual alat kesehatan. Memang, pengukuran tekanan darah di kilnik, puskesmas atau di tempat-tempat praktek dokter terkadang tidak akurat. Ketidak akuratan ini bisa datang dari perasaan cemas kita. Menurut ilmu kedokteran ini dinamakan dengan “white collar hypertension” atau “office hypertension.” Atau dalam bahasa awam, tekanan darah yang terjadi di ruang periksa mau pun praktik.
Untuk menghindari tekanan darah yang terjadi di rung periksa atau praktik dokter itu, kini bagi penderita penyakit tekanan darah tinggi sudah ada di jual tensimeter digital. Alat pengukuran tekanan darah jenis ini lebih mahal dari peralatan klasik berupa jarum pengukur. Namun begitu, pengukur tekanan darah digital ini lebih sensitif. Ia bisa berubah bersamaan dengan pergerakan tubuh dan denyut jantung yang tidak teratur.
Tentu saja, kedua alat ini akan memiliki kelebihan dan kelemahan yang berbeda. Misalnya alat klasik dengan sistem jarum, biasanya akan akurat di tangan dokter karena sudah menyatu dengan keahlian dan sensitifitasnya sebagai profesional yang menjalani praktik.(dbs)