Petaruhan Louis van Gaal di Manchester United musim ini, seperti ditulis dengan sangat tajam oleh “mirror,” Kamis, 17 Mei 2016, adalah Piala FA.
Petaruhan ini merupakan bagian dari ekspektasi tinggi dan dana melimpah yang gagal diterjemahkan Louis van Gaal selama dua tahun terakhir.
Apakah gelar Piala FA bisa menyelamatkan muka sang manajer?
Jawabnya belum tentu.
Sebab melihat susunan sepuluh besar klasemen akhir Liga Primer Manchester United adalah klub yang memiliki masa depan tersuram.
Lantas bagaimana dengan klub elitis lainnya?
Berlainan dengan United, klub satu nkotanya Manchester City sudah dipastikan mendapat jaminan mutu di bawah arahan pelatih genius Pep Guardiola.
Chelsea membangun kehidupan baru bersama Antonio Conte untuk bangkit dari puing-puing kehancuran.
Leicester City berpeluang melanjutkan kisah dongengnya asalkan mampu mempertahankan pemain bintangnya.
Arsenal?
The Gunners juga kebakaran jenggot karena gagal mecegah terjadinya kejutan Leicester dan pasti akan tampil habis-habisan di musim depan.
Tottenham Hotspur akan semakin matang bersama skuat mudanya.
Liverpool kelak terlihat semakin menakutkan seiring Jurgen Klopp melakoni full-season perdananya. West Ham United dan Southampton tampak sangat ambisius dengan proyek mereka.
Bahkan Stoke City terlihat lebih menjanjikan bersama Mark Hughes lewat kehadiran pemain bertaraf Eropa seperti Xherdan Shaqiri dan Bojan Krkic.
Tak bisa dimungkiri, sembilan tim di atas memiliki kecenderungan untuk semakin kuat di musim mendatang.
Lantas apa kabar United?
Mereka sedang di persimpangan jalan. Satu nama pun menyembul sebagai biang kerok adalah si “tua” Louis van Gaal.
Awalnya, Van Gaal hadir sebagai penyelamat.
Nihil gelar di musim perdana seakan termaafkan karena ia sedang mereparasi skuat United yang bobrok sepeninggal David Moyes.
Wayne Rooney dkk. langsung dibawanya kembali ke tempat yang sepantasnya, yakni finis di zona Liga Champions. United kembali ke kasta tertinggi Eropa.
Di musim kedua, ekspektasi terhadap Van Gaal dan skuatnya sudah barang tentu kian meninggi.
Pemain baru terus didatangkan sehingga Van Gaal secara total sudah membelanjakan lebih dari dua ratus lima puluh juta poundsterlinga selama dua musim terakhir.
Dana bombastis untuk menciptakan sebuah skuat fantasits, namun hasilnya justru bikin meringis.
Tengok perjalanan United di sepanjang musim ini:
United tersingkir dari fase grup Liga Champions, kampanye naik-turun di kompetisi domestik, badai cedera, permainan membosankan, kritik pedas dari banyak kalangan termasuk dari legenda sendiri.
David De Gea untuk ketiga kalinya secara beruntun terpilih menjadi Player of the Season, hingga akhirnya dipastikan finis di zona Liga Europa.
United masih terjebak di tengah-tengah era kegelapan yang mereka ciptakan sendiri.
Performa buruk dan statistik tak memuaskan tersebut membuat isu pemecatan Van Gaal semakin menggema dan masuk akal.
Jose Mourinho dilaporkan sudah menyiapkan ancang-ancang untuk menjadi pengganti Van Gaal pada musim panas ini.
Meski demikian, hubungan erat yang sudah keburu terjalin antara Van Gaal dan Ed Woodward, selaku excecutive vice-chairman klub, bisa mengganjal langkah Mou menduduki kursi panas di Old Trafford.
Mourinho sendiri sudah menjelaskan situasi terkininya pada pekan lalu.
“Saya ingin ide-ide saya tersalurkan ke tempat yang diinginkan. Saya ingin merasa nyaman. Saya ingin berada di tempat di mana saya benar-benar dibutuhkan.”
“ Saya ingin bekerja di klub yang punya tanggung jawab besar, klub yang berkompetisi di liga sulit.”
“Dengan kemungkinan-kemungkinan ini, maka hanya ada sedikit opsi untuk saya. Pelan-pelan dan secara kalem, saya akan segera membuat keputusan,” ucap Mou.
United pun dilanda dilema. Tetap mempertahankan Van Gaal sama artinya dengan membiarkan Mourinho terlepas begitu saja di depan mata. Ini berpotensi menjadi penyesalan besar di kemudian hari.
“Tentunya saya memahami kritik dari mereka. Saya juga mengatakan bahwa ekspektasi mereka teramat tinggi, terutama fans,” keluh Van Gaal sekaligus membela diri.
“Padahal, kami merupakan tim yang sedang dalam masa transisi. Hal ini sudah saya katakan ketika saya memulai di sini, mungkin saya harusnya menyampaikan pesan ini dengan lebih tegas.”
Meski demikian, terlalu gegabah jika langsung dibuat kesimpulan akhir bahwa Van Gaal adalah sebuah kegagalan.
Van Gaal, nyatanya tetap menghadirkan sisi positif. Pria gaek asal Belanda itu membuktikan sekali lagi bahwa ia adalah pembawa angin segar bagi pemain muda.
Tanpa Van Gaal di Old Trafford, mungkin Anthony Martial bingung sendiri mengapa ia dihargai begitu mahal, Jesse Lingard masih gitu-gitu aja, dan kita tidak akan pernah mendengar nama Marcus Rashford.
Selain itu, Van Gaal berhasil menguatkan sektor lini belakang. United hanya kebobolan tiga puluh lima5 gol di Liga Primer musim ini, jumlah tersedikit ketimbang tim lain.
Chris Smalling berkembang dari bek angin-anginan menjadi salah satu palang pintu tertangguh di Inggris.
Namun pada akhirnya, yang masuk hitungan adalah seberapa banyak gelar yang bisa diberikan sang manajer bagi timnya.
Selepas menutup Liga Primer dengan kemenangan kontra Bournemouth di Old Trafford, Van Gaal masih punya satu kesempatan lagi untuk menyelamatkan mukanya.
Ia berpeluang mempersembahkan trofi perdananya kala United bentrok versus Crystal Palace pada Sabtu mendatang di final kompetisi tertua di dunia, Piala FA.
Wembley, kuil sepakbola Inggris dan tempat digelarnya partai puncak tersebut, akan menjadi saksi langsung apakah Van Gaal bisa setidaknya menutup musim yang mengecewakan ini dengan kepala tegak.
Berhasil menjadi juara, artinya pelan-pelan martabat United dipulihkan.
Walau begitu, satu gelar Piala FA sama sekali tidak menggaransi Van Gaal akan bertahan sebagaimana dijabarkan ESPN dalam mengevaluasi perjalanan United di musim ini
“Memenangkan Piala FA tidak akan cukup untuk menyelamatkan Louis van Gaal setelah musim yang membosankan, hasil yang menyedihkan, dan berpuncak pada kegagalan lolos ke Liga Champions untuk kedua kali dalam tiga musim terakhir sejak Sir Alex Ferguson pergi.”
Inilah partai pamungkas United di musim ini yang bakal menjadi hari penghakiman bagi Van Gaal.