Sevilla tampil sebagai “monster” baru klub Europa usai menghentikan ambisi Liverpool di final Liga Europa dengan menasbihkan dirinya sebagai juara untuk tiga musim berturut-turut di Baseel Stadium, Swiss, Kamis dinihari WIB, 19 Mei 2016
Sukses Sevilla menang dengan tiga gol berbanding satu ini dari Liverpool, memperpanjang rekam jejak mengagumkan kesebelasan-kesebelasan Spanyol ketika berhadapan dengan lawan dari negara lainnya di partai final.
Sebagaimana dicatatkan Mister Chip, terakhir kalinya kesebelasan Spanyol kalah dari negara lain adalah ketika Valencia kalah dari Bayern Munich di final Liga Champions lima belas tahun silam
Itu pun melalui drama adu penalti.
Dalam final Liga Eropa pada lima belas tahun terakhir, klub-klub Spanyol menang enam kali atas non kesebelasan Liga Spanyol.
Kali ini Sevilla meraih kemenangan spektakuler dengan gelar tiga kali
Total delapan gelar didapatkan Spanyol pada periode itu setelah dua partai final lainnya mempertemukan sesama klub dari semenanjung peninsula tersebut.
Sementara di kompetisi Liga Champions, klub-klub Spanyol tak terkalahkan di lima final.
Jika merujuk spesifik pada pertemuan dengan klub Inggris, kesebelasan Spanyol pun patut berbangga diri.
Sevilla bukan hanya menasbihkan diri sebagai raja di Liga Eropa ketika menekuk, namun juga memastikan kelancaran finansial untuk mereka musim depan.
Sebagaimana dicatatkan AS, total keuntungan yang diperoleh Los Rojiblancos dari uang hadiah dan juga lainnya mencapai dua puluh dua juta euro.
Pertama, pundi-pundi uang Sevilla akan bertambah enam koma lima juta euro dari hadiah sebagai juara.
Selain itu, Sevilla juga dipastikan akan mendapatkan tiga juta euro hasil dari berpartisipasi di Piala Super Uefa, ajang yang mempertemukan juara Liga Eropa dan juara Liga Champions.
Hadiah paling besar didapatkan Sevilla dari keberhasilan merebut satu tiket fase grup Liga Champions yang otomatis didapatkan juara Liga Eropa.
Kompetisi Eropa tersebut memang menawarkan pundi-pundi uang fantastis yang tidak bisa ditandingi turnamen lainnya.
Dengan hanya mennjalani enam pertandingan di fase grup, Sevilla dipastikan meraup dua belas juta euro dari uang partisipasi, dan ditambah satu koma lima juta euro per kemenangan.
Ini belum menghitung jika Sevilla lolos ke fase selanjutnya.
Laga Sevilla melawan Liverpool ini sempat dicederai perkelahian antarsuporter di dalam stadion.
Itu terjadi sekitar satu setengah jam sebelum kick-off.
Perkelahian itu menambah kritik atas keputusan UEFA memainkan partai final di Stadion berkapasitas kecil untuk kali pertama.
Stadion St Jakob Park yang menjadi tuan rumah final Liga Europa itu memiliki kapasitas sekitar tiga puluh delapan ribu sehingga membuat suporter dua kubu bertabrakan.
Seperti dilansir dari media Spanyol AS, dan juga media Inggris Liverpool Echo, persinggungan kedua kubu suporter terjadi ketika menyanyikan lagu pelecut semangat masing-masing.
Para suporter Sevilla menyanyikan lagu yang diberi nama El Arrebato yang ditulis musisi lokal, sementara di kubu Liverpool adalah lagu You’ll Never Walk Alone yang telah ada sejak delapan puluh satu tahun silam.
Dari rekaman-rekaman video yang beredar di jagat maya terlihat perkelahian itu terjadi ketika para suporter Liverpool marah dengan ulah suporter Sevilla yang mengejek dan menyiuli mereka saat bernyanyi You’ll Never Walk Alone.
Bagi suporter Liverpool lagu yang ditulis Richard Rodgers dan Oscar Hammerstein itu selalu dinyanyikan sebelum dan sesudah pertandingan.
Perkelahian antara kubu suporter Liverpool dan Sevilla itu terjadi di belakang salah satu gawang, di bawah tribun.
Baik media-media Inggris dan juga Spanyol dalam artikel mereka menuliskan bahwa suporter Liverpool dan Sevilla dibiarkan berada berdampingan tanpa pembatas yang memisahkan keduanya.
Hal itu pun menimbulkan kritik bahwa pengamanan di St Jakob Park tak dipersiapkan baik.
Namun, insiden tersebut berlangsung sesaat karena ketika perkelahian pecah dan sebelum baku hantam meluas, aparat keamanan dan panitia pelaksana pertandingan mencoba memisahkan dua kubu suporter yang bersinggungan.