“ Hai wanita, lakukanlah diet medeterania bila Anda tak ingin cedera tulang pinggul,” tulis laman situs “boldsky,” Jumat 01 April 2016.
Laman situs itu mengungkapkan, memulai diet yang sehat, secara keseluruhan tentu dapat membuat tubuh Anda menjadi lebih bugar.
Salah satunya diet yang menarik adalah untuk mengurangi risiko patah tulang pinggul.
Dan menurut sebuah studi baru AS, diet mediterania bisa menjadi jawabannya, terutama bagi para wanita.
Wanita yang mengikuti diet mediterania memiliki risiko sekitar tiga per sepuluh persen lebih sedikit untuk mengalami masalah tulang pinggul ketimbang tidak menjalankannya.
Walau diet mediterania tidak menganjurkan Anda untuk mengonsumsi banyak susu, yang diyakini sebagai sumber terbaik dari kalsium dan vitamin D—nyatanya cara tersebut tidak akan meningkatkan risiko tulang patah, kata pemimpin studi Dr Bernhard Haring dari university of Wurzburg di Jerman.
diet mediterania menekankan Anda untuk lebih banyak mengonsumsi buah-buahan dan sayuran, biji-bijian, kacang-kacangan, polong-polongan, daging tanpa lemak, ikan, dan lemak sehat.
Sebelum penelitian baru ini didapat, diet tersebut juga telah dikaitkan dengan jantung dan otak yang lebih sehat.
Wanita yang menganut diet mediterania, lebih kecil kemungkinannya mengalami patah tulang pinggul dibandingkan wanita yang tak menganut diet tersebut
Secara keseluruhan, wanita perlu menjalani diet mediterania untuk mencegah patah tulang pinggul.
“Rata-rata wanita perlu mengikuti gaya hidup sehat yang mengadopsi pola diet sehat dan aktif secara fisik untuk bugar secara fisik,” kata Haring kepada Reuters Health dalam email.
Namun, temuan penelitian ini harus ditafsirkan dengan hati-hati, tulis Dr Walter Willett dalam sebuah editorial.
Misalnya, wanita yang berdiet juga perlu lebih aktif, karena aktivitas fisik itu sendiri juga terkait dengan penurunan risiko patah tulang pinggul.
Sehingga, diet bukan satu-satunya cara dalam pencegahan cedera tulang, ada banyak cara untuk membuat tulang lebih sehat dan kuat
Dari hasil penelitian, menjalani diet Mediterania yang didominasi dengan konsumsi kacang-kacangan dan minyak zaitun, tak hanya mampu menurunkan berat badan, tapi juga bermanfaat meminimalisir penurunan fungsi kognitif pada lansia, seperti kehilangan memori atau daya ingat.
Menjalani diet Mediterania berarti mengonsumsi banyak sayur-sayuran, buah-buahan, beberapa jenis seafood, dan sedikit mengonsumsi daging dan produk olahan susu.
Selain itu mereka yang mengikuti diet mediterania mengalami peningkatan fungsi kognitif selama empat tahun, sedangkan pada kelompok yang menjalani diet rendah lemak, kemampuan fungsi kognitifnya terlihat menurun.
Para peneliti menemukan, bahwa orang-orang dalam kelompok diet Mediterania dengan tambahan konsumsi kacang-kacangan, mengalami perbaikan yang signifikan pada memorinya, dibanding dengan mereka yang menjalani diet rendah lemak.
Bahkan, mereka yang menjalani diet Mediterania dengan tambahan konsumsi minyak zaitun murni, menunjukkan peningkatan signifikan yang lebih besar pada sejumlah fungsi kognitif yang berkaitan dengan memori kerja, penalaran dan perhatian, dibandingkan dengan kelompok yang menjalani diet rendah lemak.
Mengingat masih kurangnya perawatan khusus untuk orang-oorang yang menderita penurunan fungsi kognitif atau demensia, hasil penelitian ini memang menggembirakan.
Namun, para peneliti mengakui masih perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengonfirmasi kebenaran metode ini.
Menurut Dr. Raphael Kellman, seorang dokter ahli penyakit dalam di New York, yang tak ikut serta dalam penelitian ini, mengatakan bahwa penelitian ini menunjukkan, ketika dikonsumsi, lemak omega dalam minyak zaitun dan kacanng-kacangan berperan penting dalam meningkatkan kondisi membran sel, termasuk di otak.
“Konsumsi kacang-kacangan, minyak dan lemak akan meningkatkan fungsi otak Anda, karena dapat membantu mencegah gangguan neurodegenerative,” ujar Kellman yang juga penulis buku The Microbioma diet.
Di sisi lain, jika seseorang mengurangi konsumsi beberapa jenis lemak dalam makanannya, ini justru bisa menimbulkan efek negatif, baik untuk otak maupun kesehatan tubuh secara menyeluruh.
Bagaimanapun juga, tubuh membutuhkan asupan lemak.
Tapi, lemak seperti apa yang baik untuk tubuh. Intinya adalah asupan gizi seimbang yang dibutuhkan tubuh,” tambah Kellman.