Siapa yang bisa mengingat kehidupannya di usia empat tahun pertama?
Sulit.
Dan jarang ada orang yang bisa mengingat masa-masa itu dengan jelas tulis “health co,” Senin, 01 Agustus 2016..
Bahkan, seperti ditulis “menshealth,” pada hari yang sama, faktanya kita hanya mengingat sedikit saja tentang masa-masa sebelum usia tujuh tahun.
Ketika kita mencoba mengingat kehidupan awal sebagai balita, terkadang tidak jelas apakah itu ingatan yang nyata atau kita hanya mengumpulkan kembali apa yang diceritakan orang lain tentang kita atau dari foto-foto.
Fenomena tersebut disebut juga dengan “amnesia masa kecil”.
Para ilmuwan sejak lama berusaha memecahkan misteri ini, dan sampai saat ini belum ada penjelasan yang mencerahkan.
Salah satu teori menyebut, kita tidak bisa mengingat masa bayi dan balita karena di usia ini memang belum terbentuk memori yang utuh.
Walau begitu, bayi berusia enam bulan bisa memiliki memori jangka pendek.
Ingatan pada bayi hanya bertahan satu menit, dan dalam jangka panjang hanya dalam hitungan minggu atau bulan.
Dalam sebuah penelitian, bayi berumur enam bulan yang belajar bagaimana menekan pengungkit mainan kereta-keretaan bisa mengingat lagi cara kerja mainan ini tiga minggu kemudian.
Pada anak usia prasekolah, mereka bisa mengingat kejadian satu tahun sebelumnya. Tetapi masih diperdebatkan apakah memori jangka panjang di usia dini memang sesuatu yang memang terkait dengan waktu dan tempat secara akurat.
Menurut Jeanne Shinskey, dosen senior bidang psikologi dari Royal Holloway Universitas London, kemampuan memori anak berusia tiga tahun memang tak seperti pada orang dewasa, karena masih terus berkembang.
“Perubahan-perubahan pada masa perkembangan yang juga terjadi pada otak, mungkin bisa menjelaskan mengapa ingatan masa kecil menghilang,” katanya.
Perkembangan yang juga terjadi pada bagian-bagian otak ini termasuk pembentukan, mempertahankan, dan mengambil kembali memori. Misalnya saja, hipocampus yang bertanggung jawab pada pembentukan memori, masih berkembang sampai usia 7 tahun.
Selain itu, faktor bahasa juga berperan.
Di usia satu sampai enam tahun, anak-anak mengalami perkembangan bahasa yang pesat, dari satu dua kata menjadi sangat fasih bicara.
Perkembangan yang pesat pada kemampuan verbal ini tumpang tindih dengan periode amnesia masa kecil.
Misalnya saja penggunaan kata-kata lampau, sehingga anak sering keliru mengingat hal yang terjadi minggu lalu atau kemarin.
Para ahli mengatakan, memori sebelum usia bicara akan hilang jika tidak diungkapkan dalam bahasa.
Dalam penelitian, bayi berusia dua setengah tahun yang secara verbal bisa menceritakan suatu kejadian akan tetap mengingatnya sampai lima tahun kemudian.
Shinskey mengatakan, kebiasaan bercerita dari orangtua juga bisa membantu anak mengingat.
“Cerita dalam keluarga bisa menjaga ingatan anak dan juga meningkatkan kemampuan naratif, yaitu mengingat kejadian kronologis.
Semakin runut ceritanya, makin mudah diingat,” katanya.
Faktor budaya ikut berpengaruh pada terbentuknya ingatan masa kecil. Orang dewasa di lingkungan budaya yang lebih menghargai kemandirian, cenderung memiliki ingatan masa kecil lebih baik dibanding dengan orang dewasa yang dibesarkan dalam budaya yang menghargai kekerabatan.
Dalam budaya yang lebih menonjolkan kemandiran, orangtua akan lebih banyak menceritakan tentang kemampuan individu anak, pengalaman, perasaan, tetapi lebih sedikit tentang hubungan dengan orang lain atau rutinitas sosial.
Sebagai contoh, anak-anak di Amerika mungkin lebih mengingat mereka mendapat bintang emas dari gurunya di kelas playgroup, sementara anak di China mengingat mereka belajar bernyanyi bersama di kelas.
Memang masih banyak hal yang belum dipahami dalam amnesia masa anak-anak ini, tetapi hasil penelitian terbaru terus mengalami kemajuan.
Shinskey mengatakan, walau kita tidak bisa dengan jelas mengingat kejadian saat usia balita, tetapi masa-masa tersebut meninggalkan jejak kuat dan memengaruhi perilaku kita saat ini.
Makanya ada adagium “hidup dimulai pada usia 40.”
Ini karena pada usia tersebut biasanya kehidupan seseorang sudah cukup mapan, baik dari segi finansial maupun karier. Namun, sebuah studi baru menemukan, memori kehidupan terbaik justru terjadi pada usia 25 tahun.
“Ketika orang diminta menceritakan kembali kehidupannya, mereka secara alamiah akan menceritakan bagian yang paling diingatnya.”
“Kebanyakan peserta dalam studi ini mendefinisikan peristiwa paling penting dalam hidupnya ialah saat masuk kuliah, mendapatkan pekerjaan pertama, menikah, pengalaman militer, dan punya anak,” ujar ketua penelitian, Kristina Streiner, kandidat doktor psikologi dari University of New Hampshire.
Dengan kata lain, studi yang baru-baru ini dipublikasi dalam jurnal Memory tersebut mengungkap, seseorang cenderung paling mengingat bagian kehidupannya saat menjadi dewasa muda.
Steiner mengatakan, kebanyakan studi secara konsisten menunjukkan, peristiwa yang terjadi saat usia lim belas hingga tiga puluh adalah yang paling banyak diceritakan ketika seseorang diminta menceritakan kembali kehidupannya.
Menurutnya, diperlukan studi lanjutan untuk mengetahui penyebabnya.
Peneliti menyimpulkan, kisah hidup seseorang adalah identitasnya.
Dengan melihat kisah hidup, para peneliti dapat memprediksi tingkat kebahagiaan dan psikologis terhadap orang dewasa.
Ahli terapi klinis dapat menggunakan terapi kisah hidup untuk membantu orang menghadapi masalah dalam hidupnya, khususnya dengan menggunakan pola dan tema dalam hidup mereka.