Pria banyak istri atau lelaki poligami rentan terserng penyakit jantung?
Jawaban, iya.
Beristri lebih dari satu seperti dikatakan, Amin Daoulah, seorang ahli jantung di Rumah Sakit Spesialis King Faisal di Jeddah, Arab Saudi, empat kali lipat lebih berisiko mengalami penyumbatan pembuluh darah, dibandingkan dengan pria yang menikahi satu wanita.
“Kami menemukan hubungan antara meningkatnya jumlah istri dan tingkat keparahan dan jumlah penyumbatan koroner,” kata Daoulah seperti ditulis laman Live Science, hari ini, Jumat 06 Oktober.
Hubungan ini bisa jadi, karena beban pemeliharaan beberapa rumah tangga, yang bisa lebih mahal baik secara finansial maupun emosional.
Menuurut penelitian tersebut, semakin banyak istri yang dimiliki pria, semakin besar risikonya terhadap penyakit jantung.
Namun, penelitian ini tidak membuktikan hubungan sebab-akibat antara poligami dan penyakit jantung.
Daoulah menjelaskan, ada kemungkinan faktor lain yang tersembunyi, seperti tingkat keintiman dalam perkawinan, kebiasaan makan, atau faktor genetik, dapat berperan dalam risiko penyakit poligami dan jantung.
Untuk memahami bagaimana dinamika poligami dapat memengaruhi kesehatan pria, Daoulah dan rekannya melihat pria di Timur Tengah, di mana poligami lebih diterima secara budaya.
Tim Daoulah mengikuti mereka yang dirujuk untuk tes penyakit jantung di lima rumah sakit di Arab Saudi dan Uni Emirat Arab.
Di antara pria tersebut, enam puluh delapan persen memiliki satu istri, sembilan belas persen memiliki dua istri, sepuluhpersen memiliki tiga istri dan tiga persen memiliki empat istri.
Rata-rata pria berusia lima puluh sembilan tahun yang terlibat dalam studi ini.
Lebih dari setengahnya memiliki tekanan darah tinggi dan diabetes, dan hampir setengahnya memiliki riwayat penyakit jantung sebelumnya.
Pria yang poligami cenderung lebih tua dan tinggal di daerah pedesaan.
Dibandingkan dengan pria yang monogami, pria poligami dalam penelitian ini memiliki empat koma enam kali risiko mengalami penyempitan arteri koroner, dan dua koma enm kali berisiko mengalami beberapa arteri yang menyempit.
Dr. Michel Komajda, seorang mantan presiden European Society of Cardiology yang tidak terlibat dalam studi ini, mengatakan bahwa stres dapat berperan dalam kaitannya antara poligami dan serangan jantung.
“Kami tahu bahwa stres jangka panjang dalam kehidupan keluarga meningkatkan risiko penyakit jantung koroner,” Komajda mengatakan dalam sebuah pernyataan.
Akan menarik untuk melihat efek poligami terhadap risiko penyakit jantung koroner, katanya.
Perlu juga Anda tahu penyakit gagal jantung bisa meningkat tujuh persen pada usia lanjut.
Gagal jantung juga menjadi penyebab paling umum rawat inap pada pasien berusia di atas enam puluh lima tahun.
Ada beberapa tipe penyakit gagal jantung. Yang pertama ialah gagal jantung akut yang terjadi secara tiba-tiba dan mengalami gejala parah pada awalnya.
Gagal jantung akut kemungkinan juga dapat diikuti serangan jantung, karena penyakit ini telah menyebabkan kerusakan pada area jantung.
Jika mengalami gagal jantung akut, awalnya mungkin berat, tapi mungkin hanya berlangsung dalam waktu singkat dan membaik dengan cepat.
Biasanya memerlukan pengobatan dan perawatan yang diberikan dengan suntikan
Tipe lainnya ialah gagal jantung kronis, di mana gejalanya muncul perlahan dan secara bertahap akan memburuk.
Masa ‘dekompensasi akut’ dapat terjadi pada gagal jantung kronis, yang gejala pasiennya seperti sesak napas dan memburuk dalam waktu yang sangat singkat.
Yang ketiga ialah gagal jantung sisi kiri, yang berarti bahwa jantung bagian kiri tubuh lemah untuk memompa darah ke seluruh tubuh, sehingga jantung sisi kiri harus bekerja lebih keras untuk memompa darah.
Gagal jantung tipe ini dibagi menjadi dua, yaitu kegagalan sistolik, di mana ruang kiri jantung tidak memiliki kekuatan untuk mendorong cukup sirkulasi dan kegagalan diastolik, yakni ruang kiri jantung gagal untuk beristirahat dengan normal karena otot menjadi kaku dan terganggu.
Pada tipe yang keempat, gagal jantung sisi kanan, ruang pemompaan atau ventrikel kanan yang memompa darah ke paru-paru terganggu.
Hal ini mungkin diakibatkan karena cedera otot, seperti serangan jantung yang dilokalisasi ke ventrikel kanan, kerusakan pada katup di sisi kanan jantung atau tekanan tinggi di paru-paru.
Meski begitu, kebanyakan gagal jantung biasanya menyerang kedua sisi jantung, yang disebut gagal jantung biventrikular