Haruskah untuk mengingatkan daya ingat seseorang harus bicara keras kepada lawan dia berkomunikasi?
“Ya,” tulis laman situs “pschylogi today, hari ini, Senin, 31 Oktober 2016,.
“Mengulangi informasi dengan suara keras dapat meningkatkan memori verbal Anda,” lanjut laman situs itu mengutip hasil studi terbaru yang diterbitkan dalam Consciousness and Cognition.
Penelitian ini dipimpin oleh Victor Boucher, seorang profesor di Departemen Linguistik dan Terjemahan University of Montreal.
Boucher mengatakan dalam siaran persnya, dia dan timnya tahu bahwa mengulangi informasi dengan suara keras itu, baik untuk memori. Namun, mereka tidak tahu apakah pengulangan itu bermanfaat dalam konteks komunikasi.
Dalam penelitian itu, Boucher dan timnya meminta empat puluh empat orang mahasiswa berbahasa Perancis untuk membaca serangkaian leksem
Mahasiswa mengenakan headphone untuk mereduksi umpan balik pendengaran mengurangi noise dan membuat mereka tidak bisa mendengar suara mereka sendiri.
Ada empat jenis ujicoba berbeda yang diterapkan dalam penelitian ini.
Pertama, mahasiswa diminta mengulang leksem tanpa suara yang artinya mereka hanya mengulang di pikiran, mengulang dengan berbisik hanya bibir yang bergerak, mengulang dengan keras sambil menatap layar, dan terakhir mengulang dengan keras sambil seolah membacakan kata-kata ke orang lain.
Setelah itu, mereka diberi tugas yang mengalihkan konsentrasi mereka. Kemudian, para mahasiswa diminta untuk memilih dari daftar, leksem yang mereka ulangi dan yang tidak mereka ulangi.
Hasil penelitian menunjukkan, mahasiswa memiliki memori yang lebih baik ketika mereka mengulangi leksem dengan suara keras sambil seolah membacakan kata-kata ke orang lain.
“Ketika kita mengartikulasikan suara, kita membuat referensi sensorik dan motorik di otak,” kata Boucher.
Mulut kita bergerak dan merasakan pita suara bergetar. Hal ini menciptakan satu atau lebih aspek sensorik yang memungkinkan otak mengingat unsur verbal dengan lebih efisien.
“Sederhananya, mengucapkan kata tanpa ada suara akan menciptakan sensori motorik yang meningkatkan kemampuan kita untuk mengingat.”
“ Tetapi, jika kita menyuarakannya, kita akan lebih mampu mengingat apa yang kita katakan,” kata Boucher.
Boucher juga mengatakan, bahwa selain sensori motorik dari ekspresi verbal, otak juga mengacu pada informasi multiindrawi terkait dengan episode komunikasi.
Hasilnya adalah, informasi menjadi lebih tertanam dalam di memori kita.
Memang ada banyak cara untuk meningkatkan memori. Selain dengan suara keras, lainnya bisa dengan teknik menggarisbawahi atau membaca dan membaca berulang-ulang sebuah teks yang harus dihapal.
Sayangnya, cara ini kurang efektif pada sebagian besar orang.
Ada beberapa tip tips untuk meningkatkan daya ingat yang bisa membantu
Misalnya tidur setelah belajar
Segera sesudah kita belajar hal baru atau melakukan sesuatu, kita akan mengingatnya dengan detail.
Seiring waktu, setelah makin banyak yang kita lakukan, baca, atau pelajari, memori perlahan-lahan menurun dan semakin tidak akurat. Selain itu, memori baru memang rapuh dan gampang dilupakan.
Jadi, bagaimana cara kita melindungi memori baru? Untuk meningkatkan proses konsolidasi memori, hal sederhana yang bisa dilakukan adalah tidur.
Penelitian mengungkap, pelajar yang tidur setelah tiga jam mempelajari sebuah materi memiliki daya ingat enam belas persen lebih baik.
Tidur bisa menghilangkan stimulus lingkungan yang mungkin mengganggu hal yang kita pelajari.
Bisa juga dengan visualisasi
Terkadang, otak kita tidak bisa membedakan perbedaan antara yang ril dan imajinasi.
Menggunakan strategi untuk menyandi informasi merupakan cara untuk membuat sesuatu hal mudah diingat.
Nah, cara yang bisa kita lakukan dalam menyandi informasi yang banyak secara efektif adalah mevisualisasikan. Bayangkan secara visual informasi yang harus kita ingat.
Secara teori kita bisa menyimpan sekitar 7 bagian informasi dalam memori jangka pendek pada satu waktu.
Tak heran bila kita sulit mengingat nomor ponsel yang terdiri dari 12 angka. Salah satu teknik untuk meningkatkan daya ingat adalah membagi atau memotong informasi menjadi pecahan kecil.
Dari pada belajar secara marathon, ambilah jeda setiap beberapa menit. Tingkat konsentrasi kita akan lebih baik untuk durasi waktu tertentu.
Penelitian juga menunjukkan, belajar dalam durasi waktu singkat lebih efektif untuk diingat ketimbang jam belajar yang panjang. Oleh karenanya, untuk menghadapi ujian penting sebaiknya jangan belajar semalaman, tapi pelajari materi-materinya dalam beberapa sesi waktu.
Pikirkan tentang sesuatu konsep atau ide dengan tambahkan makna tentang hal itu dengan mengaitkannya pada hal lain yang sudah Anda tahu.
Walau perlu tambahan usaha, tetapi merinci sesuatu hal yang sedang kita pelajari dapat membuat kita mengingat lebih baik dan detil.
Bukan hanya itu, teknik ini juga membuat materi tersebut akan ditransfer ke memori jangka panjang