Siapa yang tidak takut dengan penyakit diabetes! Penyakit ini merupakan perusak organ tubuh. Ia bisa menebarkan ancaman ke jantung, ginjal, mata bahkan ke bagian tubuh yang menyebabkan dilakukan amputasi.
Dalam kasus-kasus tertentu, kerusakan organ yang berhubungan dengan diabetes mungkin tak bisa disembuhkan, yang akhirnya membutuhkan transplantasi dan sistem pendukung buatan untuk mempertahankan hidup. Oleh karena itu, penderita diabetes disarankan melakukan pemantauan dan pengawasan untuk deteksi dini kerusakan yang mungkin terjadi.
Portal kesehatan Onlymyhealth, dalam tulisan di edisi Minggu nya menjelaskan betapa menakutkan dampak diabetes bagi organ tubuh. Ia misalnya, menyebabkan resiko penyakit jantung. Peningkatan kadar gula darah benar-benar dapat merusak pembuluh darah yang mengangkut darah ke dan dari jantung. Oleh karena itu, suplai darah yang diterima jantung akan berkurang dan akan mulai menghadapi masalah.
Pasokan darah yang tidak memadai akan memaksa jantung bekerja terlalu keras, sehingga menyebabkan nyeri dada, sesak napas dan irama jantung yang tidak teratur. Dalam kasus ekstrem, ini dapat menyebabkan komplikasi kardiovaskular seperti stroke dan penyumbatan.
Selain dari jantung ia so pasti akan merusak fungsi ginjal. Kerusakan ini akibat pembuluh darah yang digerogoti kadar gula darah tinggi akan menyulitkan ginjal untuk mengeluarkan produk sisa dari darah. Dalam kasus ekstrem, limbah ini menyebabkan ginjal gagal. Oleh karena itu, Anda mungkin harus melakukan transplantasi ginjal atau dialisis (cuci darah) untuk mempertahankan hidup.
Ada yang sangat parah lagi yang diserang oleh diabetes. Ia bisa menyebabkan masalah berat di mata, sehingga dapat menyebabkan kehilangan penglihatan atau kebutaan. Hal ini juga membuat mata lebih rentan terhadap penyakit seperti glaukoma dan katarak.
Serangan ke mata sering menyebabkan penderita buta permanen. Ia tidak menyerang pupil, tapi kornea yang banyak di antara penderita harus melakukan operasi secara berulang-ulang yang akhirnya buta total.
Disamping itu sasaran lainnya adalah kaki.Diabetes juga dikenal menyebabkan kerusakan saraf, terutama di kaki. Hal ini dapat menyebabkan mati rasa dan kesemutan di kaki. Ketika Anda kehilangan sensasi, luka ringan tidak diketahui dan akhirnya berkembang menjadi infeksi serius.
Oleh karena itu, penderita diabetes disarankan untuk mencuci kakinya secara teratur dan melakukan perawatan kaki.
Masih ada lagi yang vital diserangnya, terutama pada pada pria. Diabetes berkepanjangan sering dikaitkan dengan disfungsi ereksi atau impotensi. Oleh karena itu, kehidupan seksual mungkin akan menjadi masalah bagi pria diabetes.
Pada wanita mayoritas faktor risiko diabetes yang menyerang adalah tipe 2. Sebenarnya, secara dampaknya sama saja. Tapi berdasarkan sebuah studi terhadap 1 juta wanita ditemukan bahwa ada beberapa faktor yang hanya dimiliki oleh wanita. Apa sajakah itu?
Studi yang dilakukan oleh Denice Feig dari Department of Medicine and Department of Health Policy, Management and Evaluation, University of Toronto, Kanada dan rekan-rekannya ini mengungkapkan bahwa ada dua kondisi yang berkaitan dengan kehamilan dan dapat meningkatkan risiko serangan diabetes tipe 2 yaitu preeklamsia dan hipertensi gestasional (tekanan darah tinggi saat hamil).
Padahal diperkirakan 5-8 persen ibu hamil dilaporkan mengalami preeklamsia, sebuah kondisi mematikan dimana seorang ibu mengalami tekanan darah tinggi, retensi cairan (air tertahan di dalam tubuh secara berlebihan) serta didapati proteinuria dalam urine-nya ketika usia kehamilannya mencapai 20 minggu.
Sedangkan hipertensi gestasional merupakan kondisi dimana seorang calon ibu tiba-tiba mengalami tekanan darah tinggi ketika usia kandungannya memasuki 20 minggu tapi tidak ditemukan adanya proteinuria di dalam urine-nya. Kondisi ini juga biasa disebut dengan hipertensi yang dipicu kehamilan (pregnancy-induced hypertension).
Kesimpulan itu diperoleh setelah peneliti menganalisis data dari 1.010.068 ibu hamil yang dilaporkan melahirkan antara bulan April 1994 dan Maret 2008. Informasi tentang keberadaan hipertensi gestasional, preeklamsia dan diabetes gestasional pada partisipan pun dikumpulkan dan dievaluasi.
Menurut temuan studi sebelumnya, diabetes gestasional juga dikatakan sebagai salah satu faktor risiko diabetes tipe 2. Biasanya kondisi ini muncul pada usia kehamilan trimester ketiga.
Namun ternyata selain preeklamsia dan hipertensi gestasional, peneliti juga menemukan dua faktor risiko diabetes lain yang tak ditemukan pada pria, yaitu melahirkan bayi dengan berat lebih dari 4,5 kilogram dan adanya polycystic ovarian syndrome (PCOS).
Pasalnya wanita yang mengidap PCOS diketahui menghasilkan androgen (hormon pria) dalam jumlah yang abnormal sehingga mereka mengalami gejala-gejala seperti penipisan rambut di kulit kepala, berjerawat, penambahan berat badan, muncul rambut pada wajah, menstruasi yang tak teratur, resistensi insulin hingga masalah kesuburan. Seperti telah lama diketahui penambahan berat badan dan resistensi insulin juga mendorong risiko seseorang untuk terkena diabetes tipe