Laman “pop sugar,” hari ini Jumat, menuliskan anjuran agar Anda tidak melebihi minum secangkir kopi setiap hari.
Anjuran lainnya untuk memilih kopi hitam dan susu kacang sebagai tambahannya. Susu kacang, baik itu kacang almond atau macademia akan memberi tekstur lebih creamy.
Lantas bagaimana dengan pemanisnya?
Pilihlah pemanis stevia atau xylitol karena kandungan kalorinya rendah.
Dan kapan saat yang tepat minum kopi
Jawabannya, jangan langsung bangun tidur, jangan saat perut kosong, dan jangan setelah jam empat sore.
Di pagi hari kadar kortisol dalam tubuh secara alami akan tinggi. Ini bertujuan agar kita bisa bangun tidur.
Jadi, jika bangun tidur Anda langsung minum kopi, sebenarnya Anda bersaing dengan kemampuan alami tubuh untuk membuat kita terjaga.
Nikmatilah kopi setelah makan dan bukan dalam kondisi perut kosong karena dapat mengiritasi dinding lapisan usus dan berpengaruh lebih besar pada sistem saraf.
Selain itu masih ada kabar gembira yang datang untuk penikmat kopi.
Sebuah studi baru yang diterbitkan di jurnal Nature Medicine menemukan, mereka yang gemar minum kopi memiliki kadar inflamasi yang rendah di tubuhnya.
“Semakin banyak kafein yang dikonsumsi, semakin terproteksi mereka dari inflamasi yang menyebabkan penyakit kronis,” kata peneliti David Furman, associate profesor di Institute for Immunity, Transplantation and Infection, Stanford University.
Dalam studi tersebut, Furman dan teman-temannya menganalisa sampel darah 100 orang muda dan tua.
Orang lebih tua cenderung punya lebih aktivitas pada beberapa gen yang berkaitan dengan inflamasi dibandingkan dengan grup orang lebih muda.
Hal ini tak mengherankan karena semakin tua, inflamasi di seluruh tubuh cenderung meningkat.
Penyakit kronis karena penuaan seperti diabetes, hipertensi, penyakit jantung, kanker, masalah persendian dan Alzheimer’s semua dipercaya memiliki kesamaan inflamasi.
Proses inflamasi terjadi pada tingkat sel.
“Sebagian besar penyakit penuaan itu tidak benar-benar penyakit penuaan tetapi cenderung penyakit inflamasi,” kata Furman. Semakin aktif gen-gen ini, semakin besar seseorang punya kecenderungan tekanan darah tinggi dan aterosklerosis.
Di kalangan usia lebih tua, mereka yang memiliki kadar lebih rendah faktor-faktor ini lebih terlindung dari inflamasi.
Mereka pun punya kesamaan, semua minum kafein secara teratur. Mereka yang minum lima cangkir kopi sehari menunjukkan kadar amat rendah aktivitas pada jalur gen inflamasi.
Kafein menghambat sirkuit ini dan mematikan jalur inflamasi itu.
Tujuannya bukan membuat setiap jejak inflamasi menghilang, demikian tegas para peneliti.
Faktanya, inflamasi adalah fungsi penting sistem kekebalan yang berguna memerangi infeksi dan menghilangkan senyawa beracun potensial. Tetapi bersamaan dengan penuaan, proses inflamasi tidak teratur seperti pada tubuh muda.
“Jelas pada penuaan sesuatu rusak dan kita jadi kurang efektif mengatur inflamasi ini,” kata Mark Davis, direktur Stanford Institute.
Kunci selanjutnya adalah mencari tahu kapan respon inflamasi mulai tak terkontrol.
Di studi berikutnya, Furman dan rekan-rekannya akan menginvestigasi sistem kekebalan seribu orang.
Ia berharap menggunakan informasi itu untuk mengembangan referensi komponen sistem imun untuk memberi tahu seseorang apakah kadarnya normal atau berisiko lebih tinggi untuk tekrena penyakit kronis yang disebabkan oleh inflamasi.
Sementara itu, mengikuti teladan peminum kopi dewasa yang berkadar inflamasi rendah, minum kopi di pagi atau sore hari di tempat kerja bisa jadi ide yang baik.
Bagi sebagian orang, kopi panas pada pagi hari merupakan ritual tersendiri sebelum menjalani hari.
Efek kafein pada kopi dipercaya dapat membantu meningkatkan rasa awas. Namun, baru-baru ini sebuah studi menemukan, kafein juga dapat meningkatkan kemampuan ingatan.
Sementara itu, para peneliti dari Johns Hopkins University, Amerika Serikat, menganalisis dampak kafein sebagai faktor penguatan memori.
Hasilnya, kafein terbukti dapat menguatkan memori tertentu dalam dua puluh empat jam setelah dikonsumsi.
“Temuan ini menunjukkan kafein memiliki efek pada proses ingatan manusia. Proses ini membuat ingatan lebih permanen dan sulit untuk lupa,” ujar penulis studi Michael Yassa, asisten profesor neurobiologi dan perilaku di University of California, Irvine, yang melakukan penelitian saat berada di Johns Hopkins.
Studi yang dibiayai oleh National Institute of Health dan National Science Foundation AS ini melibatkan seratus peserta peminum kafein tetapi dalam taraf sedang. Artinya, mereka tidak meminum kopi, teh, atau minuman soda dalam jumlah besar.
“Kami memilih peserta yang minum kurang dari 500 miligram kafein seminggu. Kebanyakan bukan peminum kopi, tetapi minum soda setidaknya sekali atau dua kali per minggu,” jelas Yassa.
Kandungan kafein dalam minuman sangat bervariasi.
Dalam studi yang dipublikasi dalam jurnal Nature Neuroscience ini, para peneliti meminta para peserta untuk melihat gambar-gambar yang mudah ditemui sehari-hari pada layar komputer, seperti sepatu, kursi, bebek karet, dan lain-lain.
Mereka meminta agar peserta menyebutkan apakah benda-benda tersebut termasuk benda dalam atau luar ruangan.
“Kami tidak terlalu mementingkan jawaban mereka, tetapi ingin mengetahui mereka memperhatikan obyeknya dan mengingatnya,” ujar Yassa.
“Ini artinya, kafein memiliki efek memperkuat ingatan dalam periode waktu yang lebih panjang, selain manfaat lain rasa awas, perhatian, dan waspada,” kata Yassa