Media Inggris terkenal “the sun,” hari ini, Jumat, menulis kaitan antara gigi yang tanggal saat seseorang berusia enam puluh lima tahun dengan prediksi kesehatan hingga harapan hidup
Tulisan ini berasal dari hasil penelitian Dr Nigel Carter, dari The Oral Health Foundation
Menurutnya, orang-orang yang masih memiliki gigi lengkap ketika berusia tujuh puluh empat tahun, lebih mungkin untuk hidup hingga seratus tahun.
Selain sebagai indikator seberapa baik seseorang menjaga kesehatan gigi, jumlah gigi tanggal juga dikaitkan dengan sejumlah stres selama seumur hidup seseorang.
Stres tersebut termasuk pengalaman sosial, emosional, ekonomi dan pendidikan, penyakit kronis, kondisi genetik, dan pilihan gaya hidup.
Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Periodontology menunjukkan bahwa orang-orang yang telah kehilangan lima atau lebih gigi pada usia enam puluh lima tahun lebih mungkin menderita masalah kesehatan serius lainnya seperti penyakit jantung, diabetes dan osteoporosis, yang sangat bisa membatasi harapan hidup seseorang.
Dr Nigel Carter mengungkapkan, ada banyak alasan mengapa seseorang bisa kehilangan gigi mereka, itu bisa karena merokok atau hanya kurang menjaga kesehatan mulut
Di samping itu, juga dapat berhubungan dengan penyakit gusi yang berhubungan erat dengan kondisi kesehatan seperti penyakit jantung dan diabetes.”
Carter menambahkan, penelitian menunjukkan bahwa kehilangan gigi di usia enam puluh lima tahun bisa menjadi penanda dari buruknya kualitas kebersihan hingga gaya hidup seseorang.
Itu sebabnya, kemungkinan untuk memiliki masalah kesehatan juga lebih tinggi.
“Penting juga untuk diketahui bahwa penyakit yang berhubungan dengan gigi, seperti penyakit gusi, dapat juga berkontribusi terhadap peningkatan risiko penyakit yang membatasi harapan hidup.”
Hal ini sangat jelas bahwa apa yang terjadi di dalam mulut kita benar-benar dapat menjadi “jendela” kesehatan secara keseluruhan.
Oleh karena itu, penting bagi kita untuk melakukan perawatan yang tepat dan memperhatikan apa yang terjadi pada kesehatan mulut karena bisa menjadi tanda dari sesuatu yang lebih serius.
The Oral Health Foundation merekomendasikan untuk menyikat gigi pada pagi dan malam hari dengan pasta gigi berfluoride, mengurangi makanan dan minuman manis, serta mengunjungi dokter gigi secara teratur.
Sebelum temuan ini, para ahli dari University of North Carolina, Chapel Hill, telah menganalisis data penyakit gigi dan gusi dikaitkan dengan tingkat kepikunan seseorang.
“Kami ingin melihat kecenderungan orang dengan kesehatan gigi buruk, yang mengalami penurunan fungsi kognitif.”
“ Fungsi ini terkait hal teknis seperti mengingat dan mengatur kata serta angka,” kata Gary Slade, peneliti yang juga profesor pada Department of Dental Ecology University of North Carolina.
Slade menemukan, nilai uji memori dan berpikir semakin rendah sesuai jumlah gigi yang hilang. Uji memori dan berfikir di antaranya mengingat kata, angka, dan kelancaran pengucapan.
Fungsi kognitif orang yang giginya masih komplit lebih baik dibanding yang giginya sudah tanggal satu persatu. Hal serupa juga dialami orang yang memiliki gigi sakit lebih sedikit. Kondisi ini ternyata juga dialami orang dengan penyakit gusi.
Menurut peneliti, sampai saat ini belum jelas kejadian mana yang menjadi pemicu. Apakah gigi tanggal yang mengurangi fungsi kognitif atau sebaliknya.
Yang jelas kesehatan gigi dan gusi mempengaruhi fungsi kognitif seseorang.
“Kesehatan gigi yang buruk merupakan cerminan pola makan yang tidak baik.”
“ Akibatnya otak kekurangan nutrisi, misalnya antioksidan, yang mencegah penurunan fungsi kognitif. Namun bisa juga kesehatan gigi yang buruk menyebabkan seseorang menghindari makanan tertentu. Akibatnya adalah terjadi penurunan fungsi kognitif,” kata Slade.
Selain buruknya kesehatan gigi, kondisi gusi juga bisa menjadi pemicu turunnya fungsi kognitif.
Gangguan ini tidak hanya menyebabkan luka pada gusi, tapi juga pada area lain melalui sistem sirkulasi. Luka inilah yang kemudian mempengaruhi kemamouan kognitif.
“Bila fokus pada apa yang sebenarnya menyebabkan penurunan fungsi kognitif dan bagaimana memonitornya, maka kesehatan gigi yang buruk bisa menjadi inidikasi. Kesehatan gigi jelas menjadi faktor yang wajib diwaspadai,” kata Slade.
Hasil riset ini disambut positif asisten profesor pada bidang neurologi di Washington University, Catherine Roe. Menurutnya hasil penelitian ini mencengangkan.
“Kesehatan oral memang tidak berbicara luas sebagai faktor risiko untuk penurunan fungsi kognitif. Namun melalui riset ini kita bisa melihat adanya hubungan antar kesehatan oral dan fungsi kognitif. Bisa saja luka sistemik menyebabkan efek pada kesehatan oral dan kognitif, seperti yang tertulis dalam paper,” kata Roe.
Selain itu Roe mengatakan, riset ini membuka kemungkinan adanya gen tertentu yang memicu kesehatan oral dan fungsi kognitif.
Meski begitu, bisa saja penurunan fungsi kognitif tidak lebih dikarenakan kurang peduli pada kesehatan oralnya.