Virus dan pagi hari?
“Ya,” tulis laman situs “the independent,” tentang bahayanya dikaitkan dengan pagi hari.
Mengutip sebuah studi yang dilakukan oleh peneliti dari Univeristy of Cambridge, Inggris, “the independen,” Selasa, 23 Agustus 2016, menulis tentang ditemukannya virus–virus penyakit yang menyerang pada pagi hari.
Para ilmuwan membuktikan lewat suntikan terhadap seekor tikus percobaan dengan virus influenza dan herpes.
Dalam penelitian ditemukan bahwa, tikus-tikus yang terinfeksi virus pada pagi hari lebih rentan menyebarkan virus dalam tubuhnya hingga sepuluh kali lipat, dibandingkan jika terinfeksi pada malam hari.
Temuan ini diharapkan dapat membantu pemerintah-pemerintah di negara manapun untuk memilih cara untuk menangani ketika diserang pandemik, dan memberikan informasi temuan ini kepada warganya.
Tidak sampai di situ, uji selanjutnya mengungkapkan dampak dari gangguan jam istirahat tubuh yang mundur atau berubah dari malam hari menjadi pagi hari.
Kondisi ini biasanya dipengaruhi oleh gaya hidup ataupun jet lag.
Banyak yang tidak mengetahui kondisi tubuh yang mengalami gangguan jam istirahat dapat mengunci virus di dalam tubuh dan membuatnya berkembang hingga berkali-kali lipat.
Penemuan yang dipublikasikan dalam jurnal ilmiah Proceeding of the National Academy of Sciences itu menguji peraturan sirkadian dan sistem imun tubuh secara keseluruhan.
Kepala penelitian Akhilesh Reddy berharap orang dapat mengerti pengaruh virus-virus dalam waktu yang berbeda setiap harinya.
“Virus membutuhkan perlengkapan yang tepat di waktu yang juga tepat. Kalau tidak virus itu akan mati. Namun, infeksi kecil di pagi hari dapat dengan mudah mempercepat dan meranggas ke seluruh tubuh,” kata Reddy kepada BBC.
“Pada masa pandemik, berada di dalam rumah pada siang hari menjadi hal yang sangat penting dan dapat menolong hidup seseorang,” ujarnya.
Dia menjelaskan, masa infeksi juga dapat menjadi pengaruh besar seberapa rentannya tubuh manusia dengan penyakit.
“Artinya, infeksi pada waktu yang salah dapat menyebabkan infeksi yang lebih parah,” katanya.
Dalam laporan yang sama diingatkan pula tentang bahaya ciuman dikaitkan dengan penularan penyakit hepatitis.
Virus hepatitis bisa menyebar melalui air liur.
Dalam ludah itu memang ada virus, tapi dalam jumlah kecil
Namun, perlu diperhatikan bahwa penularan melalui air liur tersebut terjadi jika penderita hepatitis ‘bertukar’ air liur dengan non penderita, semisal berciuman.
Hal ini terjadi akibat air liur pasangan bertukar di dalam mulut, sehingga virus di air liur juga berpindah.
Faktor lainnya adalah penggunaan jarum yang berganti-gantian, semisal jarum suntik, jarum untuk menato, juga untuk menindik.
Hal lain yang perlu diperhatikan: virus hepatitis tidak menular hanya melalui sentuhan ataupun keringat.
Tentang hepatitis A penularannya terjadi antara lain melalui makanan yang tercemar kuman, dan bukan melalui keringat maupun sentuhan.
Selain itu, seringkali orang beranggapan bahwa hepatitis A adalah penyakit keturunan.
Padahal Hepatitis A disebabkan oleh virus.
Penyakit Hepatitis B lah yang bisa ditularkan secara menurun, yaitu dari ibu ke anak.
Beberapa orang juga menganggap hepatitis adalah penyakit berkelanjutan.
Ada orang yang terkena Hepatitis C, lalu dia bilang ‘padahal saya enggak ada riwayat Hepatitis A dan B.
Faktanya, penyakit hepatitis sama sekali tidak berlanjut. Jika terkena Hepatitis A, maka penyakit itu bisa sembuh total.
Berbeda dengan Hepatitis B dan C yang bisa berlanjut menjadi penyakit hati kronis.
Mitos lain yang juga diungkapkan adalah seputar makanan.
Tidak ada pantangan makanan untuk orang yang terkena hepatitis dan nggak ada bukti kalau gorengan dan santan itu bisa memperparah hepatitis.
Irsan menyarankan agar orang yang terkena hepatitis banyak mengonsumsi buah dan sayuran, lantaran keduanya banyak mengandung antioksidan yang bisa mencegah radikal bebas.