Anda pernah menemukan orang tua yang kekanak-kanakan?
So, pasti!!
Siapa pula yang nggak sering ketemu orang tua yang kekanak-kanakan.
Ya, dimana saja dan kapan saja kita bisa menemukannya.
Ya juga ketika kita menyadari tak ada manusia yang sempurna.
Memang ada orang tua yang terlalu protektif, galak, kritis, kaku dan ada pula yang memiliki sifat tidak jauh berbeda dari seorang anak kecil atau remaja.
Orangtua yang memiliki sifat kekanak-kanakan biasanya tidak dekat dengan anak atau sering terlibat dalam pertengkaran mulut dengan mereka.
Ini sangat berbahaya bagi kesehatan psikis dan mental anak sekaligus berpotensi memicu pembentukan karakter serupa dengan orangtua mereka saat dewasa nanti.
Nah, apa saja tanda-tanda orangtua bersifat kekanak-kanakan?
Laman situs Bustle, mengindikasikan kepada Anda cirri-cirinya.
Pertama mereka selalu ingin cari posisi untuk menjadi pusat perhatian
“Harus fokus pada mereka,” tulis “bustle”
Selain itu biasanya orang tua jenis ini sulit mengontrol emosi, jarang menanyakan kondisi anak di sekolah, ataupun soal kondisi kesehatan mereka
Mereka tidak bisa memberikan pendapat yang rasional atau masuk akal karena kepeduliannya minim dan lebih suka mencari perhatian
Selain itu mereka juga tidak bisa memenuhi kebutuhan anak dari sisi emosi dan moral dan tidak tahu perkembangan hidup anaknya, bahkan kerap kali lupa hal-hal yang penting bagi anaknya
Mereka baik hanya pada saat kemauan mereka yaitu perhatian dari banyak orang lain sudah terpenuhi dan suka melontarkan kata-kata kasar saat berkomunikasi atau berargumen
Berlainan dengan orang tua yang kekanak-kanakan. Orang tua yang dewasa berdasarkan riset ilmiah seperti dilansir laman Livescience biasanya banyak bercanda
Untuk Anda tahu anak yang memiliki orangtua gemar bercanda membantu anak luwes dalam kehidupan sosial seperti diungkapkan penelitian yang dipresentasikan dalam Economic and Social Research Councils’ Festival of Social Science.
Ketika orangtua memiliki humor yang bagus, ini memberikan kesempatan anak untuk berpikir kreatif, mudah memiliki teman, serta membuatnya mampu mengelola stres.
Selain itu mereka juga bertindak dan berpikir posistif
Orangtua yang sering mengekspresikan emosi negatif terhadap balita, membuat anak berkembang menjadi agresif. Bila Anda gemar marah-marah, tak heran bila anak pun gemar marah-marah.
Sebagian orangtua kerap merasa bersalah kala melakukan sesuatu yang buruk sebagai orangtua.
Lebih baik, cintai diri Anda sendiri.
Rasa cinta adalah keterampilan hidup yang penting dan ini salah satu cara membantu seseorang tetap ulet dalam menghadapi tantangan.
Setiap orangtua pasti pernah melakukan kesalahahan, namun jangan benci diri Anda sendiri.
Mencintai diri membuat Anda tetap sadar serta mampu mengelola pikiran dan emosi. Dengan mencintai diri tanpa merasa rendah diri, Anda telah mengajarkan hal yang sama kepada anak.
Tak selamanya anak menjadi anak-anak, pasti semakin ia besar makin sering meninggalkan rumah untuk bersosialisasi dengan teman-temannya.
Saat anak sudah mampu mandiri, jangan terlalu melindunginya erat-erat.
Hal ini malah membuatnya cemas dan kurang terbuka atas pengalaman baru dibandingkan anak-anak dari orangtua yang santai.
ebagian orangtua pasti pernah mengalami stres kala sudah memiliki anak. Bila sudah merasa tak mampu menahan rasa tertekan atau depresi, baiknya segera atasi dengan meminta bantuan orang di sekitar atau psikolog.
Penelitian menunjukkan, ibu yang depresi karena bebannya sebagai orangtua akan membuat bayi lebih banyak menangis.
Jangan terlalu menyiksa diri agar bisa mengasuh anak dengan sangat baik. Bila sudah mengasuh anak dengan baik tak perlu rendah diri.
Penelitian beberapa tahun silam menemukan bahwa orangtua yang menuntut dirinya menjadi orangtua hebat cenderung membuat diri mereka stres dan kurang percaya diri.
Banyak orangtua berpikir cara mereka membesarkan anak adalah cara terbaik. Namun, tidak semua gaya pengasuhan anak sama antara satu orangtua dengan yang lainnya.