Dua media Inggris terkenal, “daily mail” dan “the guardian,” secara bersama-bersama di edisinya hari ini, 18 februari 2016, mengingatkan dengan sebuah tanda merah di tulisan terbarunya, agar setiap orang mewaspadai kandungan gula dalam segelas minuman kopi atau cokelat di gerai-gerai kopi modern.
Mengutip laporan dari “Action on Sugar,” sebuah kelompok penelitian dari Inggris, kedua media raksasa itu membuat heboh dan nyeri dua jaringan gerai kopi global Starbucks dan Costa.
Kedua gerai itu di tuduh memiliki kandungan gula yang sangat tinggi.
Tidak hanya Starbucks dan Costa, restoran milik McDonalds dan KFC juga mendapat tuduhan yang sama.
Dalam satu gelas cokelat panas atau minuman teh bisa mengandung dua puluh lima sendok teh gula.
Jumlah tersebut tiga kali lebih banyak dibanding asupan gula harian yang direkomendasikan untuk orang dewasa.
Laporan itu juga mengungkapkan, hampir seratus persen dari seratus tiga puluh satu minuman panas di gerai modern mengandung gula yang sangat tinggi dan masuk dalam kategori “merah” jika minuman itu harus diberi label.
Dalam satu gelas ukuran besar chai latte dari Costa terkandung dua puluh sendok teh gula, sedangkan minuman cokelat panas superbesar dari Starbucks mengandung lima belas sendok teh gula.
Ini lebih banyak dua kali lipat dari rekomendasi gula harian.
Lebih dari sepertiga minuman yang diuji mengandung gula dalam jumlah yang sama atau lebih tinggi dari kandungan gula dalam sekaleng softdrink.
Gerai-gerai kopi modern saat ini memang menawarkan varian minuman cokelat atau teh untuk menarik konsumen yang bukan peminum kopi.
Dalam minuman itu juga ditambahkan sirup tinggi gula untuk menambahkan rasa.
Action on Sugar juga telah meminta agar gerai kopi modern membatasi penggunaan gula.
Mereka bahkan menyebut penggunaan gula yang berlebihan itu sebagai skandal.
“Jumlah gula dan kalori dalam minuman itu tak masuk akal, terkadang makanannya juga mengandung gula tinggi dan lemak.”
“Tak mengherankan jika angka obesitas sangat tinggi di Eropa,” kata Kawther Hashem, ahli nutrisi dan peneliti dari Action on Sugar.
Pihak Starbucks, seperti dikutip The Guardian, menyatakan komitmennya untuk mengurangi gula tambahan dalam minumannya sampai dua puluh lima persen pada empat tahun mendatang.
Selain itu, informasi nutrisi setiap minuman akan tersedia di gerai dan situs webnya.
Sudah bukan rahasia bahwa salah satu merek minuman bersoda, Coca Cola, menggunakan banyak gula dalam pembuatannya, yakni sampai sembilan sendok teh gula per kalengnya.
Bahkan, video tentang hal tersebut sudah beredar luas di YouTube.
Namun, ternyata cara tersebut tak hanya digunakan dalam pembuatan Coca Cola, melainkan juga digunakan dalam pembuatan sepertiga merek minuman hangat kelas atas yang ada.
Bahkan, bisa jadi kadarnya lebih banyak dari Coca Cola.
Seorang juru bicara kegiatan itu mengatakan, hasil analisisnya telah diuji akan menerima label nilai nutrisi merah karena kandungan gulanya tinggi.
Ketua Action on Sugar, Profesor Graham MacGregor, mengatakan, “Hasil temuan tersebut merupakan contoh lain dari skandal penambahan kadar gula ke makanan”
“Tak heran orang Inggris memiliki tingkat tertinggi dalam obesitas di Eropa,” tuturnya seperti dikutip Independent.
Dengan total sendok teh gula per porsi, sajian terburuk adalah venti grape with chai, orange, and cinnamon hot mulled fruit dari Starbucks.
Menu massimo eat-in chai latte dari Costa ditemukan mengandung dua puluh sendok teh gula, sedangkan venti white chocolate mocha with whipped cream mengandung delapan belas sendok teh gula.
“Perusahaan telah mengambil langkah-langkah yang signifikan untuk mengurangi kadar gula kami,” ucap Kerry Parkin, humas Costa.
Namun, tentu saja langkah tersebut bukan merupakan langkah terbaik.
Bahkan, peneliti dari Action on Sugar, Kawther Hashem beranggapan kedai kopi atau kedai minuman lainnya harus secepat mungkin mengurangi kadar gula dalam minuman-minuman panasnya.
“Minuman ini harus diminum sesekali saja, jangan dijadikan konsumsi harian. Karena minuman itu mengandung gula dan kalori dalam jumlah yang luar biasa,” ungkap Kawther.
Konsumsi gula memang diperlukan sebagai energi tubuh.
Tetapi, jika konsumsi gula berlebihan setiap hari, bukan manfaat sehat yang didapatkan.
Menurut penelitian yang dilakukan di University of New South Wales, Australia, makan gula terlalu banyak tak hanya menyebabkan obesitas, tetapi berdampak buruk bagi otak.
Peneliti menemukan adanya perubahan hippocampus atau bagian otak yang mengatur fungsi memori dan stres, pada anak yang terlalu banyak makan makanan manis.
Anak-anak yang sering makan makanan manis setiap hari akan berisiko mengalami stres lebih awal.
Dalam penelitian terhadap tikus, peneliti menemukan hippocampus yang sama antara tikus stres yang tidak diberi gula dan tikus yang sebelumnya tidak stres tetapi terus diberi gula.
Jayanthi Maniam dan Profesor farmakologi Margaret Morris dari University of New South Wales, Australia mengatakan, penelitian ini seharusnya dapat mendorong semua orang untuk segera mengurangi asupan gula per hari, termasuk anak-anak atau remaja.
Sebab gula berlebihan tak hanya menjadi masalah bagi kesehatan fisik, tetapi juga mental.
Konsumsi gula yang dianjurkan hanya lima puluh gram gula atau empat sendok makan per hari.