Stres bukan hanya berakibat pada hipertensi dan jantung, seperti yang kita ketahui selama ini, tapi juga berpotensi besar pada gangguan pencernaan yang membuat setiap orang jadi tidak nyaman. Lantas, apa penyebab terganggunya pencernaan tersebut?
Ya, hal ini karena sistem pencernaan seseorang adalah organ yang paling pada padat dalam tubuh, semua itu terhubung dari neurotransmitter atau dikenal dengan zat kimia yang membawa pesan antar neuron dan neuropeptida di kepala kita.
Saat serotonin, yang mengelola suasana hati Anda aktif, sebenarnya ia mengangkat neurotransmitter pada usus lebih tinggi konsentrasinya ketimbang yang ada di otak Anda. Karena itulah stres bisa menyebabkan masalah pencernaan,” kata Kara Landau seorang Ahli gizi dan Penulis Freelance di Travellers Dietition, sebagaimana dilansit Healthmeup.
Lebih lanjut, kata Kara, tingkat stres yang dialami seseorang juga memengaruhi kesehatan usus atau gangguan pencernaan Anda. Menurutnya kesehatan usus itu terhubung sistem kekebalan tubuh, sehingga saat seseorang memiliki usus yang kuat pasti ia memiliki kesehatan tubuh yang baik.
Ada anekdot yang mengatakan, bahwa seseorang yang memiliki usus yang kuat pasti akan jauh dari gangguan-gangguan kesehatan dan juga gangguan pencernaan. Dan realitanya itu betul, dan anekdot itu benar,” ujarnya.
Untuk menjaga agar stres tidak berakibat mengganggu pencernaan Anda harus memerhatikan fluktuasi emosi untuk menghindari reaksinya ke perut. Sebab sistem pencernaan memiliki efek langsung dengan otak. Inilah mengapa jika kita mengalami stres, maka sistem pencernaan akan terpengaruh.
Sistem saraf enterik, atau saluran gastrointestinal sering disebut seperti otak kedua Anda. Saluran pencernaan bergantung pada neuron dan neurotransmiter untuk menyelesaikan fungsi-fungsi tertentu, serta menjaga komunikasi dengan sistem saraf pusat.
Ini juga berarti bahwa ketika Anda mengalami stres atau ketegangan yang sedang berlangsung, kesehatan pencernaan Anda akan terpengaruh. Stres psikologis dapat mengganggu kontraksi saluran pencernaan, menyebabkan peradangan dan meningkatkan kerentanan terhadap infeksi, demikian yang dilansir Foxnews.
Sakit perut kronis, iritasi usus, dan gejala yang tidak menyenangkan lainnya dari sistem pencernaan adalah reaksi alami usus terhadap stres. Untuk meminimalkan kerusakan pada kesehatan mental dan fisik, Anda perlu mengidentifikasi sumber ketidaknyamanan Anda dan ketika merasakan gejala yang tidak nyaman pada pencernaan.
Saluran pencernaan dan otak memiliki koneksi yang begitu kuat. Bahkan penelitian telah menunjukkan bahwa pasien yang menjalani terapi untuk stres dan kecemasan mental, mengalami pengurangan gejala gangguan pencernaan.
Stres juga bisa menganggu lambung, yang oleh banyak orang sering dikatakan sakit maag. Sakit maag ini juga sering menyerang yang menimbulkan rasa sakit hingga di dada.
Data menunjukkan bahwa maag merupakan salah satu penyakit yang gejalanya sering kali dianggap penderita sebagai sakit jantung. Sebuah penelitian memperlihatkan 30-40 persen pasien yang berobat dengan keluhan nyeri dada ternyata diakibatkan oleh sakit maag.
Sensasi yang paling umum dirasakan adalah rasa terbakar dan panas di dada bagian tengah. Keluhan tersebut muncul akibat produksi asam lambung yang meningkat hingga asam lambung naik ke atas. Asam lambung tersebut mengiritasi saluran makan di daerah dada sehingga menimbulkan rasa panas di dada.
Maag juga menimbulkan rasa mual yang juga bisa ditemukan pada nyeri dada akibat jantung. Namun, bila keluhan disertai gejala lambung lainnya, seperti sering bersendawa, perut terasa kembung, begah, dan keluhan membaik setelah konsumsi obat maag, maka kemungkinan besar rasa dada terbakar tersebut berasal dari sakit maag.