Bagi sebagian orang, waktu makan adalah ketika perut sudah mulai ‘berontak ganas’ meminta asupan untuk dicerna. Namun, sebuah penelitian menemukan bahwa waktu makan terbaik adalah saat merasa agak lapar.
Penelitian yang dilakukan David Gal di University of Illinois-Chicago, AS menguji risiko kesehatan yang akan dialami berkaitan dengan perasaan ingin makan atau lapar.
“Penelitian ini menguji apakah lapar mungkin mencerminkan waktu tepat untuk makan,” tulis Gal pada penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of the Association for Consumer Research.
“Secara khusus penelitian ini menguji perbedaan dalam kondisi lapar akankah mempengaruhi kondisi kesehatan tubuh, khususnya kadar glukosa setelah makan.”
Berdasarkan penelitian, Gal menemukan bahwa glukosa darah akan melonjak sampai hingga kadar tertinggi bila seseorang makan dalam kondisi tidak lapar sama sekali.
Selain itu, penelitian juga menemukan bahwa kondisi agak lapar dan sangat lapar justru menunjukkan kadar gula darah yang lebih rendah.
Ketika seseorang berada dalam kondisi sangat lapar, kadar glukosa setelah makan mengalami kenaikan.
Namun kenaikan ini tidak akan mengembalikan kadar gula darah seperti pada kondisi normal.
Sedangkan saat seseorang memilih makan saat kondisi agak lapar, hasil penelitian menunjukkan kadar gula darah lebih mungkin untuk kembali ke kondisi normal.
Kondisi gula darah yang naik akan cenderung membuat seseorang lebih mudah kenyang, namun bila berlebihan dari kondisi normal maka akan memaksa tubuh mengeluarkan lebih banyak insulin dan dapat berisiko kesehatan.
“Temuan ini konsisten dengan hipotesis dari sudut pandang kesehatan bahwa akan sangat menguntungkan bila makan ketika dalam kondisi agak lapar,” tulis Gal.
Peter Ubel, dokter dan peneliti perilaku Duke University menanggapi temuan ini sebagai pengingat perilaku konsumsi seseorang demi menjaga tubuh dari obesitas dan penyakit degeneratif seperti diabetes.
“Setiap kali makan, tubuh akan berhadapan dengan sejumlah nutrisi seperti lemak, protein, dan karbohidrat atau gula,” kata Ubel seperti dilansir dari Psychology Today.
Saat tubuh menerima asupan, pankreas akan mengeluarkan hormon yang berfungsi mengelola nutrisi tersebut entah akan digunakan oleh tubuh atau disimpan sebagai cadangan energi.
“Sampai saat ini, orang masih berpikir gula pasca makan sangat bergantung pada beberapa faktor seperti jumlah kalori yang dimakan, indeks glikemik, dan metabolisme. Kali ini faktor perilaku makan patut dipertimbangkan,” ujar Ubel.
Ia juga mengatakan perlu ada penelitian lebih lanjut tentang perilaku makan dan pengaruhnya pada tubuh
Beberapa penelitian lainnyaq menyimpulkan, orang yang rutin sarapan akan memiliki keinginan ngemil lebih rendah, makan siang tidak berlebihan, serta lebih produktif.
Namun, tidak semua penelitian mengaitkan sarapan dengan berat badan yang lebih rendah. Ada beberapa studi yang menyebut tak ada perbedaan dalam upaya penurunan berat badan antara mereka yang sarapan atau tidak.
Menurut Torey Armul, juru bicara Akademi Nutrisi dan diet, pentingnya sarapan bervariasi pada tiap orang.
“Sebagian orang yang melewatkan sarapan memiliki nafsu makan lebih di siang hari dan cenderung makan berlebihan. Sementara pada yang lain tak ada perbedaannya,” kata Armul.
Sarapan memang dapat menekan keinginan ngemil, namun jika menu sarapannya sehat, yaitu mengandung protein, lemak, dan juga karbohidrat.
Sayangnya, menu sarapan mayoritas orang mengandung lebih banyak karbohidrat sederhana sehingga level energi akan berfluktuasi. Selain itu, perut dengan cepat akan terasa lapar lagi setelah sarapan.
“Jika menu sarapan kita seimbang, energi akan meningkat sehingga gula darah naik sedikit, namun kandungan protein dan lemak pada menu sarapan akan membuat energi lebih stabil,” kata Alissa Rumsey, ahli nutrisi.
Bila perut tak mudah lapar, maka kita pun akan lebih rasional memilih menu makan siang dan cenderung makan lebih sehat.
Sebenarnya sarapan sehat merupakan hal yang sangat penting, terutama bagi anak-anak.
Pasalnya, ketika bangun pagi, gula darah mengalami penurunan dan membuat anak menjadi lemas serta tidak bersemangat melakukan aktivitas.
Sayangnya, kebiasaan sarapan sehat ini belum menjadi perhatian utama bagi orangtua, dikarenakan keterbatasan waktu dan kurangnya pengetahuan mengenai kriteria sarapan sehat yang ideal.
Pentingnya sarapan sehat terutama di usia dini akan membentuk generasi yang sehat dan cerdas.
Waktu sarapan yang tepat adalah sebelum jam sembilan pagi dan komposisi sarapan harus mengandung karbohidrat, protein, lemak, serat, vitamin dan mineral yang bisa memenuhi gizi harian.
Format susu sereal juga dapat menjadi alternatif pilihan, karena mememenuhi semua syarat komposisi sehat dari sebuah sarapan yang sehat.