Pebalap Repsol Honda, Marc Marquez, tak pernah menyepelekan Valentino Rossi di setiap lomba karena “idola”nya itu mampu mengusik kecepatannya lewat trik yang ia buat. Marquez mengaku masih tetap memperhitungkan Valentino Rossi sebagai pesaing terberatnya untuk MotoGP 2015.
Menurut Marquez, pembalap Yamaha asal Italia itu hampir selalu bisa tampil kompetitif di setiap musimnya.
Bukan hanya itu, sejak masih anak-anak, Marquez memang amat mengidolai pembalap berjuluk The Doctor tersebut. Rider yang sering disapa dengan sebutan “Allien Boy” itu bahkan tak malu untuk mengakui masih menyimpan memorabilia Rossi di kamar tidurnya.
Bagi Marquez, Rossi adalah pahlawannya sebelum memutuskan turun sebagai pembalap profesional. Rider berjuluk The Baby Alien ini juga tak menyangka akhirnya bisa berada satu lintasan dengan Rossi untuk beradu kecepatan di atas motor balap.
“Valentino merupakan pembalap yang saya jadikan idola. Saya merasa terhormat memiliki kesempatan bersaing dengan dia di lintasan. Rasanya sangat istimewa, saya kagum dengan semua yang pernah dia capai. Performa dia hampir selalu kompetitif setiap tahun,” terang Marquez, seperti dilansir Fashion Times.
Dua tahun terakhir, Marquez sukses menjadi juara dunia MotoGP, termasuk dengan mengalahkan Rossi. Marquez mengaku kini bisa sedikit lebih tenang, namun dia tetap termotivasi untuk terus memenangkan gelar juara dunia MotoGP sebanyak mungkin.
Marquez dan Rossi akan kembali turun lintasan dalam uji coba pramusim yang pertama di Sirkuit Sepang, Malaysia, pada 4-7 Februari mendatang. Grand Prix Qatar di Sirkuit Losail, akan menjadi race pembuka MotoGP tahun depan pada 29 Maret 2015.
“Kami dapat sedikit santai ketika berlibur, tapi tak bisa terlalu banyak. Saya masih ingin menjadi juara dunia untuk tahun depan. Jadi kami akan tetap bekerja keras, bahkan lebih keras lagi, karena tim lain pun melakukan hal yang sama,” tuturnya.
Meskipun Marc Marquez berhasil mempertahankan titel juara MotoGP, ada beberapa hal yang menjadi sorotan Honda jelang kompetisi musim 2015. Yang utama adalah bagaimana membuat motor Honda agar lebih mudah dikendarai.
Pada musim 2014, Marquez memang tampil dominan, dengan torehan 13 kemenangan. Namun, hal berbeda justru didapat rekannya, Dani Pedrosa. Pembalap berusia 29 tahun itu hanya mampu meraih satu kemenangan dan akhirnya finis di posisi 4 klasemen akhir.
“Semua meminta peningkatan kecepatan saat menikung. Tapi, kami belum bisa menciptakan terobosan yang dibutuhkan. Sedangkan Yamaha, pada paruh kedua musim (2014), menciptakan progres, baik pada motor maupun pembalapnya,” ujar Shuhei Nakamoto, Wakil Presiden Honda Racing Corporation.
“Motor kami tahun ini lebih sulit dikendarai ketimbang 2013. Dan, kami ingin membuat menjadi lebih muda, seperti Yamaha,” sambung pria asal Jepang kelahiran 29 April 1957 tersebut, sebagaimana dilansir Crash.
Dan, permasalahan yang sama pun dirasakan dua pembalap satelit Honda, Alvaro Bautista and Stefan Bradl pada 2014. Kepada Nakamoto, mereka mengaku kesulitan mengendalikan motor RC213V saat ini. Sehingga, tim pun harus bekerja keras untuk membenahinya.
“Kami coba menemukan torsi yang tepat untuk bisa berkendara dengan mudah, tapi hasilnya berkebalikan. Para pembalap mengatakan kalau torsinya terlalu banyak,” ujar Nakamoto