Rasa-rasanya, hampir semua orang memiliki, minimal, satu akun media sosial. Bahkan, ada pula yang memiliki banyak sampai mengambil alih kehidupan nyata mereka. Lantas, apa perlu seseorang mengurangi penggunaan sosmed?
Beberapa alasan berikut mungkin bisa jadi pertimbangan Anda melakukan detoks media sosial.
Kemajuan teknologi memang sangat membantu segala aspek dalam kehidupan Anda, seperti mencari informasi dan bersosialisasi.
Akan tetapi, terlalu sering menggunakannya justru dapat mengakibatkan kecanduan media sosial yang justru akan berpengaruh pada kualitas hidup Anda.
Jika Anda mulai merasa bahwa hidup Anda terlalu sering dihabiskan untuk berselancar di sosial media, mungkin ini saatnya Anda melakukan detoks media sosial.
Social media detox biasanya dilakukan dengan mengurangi penggunaan atau bahkan mengentikannya sama sekali. Hal itu bisa membantu mereka melihat kembali apa yang sudah mereka tinggalkan di kehidupan nyata.
Kecanduan terhadap apa pun, termasuk media sosial dan teknologi, bisa membawa dampak buruk bagi kehidupan Anda. Mulai dari kesehatan, hubungan keluarga dan pertemanan, hingga kepribadian Anda bisa saja terpengaruh akibat ketergantungan media sosial.
Berikut adalah beberapa alasan mengapa Anda mungkin memerlukan detoks media sosial.
Salah satu dampak yang cukup mengkhawatirkan dari penggunaan media sosial yang berlebihan adalah meningkatkan risiko gangguan mental, seperti depresi.
Sebuah penelitian dari BMC Public Health mengungkapkan anak-anak yang berusia sekitar 10 tahun dan aktif di internet dapat berdampak negatif hingga mereka dewasa nanti.
Hal tersebut dikarenakan sedari kecil mereka sudah terpapar dengan standar kesuksesan atau kecantikan yang begitu tinggi dan mungkin “semu” di media sosial.
Akibatnya, ketika anak-anak tersebut tumbuh dewasa, mereka merasa tidak pernah puas dengan hasil yang didapat. Hal tersebut dapat berujung pada depresi.
Detoks media sosial bertujuan untuk meminimalisir risiko Anda untuk terus menganggap standar-standar tertentu yang beredar di media sosial.
Ketika kecanduan media sosial, sadar atau tidak sebenarnya Anda sedang mengurangi kualitas waktu di dalam hubungan. Tak hanya asmara, tapi juga hubungan persaudaraan, hubungan kerja, pertemanan, dan hubungan lain.
Menurut Nels Oscar, ketua tim peneliti dari College of Engineering, media sosial bersifat sangat instan, menjangkau jutaan orang sekaligus, dan memengaruhi perilaku seseorang.
Anda mungkin mengabaikan orang yang berada di samping Anda dan fokus untuk menatap apa yang ada di layar ponsel.
Belum lagi jika Anda berinteraksi dengan teman atau siapa pun di media sosial. Kelemahan media sosial adalah adanya keterbatasan dalam berinteraksi. Salah-salah, hal ini justru dapat menimbulkan salah paham.
Misalnya, Anda mengunggah foto teman yang Anda anggap lucu. Padahal, bagi teman Anda, itu adalah foto memalukan.
Orang-orang yang kecanduan social media cenderung hanya melihat seberapa banyak tanggapan yang didapat ketika ia mengunggah sesuatu, ketimbang memikirkan dampaknya pada orang lain.
Akibatnya, Anda dan teman Anda bisa jadi salah paham hingga mengancam hubungan Anda.
Tidak hanya memperburuk kesehatan mental, kesehatan fisik yang terganggu juga bisa jadi salah satu alasan yang perlu Anda pertimbangkan ketika memutuskan melakukan detoks/mengurangi penggunaan media sosial.
Pada lima tahun lalu terdapat sebuah penelitian yang menemukan bahwa orang dewasa berumur sembilan belas hinggatiga puluh dua tahun cenderung lebih sering mengecek akun media sosialnya.
Frekuensi pengecekan tersebut mencapai tiga puluh kali dalam satu minggu. Sebanyak 57% dari orang-orang tersebut dilaporkan mengalami masalah tidur karena ketiga hal di bawah ini.
Lebih sering aktif di media sosial dan jaringan internet lainnya sampai larut malam
Social media meningkatkan gairah emosional dan kognitif lebih tinggi pada malam hari
Sinar dari layar ponsel atau gadget lainnya dapat mengganggu kualitas tidur seseorang.
Padahal, kurang tidur sendiri diketahui dapat berisiko terhadap kesehatan, seperti meningkatkan risiko penyakit jantung.
Itu sebabnya, Anda mungkin perlu mempertimbangkan melakukan detoks media sosial agar terhindar dari dampak negatifnya.
Setelah mengetahui alasan betapa pentingnya melakukan detoks media sosial, mari ketahui bagaimana tips ampuh untuk mengurangi penggunaan media sosial.
Walaupun terdengar mudah, kebiasaan ini sebenarnya cukup sulit, terlebih untuk mereka yang sudah kecanduan. Maka itu, diperlukan beberapa strategi agar Anda berhasil mencapai tujuan dari social media detox.
Beberapa strategi yang mungkin dapat membantu Anda, antara lain: Rencanakan untuk menjalani detoksifikasi selama 3 minggu sampai tiga bulan lebih.
Menonaktifkan akun media sosial Anda sementara waktu, seperti Instagram atau Facebook.
Menghapus aplikasi media sosial dari ponsel dan gadget Anda.
Mencari kegiatan lain yang dapat mengisi kekosongan Anda, seperti olahraga atau melanjutkan hobi yang tertunda.
Melakukan detoks media sosial memang sulit, apalagi jika Anda sudah kecanduan dan alasan ingin berhenti tidak datang dengan sendirinya dari kesadaran Anda.
Pada saat Anda melakukan detoks media sosial, awalnya Anda mungkin akan merasa gelisah dan terus-menerus mengecek notifikasi ponsel. Namun, jika berhasil melakukannya, Anda mungkin dapat memiliki kualitas hidup yang lebih baik lagi.
Jika Anda merasa media sosial sudah mengambil alih kehidupan Anda, sudah saatnya untuk berhenti sejenak menatap layar dan beralih fokus ke realita.