Apple, kini, sedang mewujudkan sebuah gagasan besar bagi pengguna internet berupa akses ke berbagai web dengan kecepatan cahaya.
Gagasan itu, seperti ditulis laman situs “ubergizmo,” Rabu, 20 Januari 2016, masih berada di tahap pengujian
Apple sendiri sudah memanfaatkannya dengan menanam teknologi ini ke dalam iPhone
Langkah Apple ini terlihat dalam beberapa baris kode di iOS 9.1, yang menuliskan kemampuan terhubung ke dalam jaringan LiFi.
Namun informasinya sampai saat ini hanya di sebaris kode tersebut
Sebelumnya Apple memang sudah terindikasi tertarik menggunakan LiFi saat mereka mendaftarkan sebuah paten pada tiga tahun lalu.
Kala itu Apple mendaftarkan paten dari perangkat yang kemungkinan adalah sebuah transmiter Lifi.
LiFi adalah standardisasi yang diharapkan menjadi penerus WiFi.
Jika WiFi menggunakan sinyal radio, LiFi menggunakan cahaya untuk mengirimkan data.
Kecepatannya pun disebut seratus kali lebih kencang ketimbang WiFi tradisional, atau bisa mencapai kecepatan satu Gbps.
Sementara secara teoritis, teknologi LiFi ini bisa mencapai kecepatan transfer data sebesar 224 Gbps.
Istilah LiFi sendiri pertama dipopulerkan oleh Profesor Harald Haas dari Universitas Edinburgh, yang mendemonstrasikan teknologi tersebut di konferensi TED pada tahun lima tahun silam.
Saat itu, Haas menunjukkan sebuah video streaming menggunakan sebuah bola lampu LED. Haas menyebutkan bahwa di masa depan, miliaran bola lampu bisa dijadikan hotspot nirkabel.
LiFi punya satu keunggulan utama dibandingkan WiFi, yaitu tak menggunakan sinyal radio. Sehingga tak akan mengganggu jalur komunikasi lain, seperti yang digunakan di pesawat terbang.
Namun tentu LiFi juga punya kelemahan, seperti teknologi ini tak bisa digunakan di luar ruangan yang terkena sinar matahari, karena akan mengganggu transmisi sinyalnya.
Selain langkah mewujudkan “mimpi” LiFi, Apple juga melakukan pembaruan iOS 9.3 Beta 1 dengan membawa fitur baru bernama Night Shift.
Dengan fitur pengaturan layar ini membuat Apple ‘membunuh’ pengembang yang menghadirkan aplikasi berkemampuan sama.
Aplikasi yang dimaksudkan adalah f.lux. Lewat aplikasi ini, pengguna dapat melakukan pengaturan layar saat siang dan malam.
Sehingga mata tetap nyaman di kondisi terik matahari dan membantu untuk cepat tidur di malam hari.
Aplikasi f.lux hadir sejak November lalu.
Tapi kemudian dimatikan oleh Apple beberapa minggu sebelum perilisan iOS 9.3 beta 1.
Kehadiran f.lux pertama kali di iPhone memang bukanlah aplikasi resmi App Store.
Perusahaan bermarkas di Cupertino, Amerika Serikat itu memang tidak mengizinkan aplikasi manapun yang dapat mengubah pengaturan penting tersedia di toko aplikasi miliknya.
Alhasil, para pengembang mencari jalan lain untuk menginstal aplikasinya.
Caranya lewat Sideloading yang membolehkan seseorang untuk mengunduh file aplikasi dan menginstalnya ke iPhone lewat Apple Xcode.
Cara ini umum digunakan pengembang untuk menguji aplikasinya.
Rupanya gerak-gerik f.lux tersebut diketahui oleh Apple.
Perusahaan besutan Steve Jobs itu lantas menghubungi pihak pembuat dan mengatakan apa yang telah dilakukan melanggar perjanjian Developer Program.
Mendapat peringatan tersebut sang pengembang terpaksa mengentikan f.lux di iPhone.
Begitu iOS 9.3 Beta 1 dirilis pada 11 Janurai dan membawa fitur sejenis. Pengembang f.lux langsung memberi tanggapan atas ulah Apple melalui akun resmi Twitternya @JustGetFlux.
“Original ideas are rare in our world,” tulis mereka seperti dikutip dari Business Insider.
Beberapa hari sesudahnya, pengembang f.lux kemudian mengeluarkan pernyataan resminya. Mereka mengatakan f.lux adalah komitmen besar dan merupakan langkah penting.
Mereka pun bangga f.lux membawa ide asli dan berguna bagi kesehatan mata pengguna. Untuk itu mereka meminta Apple mengembalikan f.lux ke iPhone.
Sampai saat ini Apple belum memberi tanggapan resminya.
Hadirnya Night Shift tampaknya sulit bagi f.lux mendapat restu.
Aplikasi f.lux sendiri hanya tinggal versi desktop saja dan telah diunduh lebih dari lima belas juta kali