close
Nuga Tekno

Awas! Meme Kocak Bisa Jadi Alat Peretas

Platform media sosial, seperti Facebook, Instagram, dan Twitter merupakan sarana yang tepat untuk berbagi semua jenis foto, termasuk meme.

Namun menurut laporan peneliti keamanan di Trend Micro via TechCrunchmeme yang sering dianggap kocak mungkin tidak begitu lucu begitu peretas mengaktifkan malware di komputer korban, tanpa mereka sadari.

Ya, baru-baru ini hacker telah mampu membuat jenis malware baru yang memiliki kemampuan untuk mengambil screenshot aktivitas pengguna, mencuri data, dan mengirimnya kembali ke pelaku.

Diketahui, malware tersebut bakal aktif oleh sebuah kode yang disembunyikan di sebuah meme yang sering dibagikan di media sosial.

Ini berarti, siapa pun yang melihat gambar tersebut di-posting, bakal mengaktifkan malware dan mengirim perintah ke penjahat siber. Dengan begini, mereka bisa mengetahui semua hal yang kamu ketahui.

Microsoft ungkap bahwa enam puluh tiga persen PC di Indonesia sudah terinfeksi malware

Lantas bagaimana cara meminimalisirnya?

Seperti disebutkan di atas, malware ini hanya aktif ketika ada sebuah meme yang menyembunyikan instruksi tersembunyi di dalamnya muncul atau dilihat olen korban.

Berarti, ada kemungkinan malware tersebut bisa saja terbengkalai di komputer pengguna, tidak terdeteksi, hingga waktunya pengguna melihat meme tertentu dan mengaktifkan malware-nya.

Hingga saat ini, masih belum banyak informasi yang diketahui tentang malware tersebut, seperti darimana asalnya dan tujuan pelaku membuatnya.

Sungguh mengerikan memang melihat bagaimana hacker mampu menggunakan media sosial, dan sesuatu yang tidak berbahaya seperti meme digunakan untuk memicu serangan malware.

Pada tahun ini, ransomware  dan deteksi backdoor masing-masing terdiri dar tiga koma lima persen dan tiga koma tujuh persen dari semua file berbahaya baru, yang dikumpulkan dalam sepuluh bulan pertama tahun ini.

Fakta tersebut, menandakan peningkatan sebesar empat puluh

Jika ditotal keseluruhan, teknologi deteksi dari Kaspersky Lab mampu menangani

Jumlah dan jangkauan file berbahaya baru yang terdeteksi, setiap harinya menunjukkan indikator utama tentang kepentingan para pelaku kejahatan siber yang terlibat dalam pembuatan dan pendistribusian malware.

Pada  tujuh tahun lalu, teknologi Kaspersky Lab berhasil mendeteksi file baru setiap harinya

“Di satu sisi, data yang kami kumpulkan mengindikasikan aktivitas pelaku kejahatan siber dalam menggunakan kembali malware lama yang telah terbukti efisien. ”

“Di sisi lain, lonjakan jumlah deteksi backdoor dan Trojan-Ransom menunjukkan kepada kita bahwa pelaku kejahatan siber terus menerus mencari cara baru untuk mennyerang perangkat korban dan menghasilkan uang dari aksi tersebut,” ujar Vyacheslav Zakorzhevsky, Kepala Penelitian Anti-Malware di Kaspersky Lab.

“Ketertarikan yang begitu kuat dari para pelaku kejahatan siber terhadap ransomware dan pengembangannya yang berkelanjutan menjadi peringatan bagi kita untuk tetap waspada, baik terhadap ancaman yang sudah terjadi, sudah dikenal, baru, maupun yang belum diketahui,” tandasnya.

“Inilah sebabnya mengapa kami terus meningkatkan sistem deteksi dan perlindungan setiap harinya untuk memastikan pelanggan tetap aman,” lanjut Zakorzhevsky.

Seiring perkembangan teknologi dan gaya hidup, ponsel saat ini merupakan barang wajib yang selau dibawa ke berbagai tempat. Sayangnya, tingginya penggunaan ponsel tidak sejalan dengan kepedulian terhadap keamanannya.

VP ICT Security Management Telkomsel, Yohannes Glen, mengatakan rendahnya kesadaran terhadap keamanan, dimanfaatkan oleh hacker untuk menyerang ponsel dengan menyebarkan malware.

Ia mengklaim, pengguna ponsel jauh lebih mungkin menjadi korban penipuan menggunakan serangan phising daripada pengguna desktop.

Pengguna ponsel seharusnya lebih peduli dengan keamanan data-data mereka di dalamnya. Terlebih, pengguna kerap menyimpan berbagai data, termasuk yang terkait finansial, di dalam ponsel.

Salah satu tindakan kemanan, kata Glen, dengan menggunakan aplikasi khusus untuk hal tersebut. “Tapi nyatanya belum banyak yang pakai. Artinya, kesadaran kita masih rendah, padahal banyak aplikasi keamanan untuk melindungi data dari malware yang gratis,” tuturnya.

Untuk mengamankan data-data penting di dalam ponsel, Glen pun memberikan sejumlah tips penting yang dapat diikuti oleh pengguna.