Sistem pengawasan konten di Facebook adalah sistem yang relatif kompleks.
Saking kompleksnya, para pengawas konten mereka sendiri kerap tak konsisten dalam pelaksanaannya.
Laporan khusus dari ProPublica menemukan ada empat puluh sembilan ujaran kebencian dari sembilan ratus konten yang lolos dari pengawasan Facebook.
Jejaring sosial itu mengaku bersalah menangani dua puluh dua konten di antaranya.
“Kami minta maaf atas kesalahan yang terjadi,” kata Vice President Facebook Justin Osofsky dalam pernyataan yang dimuat di ProPublica.
“Kami harus lebih baik lagi.”
Selain meminta maaf atas dua puluh konten tadi, Facebook punya argumentasi atas dua puluh konten lain yang juga diajukan ProPublica sebagai ujaran kebencian.
Enam laporan di antaranya dianggap tak akurat, dua laporan kurang informatif, dan sembilan belas9 sisanya mereka nilai sudah tepat.
Pada dasarnya empat puluh sembilan konten itu memuat konten bernada seksi, rasis, dan anti-muslim.
Dalam laporan yang sama, Facebook nampak kesulitan dalam menerapkan nilai-nilai Standar Komunitas mereka sendiri.
Sebuah foto yang menunjukkan foto vulgar dengan kalimat pengiring ‘muslim yang baik hanya muslim yang tewas’, Facebook anggap masih bisa ditoleransi.
“Kami sudah melihat foto tersebut, dan meski ini tidak berlawanan dengan salah satu nilai Standar Komunitas, kami paham mungkin ini masih menghina bagi sebagian orang,” tulis Facebook kepada pelapor konten itu.
Sementara sebuah unggahan tanpa foto yang juga bernada anti-muslim ‘matilah para muslim’, Facebook langsung menghapusnya.
Kedua konten tadi sama-sama berlawanan dengan kebijakan Facebook yang melarang konten berisi ujaran kebencian. Keduanya juga sudah dilaporkan oleh pengguna lain. Namun cuma satu saja yang dinilai melanggar aturan.
Baru ketika ProPublica menurunkan laporannya, Facebook menghapus konten anti-muslim yang pertama.
Menurut Osofsky, diketahui bahwa setiap harinya Facebook menghapus enam puluh enam ribu konten yang dilaporkan berisi ujaran kebencian setiap pekan.
Tak semua konten yang sifatnya hinaan langsung dicap sebagai ujaran kebencian.
Osofsky mengatakan kritik kepada tokoh terkenal, politisi, hingga agama, masih bisa ditoleransi dalam batas tertentu.
Untuk menghindari kesalahan serupa, Osofsky berjanji Facebook bakal menggandakan tim keamanan mereka, termasuk peninjau konten, menjadi dua puluh ribu orang pada tahun depan.
Saat ini moderator hanya berjumlah tujuh ribu lima ratus orang untuk mengawasi unggahan dua miliar pengguna Facebook