Nonton tanpa kouta data?
Ya. Itulah yang sedang diujicoba Facebook.
Facebook, usai merilis fitur Instant Articles yang memungkinkan loading berita semakin cepat dan ringan, kini menguji coba fitur serupa untuk video yang bertajuk “ Instant Videos”
Seperti ditulis laman “techno crunch,” hari ini, Selasa, 12 September, konsep dan mekanismenya sama, hanya saja platform Instant Videos lebih hemat data ketika memutar konten video.
Intant Videos memungkinkan smartphone mengunduh video-video di linimasa Facebook ketika pengguna terhubung ke Wi-Fi.
Ketika membuka aplikasi Facebook, pengguna bisa langsung menonton video tanpa buffering dan tanpa memakan kuota data.
Adapun video yang telah terunduh dengan Wi-Fi akan ditandai dengan ikon berbentuk petir. Pengguna bisa memutar video itu tanpa khawatir dengan sisa kuota data yang dimiliki.
Selain untuk konten video di linimasa, Instant Videos juga dipersiapkan menyambut tab “Watch” teranyar dari Facebook.
Pada tab tersebut, Facebook menghadirkan tayangan-tayangan video orisinil serupa Netflix.
Keberadaan Instant Videos bisa dimanfaatkan untuk mengunduh konten pada Watch ketika terhubung Wi-Fi.
Alhasil, pengguna lebih nyaman menonton konten Watch di mana pun dan kapan pun.
Juru bicara Facebook mengatakan, saat ini Instant Videos baru disediakan untuk pengguna Android dalam jumlah sangat terbatas.
Tujuan fitur ini jelas untuk menghapus hambatan pengguna dalam menonton video, sebab konten video sedang naik daun.
Studi eMarketer menunjukkan keterikatan pengguna Instagram meningkat lima pulouh tiga persen untuk konten-konten video.
Facebook menyadari hal ini, sehingga mendorong distribusi video yang lebih kaya, baik dari platformnya sendiri maupun pengguna.
Pengguna Facebook kini tak ubahnya content creator di YouTube yang bisa meraup duit dari iklan. Facebook membagi 55 persen pendapatan iklan yang disisipkan ke video-video para content creator.
Untuk Instant Videos sendiri, belum jelas kapan tersedia secara umum untuk semua khalayak. Kita tunggu saja.
Sebelumnya Face book sudah mengeluar fitur People You May Know yang memungkinkan penggunanya bertemu secara maya dengan orang-orang yang kemungkinan sudah lebih dulu dikenal di kehidupan nyata.
Seiring perkembangannya, fitur ini semakin cerdas.
Ada beberapa kisah aneh yang ia ketahui terkait fitur itu
Misalnya saja seorang psikiater yang sesumbar dua pasiennya bertemu di fitur tersebut
Padahal, dua pasien tersebut selama ini tak pernah berkenalan resmi, melainkan hanya saling tahu wajah.
Ada pula pengguna Facebook yang bertemu dengan mantan bos, teman kencan dari aplikasi online-date, hingga tetangga yang sejatinya tak saling kenal tapi sering bertemu di jalan. Hasilnya memang akurat, namun bagi sebagian orang terbilang seram.
Fitur PYMK di Facebook bisa dibilang sangat ajaib, dari mana Facebook mengetahui semua ini? Jejaring sosial yang didirikan Mark Zuckerberg itu tak pernah benar-benar transparan.
Selama ini Facebook mengatakan hasil PYMK ditarik dari sumber data minor. Sikap tutup mulut Facebook ini justru membuat ngeri pengguna, terutama dari sisi privasi.
Contohnya kesamaan teman alias mutual friends, berada pada grup Facebook yang sama, di-tag pada foto yang sama, berasal dari sekolah atau tempat kerja yang sama, serta kontak-kontak yang tersinkronisasi dengan ponsel.
Jika hanya itu sumber datanya, bagaimana mungkin Kashmir Hill bertemu dengan Rebecca Porter? Pasalnya, mereka benar-benar tak punya mutual friends. Tak ada irisan antara mereka yang bisa teridentifikasi dari sumber data Facebook.
Facebook sebelumnya diketahui kerap membeli informasi dari penyedia data pihak ketiga alias data broker.
Data yang bisa dihimpun dari sana adalah informasi lokasi, aktivitas di aplikasi lain, foto, dan sebagainya. Meski demikian, untuk fitur PYMK, Facebook membantah mengakomodir sumber data dari data broker.
“Facebook tidak menggunakan informasi dari data broker untuk People You May Know,” kata juru bicara Facebook
Untuk kasus Kashmir Hill dan Rebecca Porter, juru bicara Facebook berkilah banyak kebetulan yang terjadi.
Menurut dia, kerap kali akun yang disodorkan PYMK sesuai ekspektasi, tak sedikit pula yang tak sesuai.
uru bicara Facebook enggan memberikan informasi lebih mendalam soal sumber datanya dengan alasan privasi.
Diketahui, fitur serupa PYMK juga dimiliki LinkedIn dan Twitter, namun hasilnya tak se-“ngeri” yang disodorkan PYMK milik Facebook.