Anda pengguna peramban “Chrome” di sistem operasi Android 4.0. Kalau iya, jangan kecewa. Sebab Google sudah menyetop pembaruan piranti lunak untuk peramban Chrome yang ada di sistem operasi Android 4.0 atau Ice Cream Sandwich.
Walu menghentikan operasinya peramban ini, versi terakhirnya, Chrome 42, masih dapat digunakan pada OS tersebut.
“Tahun lalu kami menemukan bahwa jumlah pengguna Chrome pada perangkat yang mengadopsi sistem operasi ICS sudah berkurang hingga tiga puluh persen.”
“Mendukung ICS dan mengembangkan fitur baru untuk ponsel yang sudah tua merupakan hal yang sulit serta mengurangi waktu kami untuk membuat sesuatu yang baru,” tulis Google dalam blog resminya.
“Jadi, dengan perilisan Chrome 42, kami akan berhenti membuat pembaruan peramban Chrome pada gawai ICS. Meskipun sudah tidak ada pembaruan aplikasi, pengguna ICS akan tetap bisa menggunakan peramban Chrome tersebut,” tambah rilis Google itu.
Dikutip “nuga” dari TheNextWeb, Kamis , 05 Maret 2015,, saat ini sekitar enam persen persen pengguna Android memakai sistem operasi versi 4 atau ICS.
Pembaruan piranti lunak biasanya dilakukan dengan tujuan memperbaiki bug atau masalah-masalah yang muncul pada sebuah aplikasi.
Keputusan Google untuk menghentikan pembaruan tersebut dinilai tepat, mengingat hanya akan mempengaruhi sedikit pengguna.
Sementara itu, membuat serta menyiapkan pembaruan untuk sebuah aplikasi bisa memakan banyak sumber daya.
Pengguna yang masih menggunakan sistem operasi ICS, masih dapat beralih ke peramban lain yang mendukung.
Pilihan peramban selain Chrome, antara lain adalah Firefox for Android, Opera atau Baidu.
Selain menghentikan operasi “Chrome 4.0,” para pemakai laptop mengeluhkan kehabisan baterei lebih cepat ketika berselancar menggunakan peramban Google Chrome.
Berepa waktu lalu kontributor Forbes, Ian Morris, mengangkat masalah tersebut ke permukaan.
Minggu lalu, muncul kabar bahwa Google akan mengatasi persoalan tersebut.
Pernyataan Google yang dikutip “PC World” menyebutkan bahwa perbaikan bug yang memboroskan baterai telah menjadi “prioritas utama” tim pengembang Chrome di Google.
Yang jadi masalah, seperti ditambahkan oleh Morris, masalah ini sebenarnya sudah berlangsung lama, yakni sejak 2010 ketika laporan terkait mengemuka pertama kali.
Persoalan Chrome tak kunjung ditanggapi oleh Google sampai kemudian Morris menulis artikel tentang itu.
Morris menjelaskan bahwa pemborosan baterai terjadi Chrome memaksa prosesor berada dalam kondisi aktif (system clock tick rate sebesar 1 milidetik) sepanjang waktu, walaupun browser sedang tidak bekerja.
Sebagai perbandingan, peramban Internet Expoler menggunakkan angka tick rate sebesar lima belas milidetik dan hanya memperpendek waktu tersebut ketika mengerjakan tugas berat, seperti streaming video.
Akibatnya, masih menurut pemaparan Morris, konsumsi daya bisa meningkat hingga dua puluh lima persen ketika pengguna menjelajah internet menggunakan Chrome. Google sendiri belum memastikan kapan Chrome akan diperbarui untuk mengatasi pemborosan baterai.
Sumber: PCWorld dan The Next Web