Microsoft menyuarakan penentangannya dengan nada meradang terhadap penyadapan internet oleh negara dengan mengatakan, kasus ini merupakan pelanggaran paling buruk dalam sejarah kebebasan.
Untuk “menghalangi” hantu penyadapan ini Microsoft mengatakan akan mulai memeringati pengguna layanan email Outlook.com yang kemungkinan telah mengalami serangan siber yang disponsori pemerintah suatu negara.
Perubahan kebijakan ini dilakukan Microsoft di tengah tren semakin banyak pemerintah negara yang meminta akses informasi atau ingin memantau aktivitas pengguna demi alasan keamanan nasional.
Langkah ini diambil Microsoft setelah perusahaan Internet lain mengambil langkah serupa, seperti Facebook, Twitter, Yahoo, dan Google.
Beberapa peringatan atas kemungkinan aksi peretasan akun email ini meminta pengguna untuk mengubah kode sandi.
Pada tiga tahun silam, Google mengatakan dalam beberapa bulan, sekitar puluhan ribu akun email pengguna diakses oleh pihak atau peretas yang disponsori negara.
Dua mantan karyawan Microsoft mengatakan kepada Reuters, bahwa pemerintah China merupakan pihak yang tercatat melakukan serangan siber kepada pengguna layanan email Hotmail, sekarang bernama Outlook, untuk mengetahui informasi pribadi.
Serangan ini ditargetkan kepada diplomat, pekerja media, pengacara hak asasi manusia, dan sejumlah profesi lain, kata mantan karyawan Microsoft.
Untuk menghadang langkah penyadapan itu, raksasa teknologi dunia tersebut mulai mengeluarkan aturan privasi terbaru sehingga tindakan ‘nakal’ pemerintah Amerika Serikat tidak lagi terjadi.
Seperti yang dilansir oleh CNN pada awal Desember lalu, kuasa hukum Microsoft, Brad Smith, menyatakan bahwa hal tersebut dilakukan karena memang ada hubungannya dengan tindakan NSA.
Menyadari bahwa NSA tak sekedar memantau saja, Microsoft pun akhirnya berani ambil tindakan.
“Seperti kebanyakan yang lainnya, kami mulai tersadar dengan adanya laporan terbaru dari media,” tulis Smith dalam sebuah laporan.
Adapun perubahan yang diberikan Microsoft pada layanannya adalah, perpanjangan enkripsi terhadap layanan Microsoft, memasukkan proteksi legal terhadap data pengguna dan meningkatkan transparansi guna menjelaskan bahwa seluruh layanan Microsoft tak memiliki celah yang bisa dimanfaatkan pemerintah
Untuk layanan yang akan dilindungi privasinya ini sendiri adalah Office 365, SkyDrive dan Windows Azure.
Ketiganya dipilih lantaran sangat rentan untuk disusupi pemerintah.
Sementara itu, Microsoft membantah situsnya telah diretas, termasuk Outlook.com, MSn.com, dan Windows.com.
Situs-situs dikatakan telah down dan segera kembali pulih setelah Redmond turun tangan.
Ambruknya situs tersebut diketahui hanya dalam hitungan menit saja.
Tak lama setelah itu, seseorang yang mengaku sebagai bagian dari kelompok hacker Anonymous memosting pernyataannya di Pastebin dengan mengungkapkan bahwa situs web Microsoft telah benar-benar ‘lumpuh’ dengan DDoS.
Akan tetapi hingga saat ini Microsoft menyangkal bahwa hal itu tidak pernah terjadi. Pihaknya menyatakan hanya mengalami beberapa masalah DNS dan sudah diperbaiki dengan cepat, seperti yang dikutip dari Softpedia.
Perbedaan pernyataan dari dua belah pihak ini membuat banyak pertanyaan. Hingga kini belum diketahui siapakah yang mengungkapkan kebenaran.
Pasalnya, down-nya situs Microsoft terjadi pada tanggal November lalu dan hanya berlangsung beberapa menit saja.
Sementara pernyataan yang dikeluarkan oleh Anonymous baru datang dua hari kemudian dengan mengaku telah membuat situs Microsoft down.