Laman resmi Android hari ini mencatatkan tingginya pengguna yang memakai Nougat dan membuat Google lega setelah sempat kesulitan mempopulerkan versi terbaru sistem operasinya.
Laman resmi Android menulis, tingkat adopsi Nougat sudah mencapai dua puluh delapan koma lima persen.
Berada di belakanganya secara berturut-turut ialah Android Marshwallow, Lollipop, dan KitKat.
Sementara Oreo, versi Android paling anyar, baru diserap sekitar satu koma satu persen pengguna total Android.
Adopsi Nougat mengalahkan Marshmallow yang selama tiga tahun belakangan terus mendominasi. Ini baru tercapai setelah Nougat telah berumur 18 bulan sejak diluncurkan.
Google memang kerap bermasalah mendorong pemilik ponsel Android untuk memperbaharui sistem operasinya. Tengok saja sistem operasi Oreo yang sudah tersedia sejak Agustus tahun lalu
Terhitung lima bulan sejak peluncurannya, hanya ada satu koma satu persen ponsel Android di seluruh dunia yang memakainya sistem operasi tersebut.
Jika dibandingkan dengan iOS milik Apple, tingkat adopsi sistem operasi terbaru Android sangat menyedihkan.
Apple merilis sistem operasi teranyarnya yakni iOS 11 pada September tahun silam, bertepatan dengan peluncuran iPhone X.
Hanya dalam kisaran empat bulan, iOS 11 kini sudah dipakai di enam puluh lima persen perangkat Apple yang artinya paling dominan dibanding versi iOS lain yang lebih lawas.
Ada beberapa alasan Google nampak kesulitan mendorong pemilik Android memakai sistem operasi terbaru.
Pertama adalah jenis Android yang terpasang di ponsel baru kerap bersifat permanen yang artinya tak bisa ditingkatkan ke versi yang lebih baru.
Kalaupun ada yang memakai Android terbaru, biasanya produsen ponsel cerdas hanya menggunakannya pada model flagship mereka yang ada di puncak piramida konsumen.
Alhasil, sebagian besar pengguna ponsel Android di kelas menengah ke bawah masih memakai versi lawasnya.
Berdasarkan laporan Google Dashboard, tingkat adopsi sistem operasi mereka dihitung dari kunjungan ke Play Store. Dari sana mereka bisa mengetahui versi sistem operasi yang dipakai oleh para pengguna Android.
Tingkat adopsi Android Oreo hanya unggul dari Android Ginger Bread dan Android Ice Cream Sandwich.
Sementara itu, Google kabarnya akan menawarkan fitur untuk merekam pembicaraan telepon sebagai fitur bawaan pada Android versi terbaru, Android P.
Sebelumnya, fitur ini memang sudah bisa dimanfaatkan dengan menginstal aplikasi tertentu pada Android.
Google rencananya akan meluncurkan Android P dalam beberapa bulan ke depan, sehingga masih belum jelas fitur apa saja yang akan ditambahkan di Android P.
Belakangan ditemukan adanya penambahan fitur untuk mendukung “bunyi saat panggilan direkam” di proyek Android Open Source.
Bunyi ini akan bunyi berulang kali dengan sendirinya tiap lima belas detik.
Bunyi ini bisa didengar oleh kedua pihak yang berbicara di telepon. Dengan demikian, penerima telepon juga mengetahui bahwa pembicaraan ini tengah direkam.
Hal ini dilakukan agar fitur anyar ini tak disalahgunakan.
Kemungkinan fitur ini mungkin akan berbenturan dengan aturan di beberapa negara.
Kemungkinan alasan inilah yang membuat Google memberi opsi bagi operator untuk mematikan atau menyalakan fungsi ini.
Masih belum jelas juga dimana hasil rekaman akan disimpan. Apakah akan disimpan di cloud milik Google atau di perangkat Android masing-masing.
Belum diketahui juga apakah perekaman telepon ini hanya berlaku untuk panggilan telepon lewat jaringan selular saja atau bisa juga merekam pembicaraan ketika telepon dilakukan lewat jaringan WiFi, VoLTE dan ViLTE
Tidak juga diketahui apakah Android menerapkan batasan waktu yang bisa direkam atau tidak, demikian disebutkan Android Headlines.
Masih dipertanyakan juga apakah fitur ini juga bisa dimanfaatkan oleh para pengembang atau tidak.
Sebab penamabahan fitur ini tidak dilengkapi dengan API publik yang bisa diakses pengembang software.
Google akan memperkenalkan Android P pada Konferensi I/O dalam beberapa bulan mendatang.