Tombol ‘dislike’ yang akan dipasang raksasa jejaring sosial Facebook untuk mencegah perluasan rasial dan diskrimasi di media pertemenan hampir dipastikan mirip dengan tombol yang sama milik “Path.”
Facebook yang telah mengumumkan pemasangan tombol “Dislike” pada kontennya berdamai dengan tuntutan banyak orang yang penasaran mengapa media milik Mark Zuckerberg itu tak kunjung membuat tombol dimaksud.
Pembuatan tombol Dislike bukan ide baru bagi Facebook
Sudah sempat muncul beberapa bulan lalu, namun Facebook menampiknya dengan berbagai alasan. Mereka anggap tombol itu tidak perlu
Zuckerberg mengungkapkan rencana pembuatan tombol ‘Dislike’ saat sedang berada di sesi Tanya Jawab di markas Facebook
Ide tersebut termasuk ke dalam fitur baru Facebook dan ia mengaku akan segera memulai uji coba.
Tentu fitur ‘Dislike’ ini bukan berarti sebagai alat untuk membenci foto teman-teman Facebook atau sebagai cara baru untuk melecehkan dan meremehkan orang lain.
Mark Zuckerberg menyatakan pembuatan tombol Dislike sebagai pengimbang ekspresi ‘Like’ yang selama ini sudah menjadi ikonnya.
Tapi, apakah benar tombol ini akan berbentuk thumbs-down alias jempol mengayun ke bawah?
Diberitakan TechCrunch, nyatanya banyak yang salah paham terhadap makna dari keputusan pembuatan tombol ‘Dislike’.
Sang pendiri Facebook itu mengatakan, “Kami tak ingin membuat tombol Dislike yang malah membuat Facebook berubah jadi forum di mana pengguna seakan bisa memberi suara setuju atau tidak dari publikasi orang lain. Itu bukan komunitas yang ingin kami ciptakan.”
Kemudian muncul anggapan bahwa yang Facebook ingin ciptakan bukanlah sekadar tombol Dislike dengan ikon jempol mengarah ke bawah.
Ekspresi Dislike di sini mengandung arti lebih dari itu, karena Zuckerberg menyatakan, perusahaan sedang mengembangkan cara baru untuk memberi ekspresi pengertian, seperti ketika teman Facebook Anda mempublikasikan konten sedih dari mulai bencana alam atau kematian.
Muncul prediksi bahwa salah satu opsi terbaik untuk Facebook adalah penggunaan emoji seperti jejaring sosial garapan Dave Morin, Path.
Masih dari TechCrunch, penggunaan emoji dinilai menjadi pendekatan yang cukup baik sebagai sarana berempati dan mengekspresikan suatu publikasi yang muncul dari teman-teman.
Diketahui, Path memiliki lima ikon yang bisa digunakan oleh para pengguna untuk mengekspresikan sesuatu, yaitu Heart, Smile, Winking Smile, Surprised, dan Frown.
Lima ikon tersebut mengandung arti berbeda. Heart biasanya digunakan untuk menunjukan apresiasi terhadap publikasi seseorang. Ikon Smile hampir sama dengan ‘Like’, yaitu memberi reaksi positif.
Kemudian Winking Smile untuk menunjukan gelak tawa dari publikasi yang dianggap humoris. Lalu Surprised sering diberikan sebagai bentuk rasa terkejut, dan pengguna bisa menunjukan rasa simpati dan empati dengan ikon Frown.
Seorang desainer Path, Danny Trinh kepada TechCrunch mengatakan, sejak awal ia memang sudah memikirkan soal penggunaan emoji yang kemudian ia godok lagi menjadi hanya lima ikon yang dianggap mewakili perasaan inti dari manusia.
Apabila Facebook menambahkan emoji Sad atau sejumlah emoji lainnya, jejaring sosial yang berdiri pada sebelas tahun lalu itu diyakini bisa memberi cara universal baru untuk berekspresi, sekaligus sebagai pelengkap dari fitur update status “Feeling” yang sudah ada.
Facebook menyadari bahwa para penggunanya ingin mendapat sebuah cara untuk menyatakan rasa tidak suka mereka pada konten yang tidak mereka sukai karena selama ini, perusahaan jejaring sosial tersebut hanya menyediakan tombol “Suka” (like) untuk memperlihatkan respons positif.
Namun, secara tegas Facebook menyatakan tidak akan membuat tombol “Tidak Suka” pada layanan. Pernyataan ini dikatakan langsung oleh CEO Facebook Mark Zuckerberg dalam sebuah seminar di California.
“Beberapa orang telah meminta tombol ‘Tidak Suka’ sehingga mereka dapat mengatakan sesuatu yang tidak baik. Tapi saya pikir itu tidak bagus untuk masyarakat,” ujar Zuckerberg seperti dikutip dari Venture Beat.
Zuckerberg mengakui bahwa tombol “Suka” memang sering disalahartikan. Ketika seseorang memuat foto yang memperlihatkan sedang sakit dan pengguna lain memberikan tombol “Suka” pada gambar tersebut, namun bukan artinya pengguna lain menyukai ketika ia berada dalam kondisi sakit.
“Tombol like sangat berharga karena itu adalah cara cepat untuk berbagi sentimen positif,” kata Zuckerberg.
Zuckerberg menambahkan bahwa sejauh ini banyak cara yang dapat digunakan untuk mengekspresikan perasaan mereka pada Facebook.
Dalam kehidupan manusia ada banyak emosi yang dapat diungkapkan seperti sedih atau bahkan tragis. Tapi juga banyak orang yang tidak ingin mendapatkan komentar dengan emosi seperti itu. Hal inilah yang menjadi pertimbangan pihak Facebook untuk tidak menghadirkan tombol-tombol yang lebih ekspresif.
“Kita telah berbicara tentang bagaimana orang dapat mengekspresikan emosi secara lebih luas,” kata Zuckerberg.