WhatsApp, hari-hari ini, menjadi “tertuduh” sebagai “pembohong” karena ingkar janji sebagai aplikasi yang memiliki prinsip layanan “bersih”.
“Tak ada iklan, game, stiker, kanal jualan, atau hal lain yang umumnya merecoki pengguna dalam menggunakan layanan pesan instan,” ulang tulisan terbaru di “ubergizmo,” tentang masuknya iklan dan diserahkannya data ke Facebook dalam dua pekan lalu.
“WhatsApp yang diakuisisi Facebook pada dua tahun silam mulai menipu netizen,” lanjut “ubergizmo,” Senin, 29 Agustus 2016
Lantas apa penyebabnya?
Untuk diketahui, pendapatan utama Facebook berasal dari iklan.
Dengan pertumbuhan pengguna WhatsApp yang pesat, tak menutup kemungkinan Facebook bakal memanfaatkan database layanan itu untuk kebutuhan pengiklan.
CEO WhatsApp, Jan Koum, menampik kecurigaan tersebut. Ia berjanji tak akan ada yang berubah dari layanan yang ia rintis pasca dicaplok sang raksasa jejaring sosial.
Facebook dan WhatsApp, kata dia, bakal jadi dua layanan yang beroperasi sendiri-sendiri tanpa saling mengintervensi kebijakan perusahaan masing-masing.
Dua tahun pasca diakuisisi, WhatsApp mulai menunjukkan gelagat ingkar janji. Layanan bernuansa hijau itu menghapus biaya berlangganan satu dollar AS per tahun pada Januari lalu.
Artinya, layanan chatting itu bisa digunakan secara cuma-cuma untuk selamanya.
Masalahya, biaya iuran itu merupakan satu-satunya pemasukan WhatsApp selama ini.
Lantas, dari mana WhatsApp dapat duit jika pungutan itu dipangkas?
Pertanyaan itu kembali mengundang kecurigaan. Netizen lagi-lagi mengendus niatan Facebook memanfaatkan WhatsApp sebagai mesin penghimpun database bagi pengiklan.
Apalagi pengguna aktif WhatsApp sudah menuju satu miliar.
Koum pun angkat bicara melalui sebuah postingan di blog.
Ia memaklumi kekhawatiran pengguna dan menegaskan sekali lagi bahwa WhatsApp tak bakal menghadirkan iklan pihak ketiga atau menjual data pengguna ke pengiklan.
“Orang-orang mungkin bertanya bagaimana kami menjalankan WhatsApp tanpa menarik biaya langganan, atau khawatir bahwa pengumuman ini bakal menandai kehadiran iklan pihak ketiga. Jawabannya adalah tidak akan ada iklan,” ia menuliskan.
Sebagai ganti pemasukan yang hilang, WhatsApp menyatakan bakal menjajaki kemungkinanan menawarkan sejumlah layanan berbayar untuk pengguna korporat.
Intinya, WhatsApp nantinya bisa dipakai oleh entitas bisnis untuk berkomunikasi dengan pelanggan masing-masing tanpa perlu membayar biaya tambahan lain. Netizen pun kembali lega.
Baru beberapa bulan berjanji tak bakal bersahabat dengan iklan, kini WhatsApp seakan menelan ludahnya sendiri.
Dua hari lalu, Jumat, 26 Agustus 2016, ada pesan berupa pembaruan syarat pemakaian dan kebijakan privasi pada aplikasi WhatsApp.
Pertama, untuk beberapa bulan ke depan, WhatsApp akan menghadirkan fitur iklan dalam layanannya. Iklan tersebut tidak berbentuk banner, melainkan pesan broadcast dan Facebook Ads.
Kedua, WhatsApp menyebut bakal membagikan data pengguna ke Facebook. Data itu terdiri dari nomor telepon dan pola tingkah laku penggunaan aplikasi.
Untungnya, pengguna bisa menolak ketentuan baru tersebut.
Saat mendapat pemberitahuan dari WhatsApp soal kebijakan itu, jangan serta-merta menekan “Agree”.
Anda bisa menekan opsi bertuliskan “Read more about the key…”.
Meski ukurannya dibuat lebih kecil, opsi tersebut terletak persis di bawah tombol “Agree”.
Setelah menekan opsi pembacaan lebih lanjut itu, Anda bisa menghapus centang bertajuk “Share my WhatsApp account information with Facebook”.
Opsi tersebut memberi Anda pilihan untuk tak membagi informasi akun WhatsApp ke Facebook.
Jika Anda terlanjur menekan “Agree” sebelum membaca artikel ini, ada cara kedua yang bisa dilakukan.
Anda cuma perlu masuk ke menu penyetelan aplikasi lalu tekan tab akun di bagian “Settings”. Kemudian hilangkan centang di pilihan “Share my account info”.
Yang harus diperhatikan, cara kedua ini hanya bisa dilakukan maksimal tiga puluh hari sejak Facebook menampilkan pembaruan ketentuan privasi di WhatsApp.
Lagi pula, menolak data diserahkan ke Facebook bukan berarti pengguna tidak akan mendapatkan iklan di WhatsApp. Pengguna tetap akan mendapat pesan iklan melalui broadcast.
Menurut keterangan resmi WhatsApp, pembagian data pengguna ke Facebook didasarkan pada alasan kenyamanan. WhatsApp mengklaim hal itu akan membantu pengguna bertemu teman di Facebook dan mendapat iklan sesuai minat di layanan yang didirikan Mark Zuckerberg itu.
Apapun alasannya, WhatsApp sudah mengingkari dua janji. Pertama, janji bahwa WhatsApp akan tetap menjadi layanan independen yang tak bakal diintervensi Facebook dalam pengoperasiannya.
Kedua, janji untuk tak menghadirkan iklan bagi pengguna.
Meski demikian, WhatsApp dan Facebook menjamin tak bakal serta-merta membagi atau menjual data pengguna ke pengiklan.
Aplikasi pesan instan tersebut akan mulai dijejali berbagai iklan.
Iklan itu sendiri nantinya akan berbentuk pesan broadcast kepada pengguna WhatsApp. Pihak WhatsApp memberi contoh, bisa saja satu maskapai memberikan informasi penerbangan yang tertunda.
Mungkin saja, satu perusahaan membayar WhatsApp untuk mengirimkan iklan berupa informasi produk baru kepada semua atau sebagian pengguna.
Dengan kata lain, perusahaan pemilik merek kini bisa membayar ke Facebook atau WhatsApp untuk berkomunikasi langsung dengan pengguna WhatsApp. Misalnya dengan cara mengirimkan reminders, notifikasi pengiriman, hingga pesan-pesan terkait pemasaran.
“Kami ingin menguji fitur ini dalam beberapa bulan ke depan,” tulis WhatsApp dalam blog resminya.
Perubahan itu terkait dengan upaya Facebook untuk memperoleh keuntungan dari WhatsApp
Sebagai langkah pertama untuk mewujudkan langkah tersebut, WhatsApp mulai melonggarkan kebijakan privasi yang selama ini melindungi data-data pengguna.
Selanjutnya, WhatsApp akan mulai berbagi data tertentu dari sekitar 1 miliar pengguna aktifnya dengan Facebook untuk mengelola iklan.
WhatsApp sendiri baru saja mengumumkan pembaruan perjanjian pemakaian layanan melalui blog resmi mereka.
“Hari ini, kami memperbarui perjanjian dan kebijakan privasi kami. Selama 4 tahun berjalan, ini adalah pembaruan pertama yang kami lakukan sebagai bagian dari rencana untuk menguji komunikasi antara bisnis dengan para pengguna. “
“Pengujian ini akan dilakukan dalam beberapa bulan mendatang,” tulis pengumuman dalam blog WhatsApp itu.
Kebijakan baru WhatssApp memang bisa membantu mendapatkan uang, tapi di sisi lain bisa juga membuat penggunanya gerah.